Chapter 18

218 30 0
                                    

- Happy reading -

*Bantu koreksi kalau ada typo, komen ya!

🌺🌺🌺

Semenjijikan apa diriku hingga begitu sulit hanya untuk menggenggam kebahagiaan, Batin Kafka.

***

Drett.. Ponsel genggam Rayya sudah 2 kali terus berbunyi bertanda ada panggilan masuk yang tak terjawab olehnya. Padahal kini ia masih mengerjakan soal - soal ujian akhir semester (UAS).

Sabar Rayya nanti aja buka hp nya, Gumam Rayya yang mulai kesal dengan orang yang terus menghubunginya itu.

"15 menit lagi," ucap Dosen yang mengawasi jalannya UAS di kelas Rayya.

Rayya mendengar ucapan Dosennya bergegas menyelesaikan beberapa soal yang masih kosong itu.

Alhamdulillah, gumam Rayya setelah menyelesaikan soal - soal ujiannya.

Ia segera membereskan beberapa alat tulis lalu menutup laptopnya dan keluar dari ruangan ujian. Langkahnya pun terhenti dan memilih duduk sebentar di bangku taman, untuk mengecek siapa yang sedari tadi mengubunginya itu.

"Ummi?" beo Rayya yang bingung sekali gus terkejut melihat siapa yang sedari tadi menghubungi itu.

Wanita itu segera mengubungi balik Ummi nya itu, pikiran buruk terus saja menghantui Rayya sembari menunggu panggilan terjawabnya. Rayya takut sesuatu yang buruk terjadi pada Ummi atau Abi nya, karena tak biasanya Ummi nya menelpon duluan jika tidak ada hal penting yang harus disampaikannya.

"Assalamualaikum nak,"

"Waalaikumsalam mi, Ummi kenapa? Maaf Rayya lagi di kelas tadi,"

"Iya nak Ummi juga minta maaf nelpon kamu seperti tadi,"

"Ummi kenapa? Ummi sehat - sehat aja kan?"

"Emm kamu pulang dulu ya nak, nanti Ummi jelaskan disini,"

"Memangnya ada apa mi?"

"Pulang sekarang ya nak,"

"Yaudah mi Rayya pulang ya Assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam,"

Rayya langsung memutuskan panggilannya, lalu bergegas menuju parkiran. Tujuannya sekarang adalah rumah Ummi, ia tahu seharusnya sekarang Rayya pergi ke klinik. Tapi melihat suara Ummi nya seperti orang ketakutan dan kebingungan, Rayya langsung tak banyak pikir dan memilih menuju rumah Ummi.

***

Sesampainya di rumah Ummi. Rayya melihat ada sebuah mobil ikut terparkir di perkarangan rumahnya, entah itu mobil siapa dan Rayya pun tak mau ambil pusing.

"Assalamualaikum,"

Deg.

Mungkin sekarang jantungnya sudah copot karena melihat orang yang tengah berada di ruang tamunya.

Rayya terdiam mematung dibuatnya. Suasana hatinya seketika berubah sangat buruk. Pikirannya kacau sekarang.

"Rayya," itu suara Ummi nya menginstrupsi.

Pandangan Rayya teralih dari orang yang tengah duduk itu, ia menatap Ummi nya kebingungan yang sepertinya Ummi pun sama bingungnya dengan Rayya.

Akhirnya Rayya memutuskan duduk di hadapan orang itu. Belum ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut orang itu, begitu pun dengan Rayya. Mulutnya terasa seperti jelly yang tak berdaya untuk berucap apapun itu.

"Apa yang kamu lakukan disini?" pertanyaan itu keluar dari mulut Rayya. Pertanyaan dengan nada mengintimidasi dicampur beberapa perasaan marah, kesal juga dingin.

Ummi hanya diam mendengar ucapan Rayya, wanuta paruh baya itu pun tak tahu harus berbuat apa. Ia melihat anaknya dengan perkataan seperti dulu lagi.

"Maaf kalau ini menganggu waktu mu-"

"Memang," selak Rayya dengan nada ketusnya. Entah mengapa kali ini amarahnya benar - benar bergejolak, ia sudah terbakar api amarah setan.

"Iya saya minta maaf, tapi ada hal penting yang harus kita bicarakan," sambung orang itu dengan sabarnya.

"Kita?" beo Rayya mengulang subjek yang dilontarkan orang itu.

"Rayya,"

"Cukup, saya sudah tak bisa menghormati anda sebagai seorang Dosen lagi, ini sudah kelewat batas," ucap Rayya penuh amarah.

"Istighfar nak, jangan biarkan setan menguasai mu," ucap Ummi mencoba menenangkan putrinya.

"Lagi pula untuk apa orang ini kesini mi? Tidak cukup kah dia meluluh lantahkan hidup Rayya mi?" ucap Rayya yang menggebu - gebu.

Sementara orang itu masih terdiam sambil mendengarkan luapan amarah Rayya. Ia sengaja membiarkan Rayya meluapkan semua amarahnya yang selama ini tak bisa ia sampaikan padanya.

Setelah ia rasa Rayya sudah mulai tenang dan terdiam, laki - laki bernama Kafka yang sedanh berada dihadapan Rayya itu mulai memberanikan diri untuk mengungkapkan niat awalnya.

"Rayya, Ummi kedatangan saya kesini ingin menyampaikan niat baik saya. Bahwa saya ingin menikahi Rayya," ucap Kafka lugas.

Semua terdiam setelah mendengar ucapan Kafka.

"Apa yang kamu katakan?" bukan Rayya atau pun Ummi suara itu datang dari ambang pintu. Membuat semua yang berada di ruang tamu menoleh padanya.

Astagfirullah, batin Rayya beristighfar. Hari ini benar - benar kacau, entah apa yang akan terjadi lagi setelahnya. Rayya terdiam sambil memandangi dua laki - laki yang bertatapan dengan tajam itu.

🌺🌺🌺

Purwakarta, 20 Januari 2021 - REVISI
[10.24 WIB]

-Raa.

Habibi Singa Allah [1 Andara]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang