76. Map

31 4 0
                                    

       "Chan Bin(ah) . . . " Hyeon Joon terduduk di kursi kerjanya dengan angkuh.
       "Ne, Taepunim(Tuan/tuan besar)," jawab kepala bodyguard kepercayaannya, dengan sopannya sambil membungkuk memberi hormat.
       "Kirimkan ini pada putraku."
       "Algaesseumnida," Chan Bin menerima sebuah box yang dibuat sedemikian rupa hingga menyerupai bingkisan dan entah apa isinya, untuk segera ia kirimkan pada putra majikannya.
       Sesaat kemudian, Chan Bin sudah tidak tampak lagi di ruang kerja Hyeon Joon. Langsung melaksanakan tugas, tanpa bertanya lagi atau perlu menundanya.

Nam Joon.
Mari kita lihat, apa kau cukup cerdas untuk memahamiku?
Apa kau bisa mengerti pesanku?

Batin Hyeon Joon sambil tersenyum miring. Membanggakan dirinya sendiri.
                                      ***
       "Aigoo, chinchae," Jungkook mendesah saat baru saja masuk rumah.
       "Ije eottokharago?" (Sekarang bagaimana?) tanya Jimin gusar sambil merebahkan dirinya di sofa bersama Taehyung, Jungkook, Seok Jin, dan Ho Seok.
       "Hyeon Joon(ah), chinchae . . . Aish," Nam Joon sangat tidak bisa tenang sedetik pun.
       "Jadi kita harus apa?" sahut Jungkook.
       "Aku benar benar tidak tahan. Kita terobos saja rumahnya," Nam Joon mulai kehilangan akal.
       "Micheosseo?!" (Apa kau sudah gila?) Seok Jin menoleh cepat.
       "Mwo?!" Nam Joon balik menatapnya tajam.
       "Kalau kau mati bagaimana?" tanya Yoon Gi.
       "Siapa yang peduli?!"
       "Tutup mulutmu!!" Seok Jin setengah membentak, sambil melempar bantal.
       Nam Joon hanya mendengus.
       "Ada ada saja," lirih Ho Seok.
       "Gugatan hak asuh Kim sudah diajukan. Bagaimana kau berpikir untuk menerobos rumah Hyeon Joon lalu membawanya pergi dari sana? Dia pasti akan mempersulit kita saat sidang karena kau bertindak gegabah, hyung," ujar Taehyung.
       "Apa kau sungguh tidak memikirkannya?" timpal Jimin.
       "Kemana IQmu yang 148 itu?" gurau Jungkook.
       "Berhenti menggodanya. Ini serius," Jimin menyikut Jungkook.
       "Chaeseonghamnida," Jungkook langsung menunduk.
      
       Ting . . . . Tong . . . .

       "Siapa yang datang malam malam begini?" omel Seok Jin seraya beranjak membuka pintu.
       "Annyeong hasimnida, aku mengantarkan paket untuk kalian," ujar seorang pria dengan sebuah paket berupa kotak di tangannya.
       "Paket? Tapi aku tidak memesan apapun," lirih Seok Jin. Karena penasaran, yang lain ikut melihat siapa yang datang dan apa yang dibawanya.
       "Anda memang tidak memesannya. Tapi ini memang dikirim untuk Anda," ujar pria itu.
       "Dangshin nuguseyo?" (kau siapa?)  tanya Jimin.
       "Aku seorang kurir."
       "Hyung, apa itu?" tanya Jungkook.
       "Mollasso," jawab Seok Jin pendek sambil menatap kotak di tanganya.
       "Siapa pengirimnya?" tanya Yoon Gi pada sang kurir.
       "Chaeseonghamnida. Dia tidak ingin aku membaritahu kalian."
       "Ne. Ghamshamnida," ujar Taehyung seraya tersenyum.
       "Keureom," kurir itu memberi hormat lalu pergi.
       "Apa isinya?" Ho Seok ingin tahu.
       "Jankkam. Aku punya firasat buruk tentang benda itu. Biar aku yang buka," kata Nam Joon.
       Nam Joon meraih kotak tersebut dari tangan Seok Jin. Jantungnya berdebar debar saat ia membuka tutup kotak misterius yang berwarna merah muda itu.
       "Mwo??!!" Ho Seok terbelalak saat Nam Joon membuka kotak itu.
       "Igeu mwoya?!" timpal Seok Jin.
       "Jamshimanyo," Jimin mengambil sebuah benda bermotif kotak kotak dari dalam kotak itu.
       "Ini . . . Ini dasi kupu kupu milik Kim yang biasa dia pakai saat pergi ke sekolah," ujar Jimin yang langsung mengenali benda tersebut.
       "Jeongmalyo?" Yoon Gi kurang yakin.
       "Maljha," sahut Taehyung dan Jungkook.
       "Kim(ssi) . . . . " Jimin shock dan langsung menangis.
       Karena merasa semuanya sudah tidak benar, Nam Joon menduga pengirimnya berusaha menyampaikan pesan dengan mengirim benda itu. Ia membolak balikkan sisi kotak juga tutupnya, berharap menemukan sesuatu tentang pengirimnya.
       "Hyeon Joon," ujar Nam Joon tiba tiba.
       "Mworagoyo?" Yoon Gi setengah kurang paham.
       Ternyata terdapat tulisan kecil berupa 2 inisial yang dicetak di sudut tutup kotak tersebut. Tertulis huruf HJ dan berwarna gold. Nam Joon begitu marahnya hingga ia meremas lalu melempar kotak itu ke lantai sekeras kerasnya. Semua kaget dan terjingkat.
       Nam Joon yang marah langsung menangis tersedu sedu. Ia benar benar merasa buntu. Hyeon Joon benar benar membuktikan ucapannya saat di rumah sakit.
        "Ayo kita mandi dan istirahat. Keadaanmu sangat tidak memungkinkan untuk membahas masalah strategi. Kita bicarakan besok saja saat makan siang," Seok Jin menghampiri Nam Joon dan mencoba membujuknya. Untungnya Nam Joon yang sedang stress mau menurutinya. Atau dia akan merusak semua barang yang ada di rumah.
                                        ***
       "Apa kau yakin?" dengan santai dan tenangnya Seok Jin mengutarakan rencananya untuk menyusup ke rumah Hyeon Joon dan membawa kembali Kim dari sana. Dengan penuh percaya diri sambil duduk membelakangi pengacara Choi. Tentu saja pengacara Choi terkejut.
       "Tentu saja. Aku harus mengeluarkan adikku dari sana. Apapun caranya," jawab Seok Jin sambil memutar tempat duduknya, menghadap pengacara Choi.
       "Apa yang harus kulakukan?" pengacara Choi antusias.
       "Kau sudah mengintai rumah Hyeon Joon, kan?"
       "Ye. Keureosseumnida."
       "Kalau begitu beri aku denah rumahnya."

Hah?

Pengacara Choi tersentak.
       "Denah?" tanyanya kurang yakin.
       "Kenapa? Kau tidak bisa memberiku denahnya?"
       "Animnida. Akan segera kukirim. Gidarissipsio (tolong tunggulah)."
       "Algaessne," Seok Jin tersenyum puas.
       "Kalau begitu, aku permisi," pengacara Choi meninggalkan ruangan Seok Jin.

Seok Jin. Ya ampun, apa yang kau pikirkan? Yang benar saja.

Gumam pengacara Choi sembari berjalan menuju lift.
                
                                        ***

Jin Botol: Aku punya kabar baik

JHope Kuda: Apa ?????

Jin Botol: Hari ini aku bertemu pengacara Choi

Jimin Dolly Cute: Di kantor?

Jin Botol: Eung

Monster Namjoon: Apa kau membicarakan soal Kim?

Monster Namjoon: Apa tanggapannya?

Jin Botol: Aku tidak tahu

Kookie Kelinci: Jadi apa kabar baiknya?

Monster Namjoon: Jadi apa kabar baiknya?

JHope Kuda: Jadi apa kabar baiknya?

Jimin Dolly Cute: Jadi apa kabar baiknya?

Tae Alien Gila: Jadi apa kabar baiknya?

Jin Botol: Hey, beruang kutub! Bangun kau! @SugaSwagous

Jin Botol: Mau habiskan berapa tahun untuk hibernasi? @SugaSwagous

Suga Swagous: Aku menyimak

Tae Alien Gila: Sudah kuduga

Tae Alien Gila: Dia pasti hanya menscroll

Jin Botol: Pengacara Choi akan mengirimkan denah rumah Hyeon Joon

Jin Botol: Kita bisa lebih mudah menyusup

JHope Kuda: Hyung, kau yang terbaik

Monster Namjoon: Ayo kita lakukan

Jimin Dolly Cute: Khajja!

Tae Alien Gila: Khajja!

Kookie Kelinci: Khajja!

Jin Botol: @SugaSwagous

Suga Swagous: Khajja
                
                                        ***

Bisa nggak, ya Seok Jin dan yang lain nyusup ke rumah Hyeon Joon?

OUR HIDDEN FAMILY (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang