89. Home Sweet Home

28 4 0
                                    

Unknown: Annyeong

Kim: Dangshin nuguya?

Unknown: Jaemin imnida

Kim: Jaemin? Dari mana dapat nomorku?

Jaemin: Jin hyung

Kim: Pantas

Kim: Kenapa mengirim pesan?

Jaemin: Bagaimana perasaanmu setelah pulang?

Kim: Aku benar benar merasa baik

Jaemin: Keurae

Jaemin: Kau sedang apa sekarang?

Kim: Sedang belajar

Kim: Aku merindukan buku bukuku

Jaemin: 😂

Jaemin: Apa aku mengganggumu?

Kim: Tidak

Kim: Aku hanya mengulang kembali pelajaran di sekolah. Bukan sedang mengerjakan tugas

Jaemin: Baiklah. Aku tidak ingin mengganggumu

Jaemin: Aku bertanya karena tadi reaksimu seperti itu saat Jin hyung menjemputmu.

Kim: Aku benar benar ketakutan

Jaemin: Aku iri padamu

Kim: Iri? Kenapa?

Jaemin: Karena aku tidak punya saudara sepertimu😢

Kim: 😂

Jaemin: Tidak lucu

Jaemin: Jangan tertawa

Kim: Maaf🙏

Jaemin: Lanjutkan belajarmu

Jaemin: Annyeong😊

       Kim tersenyum kecil, lalu meletakkan ponselnya. Jaemin ini benar benar . . . Baik sekali.
       "Kim(ssi) . . . " Jimin tiba tiba masuk.
       "Ne?" baru saja Kim mau memegang pulpen.
       "Sedang apa?"
       "Sedang belajar."
       Jimin duduk di sisi Kim. Lalu merangkul bahunya.
       "Tadi Jaemin menelepon Jin hyung."
       "Benarkah? Dia baru saja mengirim pesan. Dia bilang, dapat nomorku dari Seok Jin oppa."
       "Apa yang dia katakan padamu?"
       "Dia hanya bertanya, apa aku baik baik saja. Dia mengatakan apa pada Seok Jin oppa?"
       "Dia juga mengatakan hal yang sama. Kau yakin dia hanya mengatakan itu?" Jimin curiga.
       "Oppa mau lihat percakapan kami?"
       "Tidak. Tidak usah."
       Ini sebenarnya Jimin hanya mau menyelidiki. Jaemin adalah teman lelaki pertama Kim. Dia juga tampan. Kalau nanti ada apa apa antara mereka?
       Sangking protektifnya Jimin, dia sampai mencurigai Jaemin yang Ayahnya adalah pengacara tokcer. Jaemin terlalu cepat akrab dengan Kim. Jin hyung juga tiba tiba memberikan nomor Kim. (Biasa, anak sultan. Baru dibeliin hp baru. Hp yang lama disita Hyeon Joon).
       "Kenapa? Oppa curiga?" tebak Kim.
       "Eung? Ani."
       "Keojitmal."
       "Aniya."
       "Bohong," Kim mulai jahil mencolek colek oppanya.
       "Tidaak," Jimin menggeliat geli sambil tertawa tawa.
       "Yak!" tiba tiba ada suara seseorang.
       Jimin dan Kim langsung berhenti tertawa.
       "Di sini kalian rupanya," ujar Nam Joon.
       Kim langsung mencium aura akan ada yang kesal melihatnya bersama Jimin.
       "Sini," Kim langsung menariknya bergabung bersama.
      "Haruskah kita tidur bersama malam ini?" usul Kim.
       "Keurae. Khajja," jawab Nam Joon.
                                  ***
       Udara terasa begitu segar ketika dihirup. Ketakutan dan tekanan yang dirasakan Kim kini sudah hilang. Saat terbangun, ia berada di kamarnya yang damai. Juga melihat Nam Joon dan Jimin oppa.
       Hari ini adalah hari Sabtu, yang berarti akhir pekan. Kim meninggalkan kamarnya menuju atap. Anginnya sejuk dan cahayanya belum begitu terang. Matahari juga masih berwarna kemerahan, belum terbit sepenuhnya.
       Kim terduduk di tepian, dengan kakinya menggantung. Menikmati pagi kebebasan dan kedamaiannya. Sudah lama ia tidak merasakan udara segar seperti ini. Selama di rumah Hyeon Joon, Kim terus di kamar. Lagipula, dia juga tidak berniat keluar.
       "Apa yang kau lakukan di sini?" suara seseorang tiba tiba muncul dari belakang.
       Kim terkejut dan langsung menoleh.
       "Aniya," jawab Kim.
       Seok Jin duduk di sisi Kim. Begitu pun yang lain. Ini masih terlalu pagi. Jadi mereka datang masih dengan wajah bantal. Mata Yoon Gi seolah hilang, dan Jimin yang tidak sanggup membuka mata. Biasanya mereka bangun pukul 09.00 KST. Tapi pagi ini mereka bangun 1 jam lebih awal.
       Sangking tidak tahannya, Jimin menyandarkan kepalanya di bahu Kim. Dan tertidur lagi.
       "Kalau mengantuk kenapa kemari?" tanya Kim.
       Jimin hanya bergumam.
       "Jimin hyung kalau sudah tidur sulit sekali dibangunkan," ujar Jungkook.
       "Karena ini akhir pekan, dia pasti mematikan alarm," tebak Taehyung. Jimin memang tidak bisa bangun kalau bukan alarm yang membangunkannya.
       "Tidak. Mereka berdua tidur bersama Kim semalam," sahut Ho Seok.
       "Mwo?!" semua terbelalak.
       Nam Joon hanya tersenyum.
       "Keterlaluan," Jungkook berpura pura merajuk dan memukul bahu Nam Joon.
       "Ini masih sangat pagi," ujar Jimin sambil mengucek ucek matanya.
       "Sangat indah bukan," Yoon Gi menatap pemandangan kota Seoul dari tempat ia duduk.
       "Eung. Memang sangat indah. Aku merindukannya. Aku juga merindukan kalian," jawab Kim.
       "Ngomong ngomong, bagaimana dengan kasusnya?" tanyanya lagi.
       "Dia sudah mendapatkannya," sahut Seok Jin.
       "Apa?"
       "Tentu saja hukuman."
       "Dia terbukti bersalah?"
       "Sangat mudah melakukannya. Aku pikir selicik apa dia itu. Ternyata, hanya begitu."
       Kim manggut manggut.
       "Dia tidak akan mengganggu kita lagi, sekarang," ujar Nam Joon.
       "Apa dia benar benar dipenjara?"
       "Sembilan tahun."
       "Hah, ayo kita lupakan saja masalah itu. Besok masih libur. Ayo kita jalan jalan saja," usul Ho Seok.
       "Jalan jalan? Kemana?" tanya Jimin.
       "Kemana saja. Kita bersenang senang dan makan makanan yang enak."
       "Ya, benar. Terakhir kali kita makan di luar, saat kita baru saja menjemput Kim dan membawanya pulang untuk pertama kali," timpal Jungkook.
       "Keurae. Khajja," Nam Joon setuju.
       "Ngomong ngomong, kita sarapan apa hari ini?" tanya Taehyung. Karena perutnya mulai keroncongan.
       "Oke. Jimin(ah), ayo kita masak untuk hari ini," ajak Ho Seok.
       "Khajja. Jungkook, kau mau ikut?"
       "Ya, aku mau coba," jawab Jungkook.
       "Ayo kita ke dapur," Jimin dan Jungkook mengekori Ho Seok menuju dapur.
                                   ***
       "Apa yang akan kita masak sekarang?" Ho Seok bersiap memakai celemek.
       "Nasi goreng kimchi," jawab Jimin sembari mengeluarkan kimchi dari dalam lemari es.
       "Oke. Lalu apa lagi?"
       "Kimchi japchae saja," usul Jungkook.
       "Eung, kimchi japchae," Jimin mengiyakan.
       "Wah, apa menunya hari ini serba kimchi?" ujar Ho Seok.
       "Kita gunakan 2 jenis kimchi saja," sahut Jimin.
       "Kimchi sawi dan lobak. Begitu?"
       "Ya," jawab Jimin pendek.
       "Oke. Ayo kita mulai," Ho Seok dengan semangat dan antusias hendak merebus air.
       "Aku akan buat nasi gorengnya," Jungkook langsung menuju ke dekat kompor.
       Setelah kimchi dikeluarkan dari kulkas, Ho Seok lalu merebus air untuk mi. Sedangkan Jimin memotong daging untuk campuran japchae. Beberapa topping ditumis hingga layu. Kemudian Jimin menambahkan larutan saus gochujang spesial ke dalam tumisan untuk nasi gorengnya. Dengan sigap, Jungkook mengaduk aduk hingga semua tercampur rata dan airnya sedikut berkurang. Setelah segala bumbu dicampurkan, masuklah nasi lalu garam dan lada. Kemudian dicicipi.
       Mihun yang baru saja ditiriskan mengebul begitu dituang dari panci. Jimin lalu menumis daging, bawang bombay, dan juga bumbu bumbu lainnya. Setelah daging matang dan harum, Ho Seok memasukkan mihun. Bukan makanan Korea namanya kalau tidak memakai wijen. Begitu japchae telah matang, langsung dipindah ke piring dan ditaburi wijen.
       Jungkook mencicipi nasi gorengnya sekali, namun merasa ada yang kurang pas. Lalu dicicipinya lagi . . .
       "Aku menuangkan terlalu banyak lada," ujarnya.
       "Ambil kembali. Pungut itu," jawab Ho Seok asal, sembari memanggang sosis.
       Jimin langsung tertawa, diikuti Jungkook. Mana mungkin lada mau diambil kembali. (Becanda JHope tuh).
       "Wuah, baunya enak sekali," Seok Jin datang bersama Nam Joon, Yoon Gi, Taehyung, dan Kim.
       "Apa aku perlu membantu?" tanya Kim.
       "Aniya. Sudah selesai," jawab Jimin sambil membawa makanan yang baru saja dimasak ke meja makan.
       "Kelihatan enak," ujar Nam Joon.
       "Wuaaah, kimchi," Kim langsung berbinar melihat kimchi terhidang di atas meja. Langsung saja ia makan tanpa menggunakan sumpit.
       Nam Joon geleng geleng melihat bagaimana adiknya ini begitu menggemari kimchi. Seperti tidak peduli tangan atau mulutnya kotor. Dengan begitu lahapnya Kim memakan kimchi yang ada.
       "Ini seperti surga. Ada kimchi sawi dan lobak juga. Hah, sempurna," ujar Kim, dengan ekspresi begitu menikmati makanan favoritnya.
       Seok Jin dan Taehyung tertawa melihat Kim. Sedangkan Yoon Gi hanya tersenyum kecil. Santai. Seperti biasa.
       "Kau tidak takut sakit perut? Itu pedas," cemas Nam Joon sambil menatap Kim heran.
       "Aku sudah kebal," jawab Kim.
       Nam Joon tidak bisa mengatakan apa apa lagi. Sarapan belum mulai, mungkin Kimchi sudah habis.
                                  ***

OUR HIDDEN FAMILY (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang