Chapter 10

307 33 4
                                    

"Jodoh ditangan Tuhan bukan?"

- Happy reading -

*Bantu koreksi kalau ada typo, komen ya!

🌺🌺🌺

Rayya Humaira Fera, saya masih punya janji yang harus dilaksanakan. Menikahi mu, Batin Kafka bersorak gembira.

***

"Baik, berhubung jam pelajarannya sudah selesai, sisanya dilanjut minggu depan mungkin depan Pak Ridho," jeda Kafka.

"Saya tutup, terimakasih untuk kelompok yang sudah presentasi tadi, dan mohon maaf bila ada salah kata - kata, selamat siang," akhiri Kafka dan langsung berlalu pergi meninggalkan kelas, dengan perasaan gembira tak karuan.

Rayya segera mengeluarkan ponsel genggamnya, hendak menghubungi Alya. Saat ini mungkin ia butuh nasihat sahabatnya, ketibang langsung pulang dan bertemu suaminya. Wanita berusia 24 tahun itu khawatir, jika dirinya kembali ragu.

"Ka Rayya!" panggil seseorang membuat Rayya menghentikan langkahnya.

"Eh iya?" sahut Rayya ketika ia melihat siapa yang memanggilnya. Seorang wanita mungkin adik tingkatnya, entahlah Rayya tak mengenal wanita itu.

"Ka Rayya kan? Itu ada pesan dari Pak Kafka, disuruh ke ruangan nya di lantai dua sekarang ka," ucap sang wanita membuat jantung Rayya berdegup lebih cepat.

"Pak Ka-Kafka?" beo Rayya sedikit terbata.

"Iyaa ka, aku cuman mau nyampaikan itu aja kok, permisi ka," pamit sang wanita dan berlalu pergi dari hadapan Rayya, yang masih mematung.

"Ya Allah apa lagi ini," keluh Rayya.

Sungguh Rayya selalu merasa disetiap harinya pasti ada saja hal yang mengganggunya. Entah dari sisi apa pun, hingga Allah kali ini mungkin benar - benar ingin menguji keimanan dan kesetian Rayya, dengan menghadirkan lagi ia yang dulu.

Rayya kini mengurungkan niatnya untuk bertemu Alya dan menuju ruang kantor Kafka. Entah apa yang membuuat dirinya menjadi seperti ini, Rayya sendiri tak dapat mengerti apa yang dirasakannya saat ini.

Tok tok tok

"Masuk," terdengar dari telinga Rayya, suara bariton itu.

Astagfirullah Rayya, Batin Rayya mengucap.

Ceklek. Rayya membuka pintu perlahan, dan disana ia dapat melihat Kafka sedang duduk di meja kerjanya, dan seperti sesang sibuk dengan beberapa berkas digenggamannya.

"Rayya, duduk dulu ya, saya selesaikan ini dulu," ucap Kafka, membuat Rayya perlahan maju dan menutup pintu, karena ruangan kantor Kafka yang ber-AC.

Rayya duduk tepat di depan Kafka, karena tak ada lagi kursi di kosong diruangan itu, kecuali di depan Kafka yang terpisah dengan meja kerja yang cukup lebar.

Jantung Rayya terus saja berdebar tak karuan, dalam hatinya ia terus mengucap agar dikuatkan iman dan hatinya, oleh Allah SWT.

Hampir 10 meni berlalu tapi Kafka belum lagi menyelesaikan tugasnya dibeberapa lembar kertas itu. Tapi matanya tak henti melirik pada wanita yang duduk menunduk di hadapannya saat ini.

Hati Laki - laki berusia 28 tahun itu, terus saja bersorak riang. Sebenarnya saat ini Kafka sedang menahan untuk tak tersenyum lebar pada wanitanya, dan memilih untuk terlihat fokus dan sibuk. Hanya agar ia memiliki waktu cukup lama untuk bersama wanitanya, wanita yang sangat ia rindukan ini.

"Maaf pak kalau masih lama, saya permisi dulu," ucap Rayya yang sudah sangat ingin pamit.

"Sebentar, ini terakhir," ucap Kafka yang berniat menghadang Rayya.

Kafka segera menyelesaikan pada lembaran terakhinya, dan membereskannya.

"Rayya," panggil Kafka lembut.

"Maaf pak bukan saya lancang, kalau tidak penting saya-" ucapan Rayya terpotong.

"Ini penting Rayya," jawab Kafka yang masih tetap dengan nada yang lembut.

"Ini, tentang hubungan kita Rayy," ucap Kafka menjeda.

"Cukup Kaf! Maaf saya lancang, saya rasa apa yang menjadi masa lalu biarlah begitu, saya pamit," sentak Rayya yang sudah kalut.

"Assalamualaikum," pamit Rayya dan lansung berlalu meninggalkan ruangan Kafka.

"Tapi saya masih merindukan kamu Ray," lirih Kafka yang masih dapat terdengar Rayya di ambang pintu.

Astagfirullah Astagfirullah Astagfirullah, Batin Rayya terus berucap.

Wanita itu segera menghubungi suaminya, untuk pulang. Ia tak mau kejadian tadi berulang.

"Assalamualaikum, mas Rayya udah selesai kelas,"

"Waalaikumsalam, tunggu sebentar ya sayang,"

"Iya mas hati - hati ya, jangan ngebut,"

"Iya mas tutup dulu ya, Assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam,"

Ya Allah jagalah hamba dalam naungan Mu, Batin Rayya memohon.

🌺🌺🌺

Purwakarta, 09 November 2020 - REVISI.
[17.30 WIB]

Hai semuaa!

Aku update lagi gais! Gimana ceritanya? Seru gak? Makin banyak pelakor nya, makin greget gak? Hahaha

Yaudah, jangan lupa tinggalkan jejak baca kalian ya! Dengan cara vote dan komen. Kalau kalian suka sama cerita ini, share ke teman - teman kalian ya! Supaya aku makin semangat updatenya!

Thx 😘

-Raa.

Habibi Singa Allah [1 Andara]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang