Chapter 34

215 26 11
                                    

- Happy reading -

*Bantu koreksi kalau ada typo, komen ya!

🌺🌺🌺

"Assalamualaikum!"

"Waalaikumsalam, mas sudah pulang tapi kok telat? Macet ya?" tanya Zahra sembari menyambut tas suaminya itu.

"Enggak lancar saja kok jalannya tadi," jawab Haidar datar.

"Terus kenapa dong?" tanya Zahra lagi.

"Emm.. aku ceritain sambil makan saja ya laper soalnya," ucap Haidar yang sudah ngibrit duluan ke meja makan. Tingkah lucu suaminya membuat Zahra lega karena bisa kembali melihat sedikit tingkah manis dan lucu yang ia rindukan dari sosok itu.

Selama di meja makan, belum ada obrolan apapun yang dimulai Haidar. Lelaki itu sibuk dengan hidangannya bahkan tak menyadari jika sedari tadi istrinya terus menatap dirinya.

"Uhuk! Uhuk!"

"Eh minum dulu mas."

Haidar langsung menenggak segelas air putih yang diberikan Zahra. "Kamu makannya buru-buru sih, laper atau doyan sih," goda Zahra.

"Hahahaha dua-duanya dong! Lagian waktu di rumah Rayya tadi gak sempet makan dulu, takutnya kamu kelamaan nunggu," ucap Haidar spontan.

Semenit-dua menit, Zahra diam terpaku bingung ingin merespon apa. Padahal tadi dirinya sudah sangat berharapa bahwa keterlambatan suaminya karena ingin memberikan sesuatu yang spesial sebagai permintaan maaf perihal kemarin. Tapi ternyata.. Zahra salah.

"Oh ya aku mau ngasih tau kabar baik," ucap Haidar memecah lamunan Zahra.

Kabar baik? Batin Zahra memberikan harapan pada ucapan Haidar, lagi.

"Kamu tau sayang?-" jeda Haidar

"Rayya HAMIL!"

...

...

...

Zahra kembali dihancurkan oleh harapan yang ia buat sendiri. Wanita itu kembali melamun dan bingung harus bersikap bagaimana.

Disatu sisi dia tau suaminya-Haidar-sangat bahagia atas kabar itu yang tentu juga sebagai seorang istri dirinya harus ikut berbahagia juga bukan? Tapi disisi lain, Zahra tau akan ada pertaruhan perasaan nantinya juga kekhawatiran bahwa posisinya akan segera tergeser setelah kelahiran anak Rayya nanti.

"Zahra?" panggil Haidar mencoba menyadarkan lamunan Zahra.

"Eh-iyaa mas? Hehe aku sangking kaget dan terharunya sampe ngelamun."

"Ooh kiraian kamu kenapa."

"Ngomong-ngomong, mbak Rayya sudah berapa minggu?" tanya Zahra menetralkan suasana.

"4 minggu kurang lebih," ucapan Haidar itu membuat Zahra terkejut bukan main.

Bagaimana tidak? Kehamilan Rayya sudah 1 bulan, sedangkan dirinya dengan Haidar baru menikah beberapa hari ini.

Zahra terus memikirkan hal itu. Kegundahan serta rasa takut mulai menghantui dirinya, ia punya firasat kurang dari 1 tahun dirinya akan segera ditendang Haidar.

***

Waktu sudah menunjukkan pukul 22.16 WIB. Tapi Zahra belum lagi bisa tidur, ia melihat kesebelah dimana suaminya telah tidur pulas. Hal itu dimanfaatkan Zahra untuk beranjak dari ranjang tidur.

Zahra menekan sebuah nomor telepon. Ia tak dapat memendam hal ini sendirian, setidaknya jika ada orang lain yang mengetahui perihal ini dan bagaimana kondisi dirinya yang sebenarnya, Zahra tak akan menjadi peran antagonis.

"Halo?"

"Eh lo ngapain Zah? Ampun dah malem ini, lo lagi gak main apa sama suami lo itu?"

"Sembarangan lo Din! Eh tapi gue lagi butuh lo nih."

"Hah kenapa? Suami lo gak bisa muasin di ranjang? Masa sih, coba bagi yang nge-"

"SYUT! Lo ngomong apa sih, ngawur banget deh."

"Ya lagian lo kan belum cerita sama gue gimana malem pertamanya."

"Eh sumpah ya, lo bahas masalah ginian lagi gue block kontak lo ya."

"Hehehe iya deh jangan marah atuh istri kedua hihi."

"Jaga mulut lo!"

"Iya deh, sok apa buruan atuh cerita."

"Mbak Rayya hamil."

"WHAT? DEMI APA LO ZAH? WAH BAHAYA INI."

"Bahaya gimana?"

"Ya kalau nih istri pertama hamil, nah dia bisa itu minta ke suaminya talak istri kedua. Dan secara nih ya kan suami nurut saja karena ada janinnya diperut si istri pertama, kayaknya lo bakal pisah deh gak lama lagi."

"Gue juga mikirin tentang itu tadi, terus gue harus gimana dong?"

"Hmm gini deh besok kita ketemuan, gue bakal bantuin lo kok tenang aja ya woles sama gue mah, semua orang takut sama gue."

"Yaudah deh kalau begitu makasih loh ya mau bantuin gue."

"Woles aja lo sahabat bebuyutan gue gak mungkin gue biarin hidup lo bakal diancurin gitu aja sama si istri pertama, yaudah ah gue mau lanjut maskeran bye!"

Zahra langsung menutup teleponnya dan segera kembali ke kamar, takut-takut nanti Haidar sadar bahwa dirinya tak disamping suaminya itu.

Ya Allah permudahkan segalanya. Batin Zahra.

🌺🌺🌺

Purwakarta, 24 Juli 2021 - REVISI
[23.50 WIB]

-Raa.

Habibi Singa Allah [1 Andara]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang