Chapter 21

248 29 2
                                    

- Happy reading -

*Bantu koreksi kalau ada typo, komen ya!

🌺🌺🌺

1 tahun kemudian..

"Rayya kamu lihat dimana file berwarna kuning?" tanya Haidar sambil terus matanya memandang segala arah.

"Memangnya tadi mas taruh dimana?" tanya Rayya balik.

"Hum aku lupa Rayya,"

"Kamu ini ya, memangnya umur berapa sudah?" ucap Rayya berguyon.

"Kamu mengejek ku sayang?" tanya Haidar yang langsung menghentikan segala aktifitasnya. Ia menatap istrinya lekat - lekat.

"Hahahaha, sudah jangan terus melihat ku, itu file warna kuning ada di tumpukan buku belakang mu," ucap Rayya yang masih kegelian melihat tingkah suaminya.

Haidar segera mengambil file itu lalu memasukkannya ke dalam tas kerjanya. Tak lupa dengan beberapa alat tulis dan laptopnya pun.

"Kamu ini sok sibuk ya mas," ucap Rayya kembali berguyon pada suaminya.

"Bukan sok sibuk sayang, dalam memori ku memang sepertinya sudah penuh," jeda Haidar.

"Penuh dengan apa memangnya?" tanya Rayya.

"Hum setidaknya ada tiga hal dalam memori ku yang tak pernah luput disetiap detiknya, yaitu Allah, keamanan Negara ini, dan kamu sayang," ucap Haidar menggombali istrinya.

Dan blushh..

"Eh eh itu kenapa? Seperti ada semburat jingga yang lama - lama semakin kemerahan ya," ucap Haidar kembali merayu istrinya yang sudah meroba itu.

"Mas udah dong gih berangkat," ucap Rayya yang menahan malu.

"Jangan malu - malu gitu dong sini sini," Haidar pun mendekap istrinya penuh kasih sayang. Senyuman Rayya semakin mekar tercetak jelas disana, rasa syukur tak henti - hentinya dicurahkan oleh dirinya.

"Yaudah mas berangkat dulu ya," pamit Haidar sambil melepas dekapan dengan istrinya kesayangannya.

"Mas Haidar hati - hati ya, nanti kalau sudah turun dari pesawat langsung kabarin aku ya," pesan Rayya pada suaminya.

"Iya sayang doain mas ya, Assalamualaikum," pamit Haidar

"Waalaikumsalam," jawab Rayya sambil mencium punggung tangan Haidar.

Dan setelahnya Rayya menatap hanya kendaraan roda empat yang berangsur hilang dari perkarangan rumahnya. Ya kini Rayya lagi - lagi hanya berdua dengan IRT-nya.

Sudah satu tahun lebih lamanya, Rayya dan Haidar membina rumah tangga yang harmonis. Walau memang nyatanya ada kehadiran yang kurang diantara mereka, tapi Rayya dan Haidar tetap terus berikhtiar, berdoa juga berserah diri pada Allah. Dua sejoli itu percaya suatu saat nanti akan ada masa dimana Allah memercayai mereka menjadi orang tua.

"Mbak hari ini Rayya ada praktek pagi, dan nanti sore sudah bisa pulang, jadi mbak gak perlu masak ya nanti kita masak bareng aja," pesan Rayya pada IRT-nya.

"Nggeh bu,"

"Rayya berangkat dulu ya, Assalamualaikum," pamit Rayya.

"Waalaikumsalam hati - hati ya bu,"

Rayya segera berangkat menggunakan mobil yang dibelikan Haidar sebagai hadiah ulang tahunnya kemarin. Sudah banyak yang berubah setelah satu tahun ini.

Rayya kini sudah resmi menjadi Dokter dengan predikat spesialis anak, ia bersyukur di usianya ke-25 tahun ini dirinya sudah dapat lulus menjadi dokter spesialis.

Alya sahabatnya pun sekarang menjadi seorang penulis buku novel hebat. Sudah ada 2 buku yang diterbitkan Alya dalam satu tahun ini. Kini Alya juga biasa ikut mengurus anak - anak di panti asuhan bersama Rayya. Selain ikut membantu anak - anak yatim piatu, Rayya dan Alya pun ikut bahagia karena bisa bergabung bersama canda tawa anak - anak panti.

Sesampainya di Rumah Sakit, Rayya bergegas masuk keruangannya.

"Sonya sudah ada pasien?" tanya Rayya pada Sonya, suster yang biasa membantunya praktek.

"Sudah Rayy," jawab Sonya sambil meletakan beberapa tumpukan file pasien.

"Yaudah langsung suruh masuk aja kalau gitu,"

"Okeh," sahut Sonya yang langsung memanggil pasien pertama.

"Pagi dok," sapa ibu pasien itu.

"Pagi bu silahkan duduk," jawab Rayya mempersilahkan duduk.

"Ututu dedek kenapa nangis?" tanya Rayya yang melihat bayi yang dibawa ibu pasien itu terus menangis.

"Ini dok sudah 3 hari ini demam, makannya susah, dikasih susu formula juga gak mau," ungkap ibu pasien itu.

"Sudah belajar makan apa aja bu?" tanya Rayya sambil membuka file pasien.

"Baru bubur instan yang untuk anak umur 1 tahun aja sih dok," jawab ibu pasien sambil terus mencoba menenangkan anaknya.

"Hum coba ditaro dulu ya dedeknya, biar saya periksa dulu," ucap Rayya mempersilahkan.

Rayya pun segera mengambil Stetoskop, dan mulai memeriksa pasiennya. Mulai dari mendengarkan detak jantung pasien dengan Stetoskop, mengecek kedua matanya, juga memeriksa lidah dan tenggorokan.

"Oh radang tenggorokam bu, makanya demam dan susah makan, dedeknya mungkin gak enak nelen makanan atau minuman dan karena radang tenggorokan juga suhu tubuhnya meningkat," terang Rayya setelah melihat titik permasalahannya.

"Kita coba pakai antibiotik dulu ya bu, biasanya untuk anak dibawah 3 tahun menggunakan antibiotik ringan saja sudah bisa meredakan radangnya, tapi kalau dalam waktu 7 hari radangnya belum hilang harus dicek lebih lanjut," terang Rayya panjang lebar.

"Ini resepnya nanti langsung ditembus diapotik rumah sakit," lanjut Rayya sambil menyerahkan secarik kertas dan file pasiennya.

"Baik dok makasih ya permisi," ucap ibu pasien itu.

"Iya sama - sama bu, cepet sembuh ya adeknya," sahut Rayya.

Kapan ya aku bisa jadi ibu? Batin Rayya.

🌺🌺🌺

Purwakarta, 8 Februari 2021 - REVISI.
[18.30 WIB]

-Raa.

Habibi Singa Allah [1 Andara]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang