23. Tragedi Saat Sarapan

50 3 0
                                    

       Jimin menyisir rapi rambut blondenya. Pantulan di cermin menampakkan wajahnya yang segar setelah mandi dan bersiap segera turun untuk sarapan bersama yang lain. Sedikit polesan lip balm tipis membuat bibirnya jadi bercahaya.
       Jimin menoleh cepat ke arah pintu kamarnya saat sedang berbenah diri. Suara pintu diketuk oleh seseorang.
       "Oppa, aku masuk, ya," suara nyaring seorang gadis di depan pintu kamar Jimin.
      Kim memasuki kamar oppanya yang bersih dan rapi. Tentu saja, kalau kotor dan berantakan sedikit saja Ho Seok pasti sudah seperti orang gila. Mengomel sambil memunguti barang barang yang berserakan.
       Ia berjalan perlahan menuju tempat tidur kemudian duduk di salah satu sisinya. Dekat dengan Jimin yang masih asyik bercermin.
       "Kenapa?" tanya Jimin singkat sambil ikut duduk di samping sang adik kesayangan.
       "Sebelumnya, aku ingin minta maaf. Kemarin aku memakai ponselmu tanpa izin. Sekarang aku datang mau mengembalikannya. Jeongmal mianhada," ujarnya.
       "Arrasseo. Oppa sudah tahu kau mengambilnya," jawab Jimin.
       "Kau tahu? Kenapa oppa tidak memintanya?"
       "Tidak apa apa. Kau pasti cukup jenuh karena masalah ponselmu yang disita. Oppamu ini tahu kau tidak bisa hidup tanpa musik dan earphone. Benar, kan?"
      Kim mengangguk cepat sambil tersenyum lebar. Lalu ia berikan ponsel berwarna putih yang dibalut dengan silikon hitam itu pada si empunya.
      "Kau tidak mau menggunakannya lagi?"
      "Anio. Kalian akan datang ke sekolah dan menyelesaikan semua masalahnya," Kim menggelengkan kepala sambil tersenyum cerah.
      Ia beranjak dari tempatnya duduk. Hendak meninggalkan kamar itu dan menuju ke ruang makan untuk bergabung bersama oppa oppanya yang lain. Namun Jimin menarik lengannya seraya mencegahnya pergi.
      "Jakkammandae," ucapnya sambil sedikit mendongak.
      Kimberly menghentikan langkah.
      "Akan menyenangkan jika kita selfie terlebih dahulu," lanjut Jimin sambil mengatur kamera ponselnya.
       Dilingkarkan lengannya di bahu Kimberly seraya merangkulnya dengan penuh kasih sayang. Senyum yang terukir di bibir keduanya tertangkap kamera ponsel yang menampakkan bahwa mereka sangat dekat.
      "Hana, deul, set."
      Cekrek.
      Satu foto yang sempurna segera tersimpan di memori ponsel Jimin. Tak perlu berpikir panjang untuk mengeditnya atau segala macam. Langsung saja ia jadikan sebagai wallpaper. Sempurna.
      "Khajja," ajak Jimin sambil merangkul bahu Kim.
      Mereka keluar dari kamar Jimin dengan wajah berseri seri. Dari arah lain, Taehyung tiba tiba muncul dan langsung ikut merangkul adiknya di sisi yang lain. Tak mau kalah, Jungkook datang setengah menubruk Taehyung. Lalu ikut nimbrung bersama saudara saudaranya. Entah mengapa hari ini bawaannya mereka bahagia terus. Tapi tidak tahu kenapa.
      Yoon Gi menatap mereka datar dari pintu ruang makan. Wajahnya biasa saja, padahal otaknya sedang berpikir. Tumben mereka harmonis. Mau sarapan saja kenapa harus dempet dempetan. Senyum senyum bahagia tapi tidak bagi bagi. (Ciaile, ada yang cemburu ini mah).
       "Kalian ini kenapa?" Ho Seok tidak mampu menahan rasa penasarannya.
      "Tidak ada," jawab Jimin seraya duduk di salah satu kursi diikuti Taehyung, Jungkook, dan Kimberly.
      "Bohong," bisik Nam Joon. (Tapi kedengeran).
      "Hari ini kalian jadi ke sekolahku, kan?" Kim memastikan agar oppa oppanya tidak membatalkan rencana sebelumnya.
      "Tentu saja jadi. Kasian oppamu. Ponselnya kau pakai seharian kemarin. Sudah kami tidak bisa menghubungimu, di tambah Jimin juga sama. Makin pusing kepalaku," gerutu Seok Jin sambil menoleh ke arah Jimin.
      Kimberly hanya tersenyum imut. Karena gemas, Ho Seok langsung mencubit salah satu pipinya. Sampai meninggalkan bekas yang kemerahan. Pipinya yang chubby hampir mirip dengan pipinya Jimin membuat Ho Seok tidak tahan ingin mencubitnya.
      Seperti biasa, masakan Seok Jin selalu bisa memuaskan nafsu kelaparan mereka. Tidak butuh waktu lama bagi mereka untuk menghajar setiap menu. Dan hasilnya, mereka jadi kekenyangan. Terdiam di kursi sambil sedikit mengelus perut mereka yang mulai buncit.
      "Ini benar benar hari yang sempurna," gumam Jungkook.
      "Eung. Semalam sampai pagi ini," jawab Taehyung.
      "Aku mau, tidur bersama Kim lagi malam ini," ujar Jungkook polos.
      Jimin dan Taehyung membelalak. Jungkook yang ceroboh. Kelepasan hingga mengatakan, ia tidur dengan Kim semalam. Mata semua orang tertuju padanya.
      "Mwo??!!" seru Ho Seok.
      Jungkook mematung begitu menyadari ia sedang menghampiri mautnya. Jimin dan Taehyung menatap tajam ke arahnya. Seolah mengatakan: 'akan kubabisi kau jika berani mengatakannya'.
      "Hey, jawab aku !" Ho Seok mulai geram.
      Jungkook tersentak.
      "Tae juga ikut," ujarnya refleks.
       Tae menepuk jidat. Jimin memijat pelipis.
       "Chaeseonghaeyo, hyungnim," lanjutnya sambil tersenyum bersalah.
       Ho Seok memandangi Tae dan Jungkook dengan tatapan menusuk.
       "Jimin. Jimin juga tidur dengan Kim 2 hari yang lalu," ucap Taehyung.
       Mata Jimin membulat. Ho Seok memberi tatapan membunuh. Secara tiba tiba, ia melayangkan pukulan di lengan Jimin sambil mengomel.
       "Dasar keterlaluan. Bisa bisanya kau berbohong padaku, hah? Kau tinggalkan aku sendiri dan bersenang senang tidur dengan Kim. Dasar sialan," Ho Seok terus memukuli Jimin padahal ia sudah meringis kesakitan.
        Tapi Ho Seok tidak peduli. Kim ikut merasa ngeri melihat aksi Ho Seok yang seperti ibu tiri. Ia bahkan melempari Tae dan Jungkook dengan menggunakan sendok. Terakhir terakhir, Ho Seok menarik tangan Kim dan membawanya keluar.
        "Hari ini tidak ada yang boleh menemui Kim. Dia akan terus bersamaku dan tidak ada yang boleh mengganggu," katanya emosi.
       "Mana bisa begitu?" Seok Jin hendak protes.
       "Aku tidak peduli! Aku yang akan mengantarnya. Jangan hentikan aku," jawabnya kasar sambil menarik tangan Kim meninggalkan ruang makan. Semua terdiam. Relakan saja Kim untuk seharian ini bersama Ho Seok.
       Kim juga mau mau saja dibawa oleh oppanya. Yang ia pikirkan adalah mereka terlalu menyayanginya. Sampai saling cemburu satu sama lain. Sebuah taxi online dipesan Ho Seok untuk mengantar Kim ke sekolah dan mengantarnya ke studio. Ia sungguh tidak ingin diganggu oleh saudara saudaranya.
       Di dalam mobil tak henti hentinya ia memeluk dan merangkul Kim walau dengan bibir poutnya. Rasanya geli memiliki oppa sepertinya. Ia tidak banyak bicara seperti biasa karena sedang marah.
                                        ***

Recommended Song :
BTS - Magic Shop 

OUR HIDDEN FAMILY (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang