"Aku bukan orang yang pandai berbohong dan menutupi perasaanya. Apa lagi menyangkut perihal perasaan dan hati."
- Happy reading -
*Bantu koreksi kalau ada typo, komen ya!
🌺🌺🌺
Ya Allah semoga Rayya tak apa, Batin Raffif memohon.
***
"Zahra sebentar ya aku cek hp dulu," permisi Haidar pada Zahra.
Zahra hanya membalas dengan senyuman dan memandangi Haidar yang menjauh dari meja. Wanita itu memperhatikan intens bagaimana wajah Haidar, seperti yang sedang cemas.
Tapi Zahra tak mau ambil pusing, mungkin urusan kantor, pikir Zahra begitu.
"26 kali misscall dari Raffif? Anak itu kenapa sih?" gumam Haidar yang setelahnya sedikit terkejut setelah melihat nama istrinya pun berada disana.
"Rayya juga kenapa bisa sampe 5 kali misscall ?" gumam Haidar bertanya - tanya keheranan.
Ia pun segera mengecek home chat nya, disana terpampang satu pesan dari Raffi sekitar 1 jam 20 menit yang lalu.
Raffif
Ke rumah sakit sekarang.Haidar jadi berpikir ada apa? Lalu ia mengingat - ngingat sekiranya ada yang terlupa darinya. Dan yap! Benar saja!
"Astagfirullah! Aku lupa ngabarin Rayya pulang telat," gumam Haidar sambil menepuk jidatnya.
Haidar
OtwSetelah membalas pesannya Raffif, Haidar berniat ingin langsung berpamitan dan menuju rumah sakit lalu mampir untuk membelikan sesuatu pada istrinya, sebagi permohonan maaf karena lupa mengabari Rayya.
"Hm aku pamit pulang duluan ya," pamit Haidar pada teman - temannya.
"Yah kok gitu sih! Ini baru jam setengah 8 lho belum kemaleman juga," sahut salah satu temannya.
"Hehe iya tapi istri udah nunggu di rumah," ucap Haidar sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Istri? Lo dah kawin? Kapan? Kok gak ada kabar sih," sahut salah satu temannya.
"Hehe iya ta'aruf jadi gak enak kalau mau ngumbar - ngumbar diawal," balas Haidar malu.
Haidar sudah menikah? Batin Zahra terkejut.
Rasa sesak menyeruak dalam benaknya, tak ia sangka ternyata laki - laki yang ia cintai telah menikah. Dengan sekuat tenaga Zahra berusaha menahan air matanya agar tak jatuh. Waktu rasanya sengaja terhenti hanya untuk melihat bagaimana air matanya itu jatuh.
"Yaudah balik dulu ya Assalamaualaikum," pamit Haidar hendak pergi.
"Heh! Lo yang bawa Zahra ke sini kenapa enggak dianter balik juga? Tanggung jawab dong!" sahut salah satu temannya.
Haidar memang pelupa, ia tak ingat jika ada Zahra. Lelaki itu segera berbalik dan memberikan sinyal pada Zahra untuk bangkit dari tempat duduknya dan pulang.
Tapi, justru sebaliknya. Zahra menolak dan menggelengkan kepalanya, wanita itu tak ingin pulang bersama Haidar atau berdekatan dengan Haidar lagi. Ia takut tak bisa mengendalikan emosinya dan malah menangis di depan lelaki itu.
"Udah Zahra gakpapa kali lo berangkat sama dia kan? Gih udah malem gak baik tau," ujar salah satu temannya memberikan saran.
Zahra pun bangkit dan berpamitan pada temannya yang lain, lalu menyusul Haidar ke mobil. Selama perjalanan Zahrw terus diam sambil terus menahan air matanya agar tak lolos begitu saja.
"Oh ya Zahra aku belum tau rumah kamu, dimana?" tanya Haidar menghancurkan keheningan yang sedari tadi melanda.
"Lurus aja dulu nanti ku arahin," jawab Zahra dengan suara parau yang menahan tangisan.
Haidar yang mendengar nada suara Zahra jadi kebingungan.
"Zahra kamu kenapa?" tanya Haidar khawatir.
"Eh? Gak-gakpapa kok," jawab Zahra yang semakin tak bisa menahan air matanya.
"Tapi kayaknya kamu nangis," ucap Haidar yang memang benar.
"Engg-enggak kok," jawab Zahra yang sudah mati - matian menahan isak tangisnya.
"Zahra jujur, kamu kenapa?" tanya Haidar yang lalu memberhentikan mobilnya, untuk menunggu jawaban dari wanita itu.
Haidar lemah, sangat - sangat lemah melihat wanita menangis dihadapannya. Ia benar - benar mati kutu dan tak tahu harus berbuat apa jika seorang wanita menangis, terlebih jika karenanya.
"Aku pikir ka-kamu akan menik-nikahi aku, tap-i aku salah kar-karena kamu telah memiliki hiks seorang is-istri hiks hiks," ucap Zahra yang akhirnya menumpahkan segala sesaknya.
Zahra bukan orang yang pandai berbohong dan menutupi perasaannya. Apa lagi menyangkut perihal perasaan dan hati.
Haidar diam sejanak. Ia bingung? Yap! Benar sekali! Haidar bingung harus menjawab apa, sampai akhirnya kalimat yang tak seharusnya keluar itu malah lolos begitu saja tanpa disadari lelaki itu.
"Aku janji akan menikahi kamu Zahra walau kamu memang bukan yang pertama untukku, tapi insyaallah adil akan ku perjuangkan."
"Bagaimana dengan istri kamu?" tanya Zahra khawatir jika nanti istri Haidar marah dan mencap dirinya pelakor.
"Rayya wanita yang baik ia pasti akan menerima poligami ini ketika sudah bertemu dengan mu," ucap Haidar menjeda.
"Bagaimana jika kamu ikut dengan ku dulu untuk bertemu dengan Rayya?" tawar Haidar melanjutkan ucapannya.
"Sekarang? " beo Zahra bergidik membayangkan semarah apa nanti istri Haidar padanya.
"Ya."
Bantulah hamba ya Allah, Batin Zahra.
***
Purwakarta, 26 Maret 2021 - REVISI.
[23.40 WIB]-Raa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Habibi Singa Allah [1 Andara]
Romance[COMPLETED] [TAMAT] - [SERIES #1 ANDARA] BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA!! Ini adalah sebuah cerita cinta pertama setelah ia kembali.. Yang berujung dengan SAH.. Rayya Humaira Fera Wanita yang selama 2 tahun terakhir, berusaha mengubah dirinya ja...