Chapter 12

226 33 0
                                    

"Bagaimana bisa menyelesaikan masa lalu, kalau hingga kini orang yang berada di masa lalu belum bisa terima dijadikan masa lalu, aku bisa apa?"

- Happy reading -

*Bantu koreksi kalau ada typo, komen ya!

🌺🌺🌺

Ya Allah mengapa sesakit ini mencintai, Batin Kafka meringis.

***

"Rayya," panggil Haidar memecah lamunan gadis itu.

"Iya mas kenapa?" sahut Rayya.

"Kamu capek gak? Masih kuat untuk masak?" tanya Haidar disela - sela mengemudi.

"Masih kok mas lagian baru jam setengah sebelas, memangnya kenapa? Mas Haidar udah laper? Mau langsung makan?" tanya Rayya balik.

"Enggak kok, tapi tadi Bang Irham ngabarij mau ke rumah siang ini, dan mas pikir kayaknya kita beli makan diluar aja," terang Haidar.

"Memang kenapa beli mas? Boros tau," balas Rayya, membuat senyum simpul tercetak di wajah Haidar.

"Kamu masih kuliah dan mas pengen kamu fokus kuliah dulu, biar urusan rumah kita pakai jasa aja sayang, nurut ya?" bujuk Haidar.


"Nanti deh mas kita ngomongin ini lagi," jawab Rayya mengalihkan pembicaraan.

Dan setelahnya Haidar diam tanpa suara lagi, Laki - laki itu hanya berpikir bahwa istrinya kelelahan setelah kuliah tadi, dan mungkin saja Rayya butuh waktu sendiri dengan keheningan sesaat.

***

Tok.. Tok.. Tok..

"Assalamualaikum!"

"Waalaikumsalam,"

"Mba Fitri? Huaaaa kangen banget," sorak Rayya yang langsung memeluk kaka iparnya itu.

"Ah iya Rayy, mba juga kangen banget sama kamu, maaf loh ya waktu nikahan kamu mba sama abang mu gak bisa hadir," ucap Fitri basa - basi.

"Gakpapa mba, yaudah masuk yuk!" ajak Rayya.

"Assalamualaikum,"

"Waalaikunsalam," sahut Haidar yang langsung mendekati Irham.

"Wes Jendral Muda lagi di rumah, gak ke kantor nih?" sapa Irham yang langsung menyambut jabat tangan Haidar.

"Haha enggak bang masih free," sahut Haidar dengan sedikit kekehan.

"Rayya!" panggil Irham pada adiknya itu.

"Apa bang?" sahut Rayya tanpa memalingkan wajahnya dari keponakannya itu.

"Ini abang mu gak mau dipeluk atau disalimin gitu?" protes Irham.

"Duh bang Irham, udahlah bang aku kayaknya capek harus berantem mulu setiap ketemu sama abang ini," balas Rayya mengeluh, membuat Irham terheran - heran.

"Haidar, adik gue kok bisa berubah gitu? Lo gimana ngedidiknya?" tanya Irham yang menimbulkan gelak tawa semua orang. Sementara Rayya hanya menampilkan wajah cemberut pada kaka laki - lakinya itu.

Habibi Singa Allah [1 Andara]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang