Chapter 39

387 30 8
                                    

"Allah tidak pernah memberikan cobaan diluar batas kemampuan hambanya."

- Happy reading -

*Bantu koreksi kalau ada typo, komen ya!

🌺 🌺 🌺

Sepasang paruh baya itu berjalan sedikit berlari menuju ruang ICU, seolah-olah jika mereka memperlambat kecepatan sedikit saja maka tujuan mereka akan semakin lari menjauh.

"Nak!" panggilan itu membuat seluruh orang yang telah datang lebih dulu langsung menoleh ke sumber suara.

"Abi?" sahut Haidar ketika melihat kedatangan mertuanya.

"Rayya mana? Gimana keadaan dia?" tanya umi khawatir dengan keadaan sang anak.

"Lagi diperiksa dokter umi dan tadi Haidar udah ketemu Rayya kok dia juga udah sadar," jelas Haidar menenangkan umi.

Sedikit lega mendengar ucapan mantunya itu. Lantas pandangan umi beralih kepada seorang wanita yang tengah duduk disebelah besannya. Wanita itu hanya mengulum senyum untuk menyapa umi, sedangkan umi masih diam dengan tatapan sulit diartikan.

"Ini Zahra umi," ucap Haidar memperkenalkan istri keduanya.

"Iya umi sudah tau."

Hening. Tak ada pembicaraan setelahnya, semua masih menunggu dokter keluar dan memberikan kabar keputusan selanjutnya.

***

Sementara diruang berbeda. Raffif, Irham dan istri nya sedang berbincang.

Irham tau bahwa Raffif adalah salah satu orang terdekat di rumah tangga adiknya itu—Rayya dan Haidar. Raffif kini tengah menceritakan segala yang terjadi diantara mereka.

"Itu aja yang ku tau bang," ucap Raffif mengakhiri.

Irham diam, amarahnya sudah ingin meledak-ledak sekarang juga. Bisa-bisanya adik kesayangannya diperlakukan seperti itu oleh Haidar, benar-benar tak tau diri!

"Aku mau setelah Rayya keluar dari rumah sakit ia harus berpisah dengan Haidar dan kamulah yang akan menemaninya nanti," ucapan tak terduga dari Irham membuat Raffif terkejut.

Tak disangka jika dirinya yang dilirik oleh Irham untuk mendampingi adiknya nanti. Ada rasa kemenangan dalam diri Raffif mendengar ucapan Irham tapi juga kekhawatiran jika nanti hubungannya dan Haidar akan hancur atau bahkan lebih parahnya  jika Rayya tak sudi menerimanya.

Tuttt.

"Dok ada kontraksi dari pasien atas nama Rayya Humaira Fera saat ini pasien membutuhkan tindakan banyak dokter."

Suara radio monitor itu langsung membuat Raffif kalut, begitu pun dengan Irham. Mereka langsung berlari menuju ruang ICU tempat Rayya dirawat.

"Bang Irham tunggu sini aja," ucap Raffif menghadang Irham untuk masuk.

Semua orang yang sedang menunggu disana dibuat kaget melihat kedatangan banyak dokter juga perawat. Hal ini membuat umi histeri kembali, ketakutakan akan kondisi anaknya yang semakin memburuk.

"Haidar," panggilaan itu membuat sang empu nama menoleh.

"Iya bang?"

"Boleh saya minta tolong pada mu?"

"Boleh bang."

"Ceraikan Rayya."

Deg.

Bagai disambar petir mendengar kalimat itu keluar dari kaka iparnya. Haidar yang sudah kalut semakin berantakan setelah mendengar ucapan Irham.

Habibi Singa Allah [1 Andara]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang