Chapter 24

225 24 25
                                    

"Laa haula wa laquwata ilabillah. Sungguh, hanya kuasa Allah Sang Pemilik Hati yang dapat menuntunnya pada jalan terbaik,"

- Happy reading -

*Bantu koreksi kalau ada typo, komen ya!

🌺🌺🌺

Astagfirullah, Batin Rayya berucap.

***

"Rayya?" panggil Haidar menunggu sebuah jawaban, tapi sayang Rayya masih terus terdiam dengan segala pikiran yang terus berkecamuk.

Rayya mencoba menguatkan hatinya, dan berpikir positif. Ia meyakini dirinya bahwasal Haidar tak akan berbuat macam - macam, tapi sayang ia tak bisa. Pikirannya terus mengarah pada dinas dan wanita lain yang ditemui Haidar saat dinas di -Dubai, Batin Rayya.

"Rayya?" panggil Haidar sekali lagi membuat Rayya mengangkat kepalanya.

Manik matanya bertemu dengan milik suaminya. Mata yang pertama kali Rayya lihat satu tahun lalu itu, kini sedang memohon ingin berpoligami darinya.

Lelaki yang dulu gentar menyakininya bahwasal dirinyalah takdir Allah, dan kini sedang menunggu sebuah jawaban penting yang keluar dari mulutnya, yang mana jika saja Rayya salah berucap maka rumah tangganya yang telah disusun selama ini akan hancur bergitu saja. Laahaula wa laquwata ilabillah. Sungguh, hanya kuasa Allah Sang Pemilik Hati yang dapat menuntunnya pada jalan terbaik.

"Aku belum bisa jawab mas," jawab Rayya parau, takut - takut jika ia salah berucap.

Haidar tidak memberikan respon apapun selain menatap lemah istrinya, lelaki itu tak tahu apa yang dipikirkan istrinya sekarang, tapi apapun itu Haidar akan tetap menunggu jawaban Rayya.

"Sudah kau temukan calon istri baru mu?" pertanyaan Rayya itu sedikit membuat Haidar tersentak, tapi ia segera menetralkannya.

"Sudah," jawab Haidar lirih.

Astagfirullah cobaan apa lagi yang engkau berikan pada hamba-mu ini? Batin Rayya.

Dengan sekuat tenaga, Rayya mencoba untuk menahan air matanya agar tak lolos begitu saja. Entah apa yang dilakukannya, padahal jika ia menangis mungkin Haidar akan mengurungkan niatnya berpoligami, karena Rayya tau betul suaminya. Haidar tak bisa melihat seorang wanita menangis, terlebih itu karenanya.

"Mas, kamu pasti masih capek kan? Mau mandi?" tawar Rayya mengalihkan topik pembicaraan.

Haidar diam, tak merespon ucapan istrinya selama beberapa saat. Pikirannya mencoba mengawang - awang, -sepertinya Rayya tak akan pernah memberikan persetujuan padanya, Batin Haidar menimang - nimang.

"Mas?"

"Ah-iya boleh mas mau mandi," jawab Haidar tersadar dari lamunannya.

"Yaudah Rayya siapkan sebentar ya," ucap Rayya dan berlalu dari hadapan Haidar.

Sempat terpikir oleh Haidar mengapa istrinya hanya merespon permohonannya begitu saja. Padahal selama 8 jam perjalanan pulang, Haidar terus memikirkan banyak kemungkinan yang akan terjadi ketika ia mengutarakan niatnya.

Bahkan Haidar berpikir ia, Rayya mungkin saja bisaa kabur dari rumah dan memilih tinggal di rumahnya bersama Umi dan Abi. Dan pasti saja ia akan dipertanyakan oleh Abi perihal ini.

Rayya selalu berbeda dengan wanita lain, Batin Haidar sepertinya memuji Rayya.

***

Habibi Singa Allah [1 Andara]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang