Chapter 30

277 29 9
                                    

"Karena kamu yang membuat lubang setan yang seharusnya tidak kamu ijinkan hadir, dan kamu serta anak mu akan baik - baik saja jika lubang setan itu tidak hadir"

- Happy reading -

*Bantu koreksi kalau ada typo, komen ya!

🌺🌺🌺

Pagi ini Rayya terbangun dengan keadaan tidak segar, suaminya benar - benar tidak pulang. Rayya yakin, kini Haidar tengah bersama Zahra menikmati hari pertama mereka sebagai suami-istri.

"Aku salah menilai Haidar," suara itu berhasil membuat Rayya terkejut setengah mati.

"Kok Abang bisa disini?" protes Rayya saat melihat Bang Irham-kakanya berada di dapur bersamanya.

"Tadi dibukain sama ART kamu," ucap Irham berjalan mendekati adiknya.

"Abi marah dek," ucapan itu berhasil membuat tubuh Rayya menegang.

"Bang-" ucapan Rayya terhenti setalah mulutnya dibekap paksa oleh Irham.

"Aku gak mau denger pembelaan kamu terhadap suami mu, hal ini sudah cukup membuktikannya," ucapan Irham semakin terdengar sinis.

"Ingat kata kata ku, kalau sampai Haidar berlaku tidak adil apalagi memperlakukan kamu dengan tidak seharusnya, gugatan cerai akan langsung melayang padanya," ancam Irham pada adiknya.

"Bang! Bang Irham harus ingat porsi abang dalam rumah tangga aku, kamu gak bisa semenah - menah untuk mengatur rumah tangga ku," ujar Rayya yang tak terima atas ancaman kakanya.

"Mau atau tidak, suka atau tidak itu bukan urusan ku, karena sekarang kamu tanggung jawab ku dan perlu kamu tau, bahwa Abi gak mau tau apapun yang terjadi tentang kamu, Haidar dan istri madu kamu itu," ucapan itu berhasil membuat Rayya diam tak bersuara.

Rayya tak menyangka jika keputusannya ini membuat Abi murka sampai Abi tak sudi lagi berurusan dengan anaknya sendiri.

"Kenapa Rayya yang disalahkan?" lirih Rayya membuat Irham yang tadinya telah berjalan meninggalkan adiknya menjadi diam ditempat.

"Karena kamu yang membuat lubang setan yang seharusnya tidak kamu ijinkan hadir, dan kamu serta anak mu akan baik - baik saja jika lubang setan itu tidak hadir," jawab sinis Irham lagi lagi membuat Rayya terdiam. Bagaimana bisa kakanya tau bahwa ia tengah mengandung, padahal hanya Raffif yang tau perihal ini.

Rayya diam memandangi Irham yang sudah keluar dari kediamannya. Pikirannya berkecamuk, Rayya bingung harus berbuat apa sekarang. Abinya sudah terlanjur murka padanya, suaminya belum lagi pulang dan entah sampai kapan itu, Irham-kakanya pun telah ikut mencampuri rumah tangganya.

"Mbak."

"Kenapa bu?"

"Tolong hubungi pihak rumah sakit, hari ini aku tak bisa bekerja dulu."

"Baik bu."

Rayya merasa mungkin dirinya butuh hiburan dulu, akhirnya Rayya memutuskan untuk mengunjungi sahabatnya, Alya.

***

"Aku ngerti perasaan kamu, kamu sekarang dilema dan gak bisa berbuat apapun tapi kamu juga gak bisa nyerah gitu aja, ada anak yang harus kamu perjuangkan Rayya."

Rayya masih diam melamun, dan tak menggubris ucapan Alya. Setelah menceritakan semuanya pada Alya malah membuat dirinya semakin bingung. Jawaban Alya sama sekali tidak seperti yang diharapkan, dan malah membuat Rayya semakin tertekan.

"Aku harus apa?" lirih Rayya membuat Alya terdiam.

"Ikhlas, nasi sudah jadi bubur Rayya dan kamu sudah gak bisa berbuat apapun lagi. Jadi cukup ikhlas dan beritahu Haidar tentang anak ini, ingat dia suami kamu sekaligus ayah dari anak ini jadi Haidar punya hak untuk tau," ucap Alya sambil mengelus pundak sahabatnya untuk memberi kekuataan agar bisa tegar.

Rayya diam mencerna baik baik ucapan Alya. Entah apa itu keputusan yang baik atau tidak, tapi mungkin akan ia coba.

***

"Assalamualaikum."

"Dari mana?" pertanyaan Haidar langsung menyambut kepulangan Rayya.

Rayya diam sambil berjalan menuju suaminya dan mencium punggung tangan Haidar. "Dari rumah Alya."

"Kenapa gak ijin dulu? Biasanya kamu ijin kalau mau keluar, dan kenapa kamu gak kerja juga? Aku nyariin kamu di Rumah sakit tadi," pertanyaan bertubi - tubi yang dilontarkan Haidar sukses membuat Rayya semakin stress.

"Pertama aku gak mau ganggu waktu kamu berdua sama Zahra, kedua aku gak enak badan makanya gak kerja," jawab Rayya seadanya.

"Gak enak badan tapi main di rumah Alya?" pertanyaa sinis itu membuat Rayya kesal.

"Kamu ini kenapa? Gak biasanya nada biacara kamu jadi kayak gini."

"Dan baru saja kamu sedang membentak suami kamu sendiri," ucap Haidar membalikan pernyataan.

"Cukup, ada apa kamu pulang? Bukannya seharusnya kamu sedang bersama Zahra sekarang?" tanya Rayya yang sudah muak untuk bertele - tele.

"Kamu mau menyalahkan Zahra atau bagaimana? Kamu gak terima dengan hadirnya dia?" pertanyaan kembali dilontarkan Haidar membuat Rayya muak. Wanita itu lebih memilih meninggalkan suaminya dan kembali ke kamar untuk beristirahat.

"Rayya! Apa - apaan kamu ini! Sudah tidak bisa menghargai suami kamu ya?" pekik Haidar yang naik pitam melihat Rayya mengabaikan dan meninggalkannya begitu saja.

Rayya masih tak memperdulikan itu, ia terus berjalan ke kamar dan membaringkan tubuhnya diatas ranjang secara asal.

"Rayya!" pekik Haidar lagi ketika melihat istrinya sedang berbaring tanpa memperdulikan dirinya.

"Rayya kamu kenapa? Kamu gak bisa menghormati dan menghargai aku lagi? Kenapa kamu berubah? Zahra saja tau-"

"Tau apa? Tau cara mengambil suami orang? Kalau kamu memang merasa lebih nyaman bersama Zahra lebih baik kamu tinggal disana dan gak perlu pulang lagi kesini," baru pertama kali ini Haidar mendengar ucapan Rayya sepedas itu.

"Kamu yang memberikan aku ijin Rayya, kalau kamu gak menijinkan aku tidak akan menikahi Zahra."

"Mas cukup! Aku bingung! Aku pusing! Dan tolong jangan tekan aku dengan beribu - ribu pertanyaan yang gak penting ini."

"Gak penting kata kamu? Zahra juga-"

"Mas! Stop! Aku lagi hamil anak kamu dan sekarang kamu terus menekan aku dengan ribuan pertanyaan yang bisa buat aku gila dan berdampak buruk pada anak kamu!" ucapan Rayya berhasil membuat Haidar diam mematung.

"Kamu hamil sayang?" tanya Haidar sambil berjalan mendekati Rayya yang terduduk dipinggir ranjang tidur.

"Iya! Bahkan sudah dari sebelum kamu menikahi Zahra."

"Sayang?"

🌺🌺🌺

Purwakarta, 22 Mei 2021 - REVISI
[14.10 WIB]

Hargai penulisnya yuk!! ⭐⭐⭐

-Raa.

Habibi Singa Allah [1 Andara]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang