End

478 30 13
                                    

- Happy reading -

*Bantu koreksi kalau ada typo, komen ya!

🌺🌺🌺

"Boleh ikut duduk?"

Aku masih ingat jelas, kalimat pertama yang menjadi awal dimana kami saling mengenal. Kala itu Lelaki dengan hoodie birunya datang menghampiri dari fakultas hukum ke fakultas kedokteran hanya untuk mengembalikan buku ku yang sudah diambil paksa oleh temannya. Menarik. Kata yang pertama kali muncul dikepala ku untuk menggambarkan sosok lelaki itu.

Dan setelahnya, Allah berkata lain. Aku dipertemukan lagi pada hari yang sama dengan lelaki itu. Haidar, begitulah namanya. Teringat tentang kisah keberaniannya seorang sahabat sekaligus paman Nabi yaitu Hamzah bin Abdul Muththalib. Atas keberanian Hamzah ia dijuluki Singa Allah, aku rasa Haidar juga pantas disebut begitu.

Lelaki itu dengan berani meyakinkan ragu ku untuk menikah dengannya, tanpa kenal lelah. Habibi Singa Allah begitulah aku menggambarkannya saat itu. Dia berani, baik hati, berwawasan luas, dan pantang menyerah.

Habibi. Panggilan sayangku pada lelaki itu. Setelah melewati masa yang cukup panjang, akhirnya lelaki itu menikahi ku. Kami melewati upacara pedang porak saat itu, karena ternyata ia adalah seorang Perwira yang mengambil S2 Hukum. Hebat, aku semakin terkagum-kagum padanya saat itu.

Hari ke hari kami lewati bersama, aku mulai terbiasa tidur berbagi ranjang dengan orang lain, walau pada awalnya itu terasa sangat aneh tapi perlahan aku malah merindukan kehadirannya di samping ku saat dirinya sedang dinas. Hahaha lucu memang tapi begitu rasanya jadi pengantin baru.

Tak ku sangka 1 tahun pernikahan kami telah terlewati, suka duka sudah kami telan bersama. Mulai dari kehadiran Kafka yang tiba-tiba saja datang diawal pernikahan kami, LDR kami selama Haidar dinas, sampai kami yang sedang berjuang bersama untuk mendapatkan momongan.

Anniversary 1 tahun pernikahan kami, Haidar tak memberikan ku liburan mewah seperti saat honey moon dulu. Lelaki itu membawa ku pergi ke sebuah panti asuhan, disana aku bertemu dengan banyak anak kecil kami bermain seharian di panti asuhan itu. Menyenangkan. Itu mengobati sedikit rasa sedih ku karena sudah terlalu lelah berjuang untuk mendapatkan buah hati.

Manis dan sangat berkesan. Sejak saat itulah setiap bulannya kami jadi rutin datang ke panti asuhan itu, lama-lama kami mengajak yang lainnya untuk datang juga sekalian silaturahmi dengan teman kampus, begitu kata suami ku.

Indah. Jika ada kata lain yang bisa menggambarkan keindahan tiada tara ini beritahu aku, pernikahan kami berjalan sangat indah dalam 1 tahun pertama ini. Tapi, ditahun kedua pernikahan kami aku mulai melihat kerikil bertebaran dimana-mana.

Zahra. Nama wanita itu adalah Zahra. Wanita dari masa lalu Haidar, tak ku sangka perjalanan dinas Haidar saat itu akan membawa malapetaka rumah tangga kami. Haidar pulang membawa wanita lain dan ia berniat menikahi wanita itu. Yang artinya aku dimadu.

Ditahun 2 ini pernikahan kami semakin goyah. Haidar berpoligami dan ia terkadang menyakiti perasaan ku atau bahkan perasaan kami berdua. Aku tau Zahra juga wanita, aku dapat merasakan apa yang dirasakan Zahra terlebih lagi wanita itu masih muda dengan tingkah labilnya yang terkadang membuat ku tak bisa berkata-kata lagi. Dan aku terpaksa mengalah dengan wanita itu.

Sedih. Di saat Allah telah mempercayai kami untuk menjadi orangtua, Haidar datang membawa wanita lain dalam rumah tangga ini. Tapi aku masih berusaha ikhlas, walau semakin hari aku semakin tak mengenal suami ku ini. Sifatnya berubah-ubah, emosinya sering kali naik turun terhadap aku dan Zahra. Entah mengapa, tapi semenjak itu senyuman ku semakin menyusut hilang.

Habibi Singa Allah [1 Andara]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang