19. Cemburu Cemburuan

65 5 0
                                    

       Piring piring di atas meja mulai kosong. Semua ludes, habis masuk ke dalam perut. Sarapan pertama bersama dengan seluruh anggota keluarga. Meski hanya bersama dengan 7 oppanya, Kim merasa ini adalah the perfect breakfast.
       "Sayurannya . . ." Tae berucap disela sendawa.
       "Eeeeeeeennnnaak," diacungkannya ibu jari sambil memakan potongan tenderloin terakhir.
       Biasanya tidak pernah seperti ini. Jika Seok Jin memasak makanan full sayuran pasti tidak akan ada yang mau menyentuhnya. Namun ketika Kim yang memasaknya, tidak tersisa sepotong pun di piring. Hari pertamanya di rumah keluarga Bangthan seperti sudah membawa hal baik. (Amiin).
       "Khajja, oppa yang akan mengantarmu ke sekolah. Sekalian Jimin oppa, Taehyung oppa, dan Jungkook oppa berangkat ke kampus," ujar Jimin sambil beranjak menenteng tasnya.
       "Keurae," Tae pun berdiri menyusul Jimin setelah meneguk air putihnya.
       "Aku berangkat dulu," Kim menggendong tas sekolahnya lalu mulai menyalami oppa oppanya. Mulai dari Seok Jin, Yoon Gi, Ho Seok, dan Nam Joon.
       Seok Jin sungguh merasa . . . Ah, kata apa yang cocok untuk menjelaskannya? Ia sungguh terharu melihat adiknya tumbuh begitu baik selama ini. Mungkin ia teramat rindu sehingga ia terkesima saat Kim meraih tangannya sebelum pergi.
       Yoon Gi sempat skip namun akhirnya ia tersenyum mengerti. Kim menunjukkan kasih sayang dan rasa hormatnya dengan cara seperti ini. Ia tersenyum bangga pada sang adik yang semakin dewasa. Waktu terasa begitu cepat, sehingga Kim sudah beranjak dewasa saat Yoon Gi bertemu dengannya.
       Mata Ho Seok berkaca kaca namun berusaha ia tutupi dengan senyum yang jelas nampak dipaksakan. Hatinya begitu tersentuh saat Kim mengulurkan tangannya. Adiknya tumbuh dengan baik sejauh ini. Walau menyedihkan mengingat Kim tumbuh tanpa kehadiran ketujuh kakaknya.
       Rasa putus asa, kecewa, sedih, marah, semua teraduk menjadi satu. Menghantui tiap detik kehidupan Nam Joon. Satu satunya hal yang paling ia sesali dalam hidup adalah tidak bisa selalu di sisi sang ibu. Dan satu satunya hal yang paling membuatnya murka adalah ayahnya. Karena dia, Nam Joon menjadi brutal seperti monster. Karena dia, Nam Joon kehilangan Ibunya. Karena dia, Nam Joon terpisah dari adik kecilnya. Dan karena dia, Nam Joon kehilangan momen saat Kimberly tumbuh. Dari bayi hingga remaja seperti sekarang.
       Waktu memang tidak bisa terulang. Tapi Nam Joon mencoba tegar menghadapi setiap jengkal kehidupannya. Toh, ia masih punya Seok Jin hyung, Yoon Gi hyung, Ho Seok hyung, Jimin, Tae, Jungkook, dan juga ada Kimberly yang akan terus mewarnai hidupnya.
       Sehingga saat Kim hendak ke sekolah pagi ini, ia merasa terharu melihat sang adik yang memiliki attitude manis, dan lembut dengan menyalaminya sebelum berangkat. Melihat Kim sama saja melihat Ibu baginya. Hal ini mampu membuatnya sedikit tenang dan melupakan kecemasan kecemasan akan hal buruk yang akan kembali menimpa keluarga mereka. Seperti 17 tahun yang lalu.
       Jimin, Taehyung, dan Jungkook juga ikut terkesima melihat sikap yang ditunjukkan Kim. Bangga sekali rasanya. Mempunyai satu satunya saudara perempuan yang manis seperti Kim. Oleh karena itu, suatu keajaiban Tuhan dapat bertemu dengannya. Karena sebelum ini, mereka anak anak Bangthan sungguh hidup dalam kecemasan. Apakah Kim masih hidup? Atau sudah tiada? Dimana kira kira dia saat ini? Dan apa dia baik baik saja? Bla bla bla semua berkecamuk tidak karuan di benak masing masing.
       Jungkook merangkul Kim sembari berjalan menuju mobil bersama Jimin dan Taehyung. Ada kesan tersendiri ketika mereka mulai mengantar Kim ke sekolah sebagai langkah awal dari serangkaian hal yang harus mereka lakukan untuk menjaga dan melindungi bintang kecil mereka itu.
                                         ***
       "Kau saja yang mengemudi," Jimin melemparkan kunci mobil yang langsung ditangkap oleh Taehyung.
       Masing masing kemudian masuk ke dalam mobil dan duduk dengan tenang. Jimin mengambil kursi belakang bersama Kim. (Beruntungnya). Mobil mulai melaju perlahan meninggalkan garasi dan keluar dari pekarangan rumah. Jungkook menyumbat telinganya dengan earphone, sedangkan Tae fokus mengemudi.
Di belakang, Jimin mulai mencuri curi kesempatan. Karena di sana ia hanya berdua dengan Kim, jadi mulailah ia menyusun siasat untuk melancarkan jurus modal dustanya. (Kalau ribet, sebut aja modus gitu, ah).
       "Taehyung oppa, apa pendingin ruangannya aktif?" Kim memulai pembicaraan.
       "Eung? Keurae, pendinginnya aktif," Tae mematikan pendingin (AC) mobil begitu menyadari benda tersebut masih aktif.
       "Waeyo? Apa kau kedinginan?" tanya Jimin dengan maksud tertentu dalam hatinya.
       "Sudah tidak sedingin tadi saat pendinginnya menyala."
Pas.
       "Kalau seperti ini, apa masih terasa dingin?" Jimin merangkul Kim erat secara tiba tiba.
       Terkejut sudah pasti. Namun Kim berusaha memahami oppanya yang ingin sedikit memanjakannya. Rindu tentu menjadi alasan utama. Apalagi, Kim memiliki 7 orang kakak. Jadi masing masing dari mereka memiliki cara yang beragam untuk mengungkapkannya.
       "Jauh lebih hangat," jawab Kim singkat sambil tersenyum.
       Jimin semakin mempererat pelukannya hingga membuat siapapun yang melihatnya pasti akan merasa cemburu. Jadilah Jimin dan Kim saling berpelukan sepanjang jalan. Tanpa memperdulikan adanya makhluk lain yang sama sama sedang berada di dalam mobil.
       Ketika itu, Tae benar benar tidak suka melihat Jimin sangat dekat dengan Kim. Beberapa kali ia melirik spion yang tergantung, namun yang ia lihat tetaplah sama. Jimin sedang memeluk Kim. Membuat hatinya panas sepanas minuman coklat panas yang disajikan di musim dingin. (Author mulai ngawur ini). Wajahnya terlihat sangat jelas, bahwa Tae sedang cemburu pada Jimin.

Teruskan saja. Dan tunggu
pembalasanku nanti.

Tae tersenyum jahat.
 

     Jimin sungguh totalitas menunjukkan kedekatannya dengan Kim. Bahkan saat sedang berada diantara Tae dan Jungkook. Memeluk Kim, dan bersenda gurau dengan ria. Kim juga merasa nyaman nyaman saja.
       "Sudah sampaaaai !!" Tae menghentikan mobil tepat di depan gerbang.
       Karena sibuk dengan Jimin oppa, Kim tidak menyadari bahwa mereka sudah sampai di tujuan. Jimin segera keluar mendahuluinya lalu membukakan pintu untuk Kim.
       "Belajar dengan baik," pesan Jimin saat keduanya keluar dari mobil sambil mengelus kepala Kim.
       Kimberly mengangguk cepat sambil tersenyum lebar. Jimin lalu mengulurkan tangannya yang langsung diterima oleh Kim seraya melakukan tos ala kakak dan adik.
       "Oppa," Kim melambaikan tangan ke arah Tae dan Jungkook dari jendela.
       Tae dan Jungkook langsung menoleh dan membalas lambaian Kim sambil tersenyum pula. Mobil pun kembali melaju menuju kampus setelah Kim masuk kelas dan Jimin kembali masuk ke mobil.
Di dalam sekolah, Rae In sudah menunggu Kim sejak setengah jam yang lalu. Rae In memang teman Kim yang paling setia. Sampai sampai rela menunggu.
       "Haai," sapanya.
       "Haai, apa aku terlambat?" tanya Kim.
       "Aniyo," jawab Rae In sambil menggeleng.
       "Ngomong ngomong, siapa yang mengantarmu tadi?"
       "Oooo, itu oppaku."
       "Benarkah?"
       Kim mengangguk.
       "Memangnya kenapa?" lanjutnya.
       "Tampan sekali. Siapa namanya?"
       "Kenapa kau mau tahu?"
       Wajah Rae In kehilangan senyum.
       "Hanya bercanda. Aku biasa memanggilnya Jimin oppa."
       Rae In manggut manggut.
                                        ***

       Di kampus, Jimin sedang sibuk kesana kemari mengurus sesuatu. Tugas yang mempercayakannya menjadi seorang ketua organisasi, membuatnya kewalahan. Beberapa hal menuntutnya untuk turun tangan mengatasinya. Pukul 14.00 KST. Waktunya menjemput Kim dari sekolah. Tetapi pekerjaan pekerjaan ini sungguh membuatnya keteteran.
       "Jimin(ah), kau mau pergi menjemput Kim?" Tae menghampirinya tiba tiba.
       "Eung. Wae?"
       "Ani. Kau terlihat sedang sibuk."
       "Ya, aku lumayan sibuk. Mungkin aku akan sedikit terlambat menjemput Kim."
       "Andaeyo. Biar aku saja yang jemput. Ne?"
       "Gumawopda," Tae langsung berlari menjauh saat berhasil mengambil kunci mobil dari tangan Jimin. Bahkan Jimin belum sempat memberikannya ijin. Tapi dia sudah menghilang dengan cepat.
       "Kookie!!" Tae berteriak memanggil Jungkook saat ia terlihat sedang bercengkrama dengan seorang kawan.
Tae melambaikan tangan, memberi tanda agar Jungkook menghampirinya.
       "Waeyo?" tanyanya.
       "Kau mau ikut?"
       "Kemana?"
       "Jemput Kim."
       "Khajja!" Jungkook mengiyakan ajakan Taehyung sambil membuka pintu mobil. Dan . . . . Let's gooo !!!!!!!!!
       Tae dan Jungkook keluar dari mobil setelah sampai di tujuan. Disapukan pandangan mereka ke segala arah, mencari Kim.
       "Oppa," Kim melambaikan tangan di seberang.
       Tae dan Jungkook langsung mencari sumber suara dan mendapati Kim tengah berlari kearah mereka sambil membalas lambaian tangannya.
       "Kau yang menyetir," Tae melemparkan kunci mobil kearah Jungkook.
      "Ne . . .?" Jungkook terpaku setelah berhasil menangkap kunci tersebut.
       Tae lalu membukakan pintu dengan manis untuk Kim. Begitu Kim masuk ke mobil, Tae juga kemudian menyusul dan duduk di sebelahnya. Wajahnya nampak bahagia. Kemungkinan karena sekarang dia bisa kembali berdua dengan sang adik. (Cieee, berduaan).
       "Bagaimana harimu?" Tae basa basi sambil mulai membentangkan tangannya hendak merangkul Kim.
       "Baik," Kim menjawab singkat.
       Bla bla bla. Obrolan obrolan tidak penting antara Kim dengan kakaknya terus berlanjut hampir sepanjang perjalanan. Jungkook bisa melihat bahwa Tae sengaja merangkul, memeluk, mengelus pipi, bercanda, dan mengacak acak rambut Kim. Dari yang terlihat, perlakuan Tae dan Jimin pagi tadi cukup mencerminkan kasih sayang mereka. Namun justru Jungkook dibuat dongkol dengan hal itu.
       "Kenapa aku serasa seperti supir di sini?" bisik Jungkook sambil terus mengawasi Taehyung.
       "Aish, dasar alien keterlaluan," umpatnya.
                                         ***

Recomended song:
Jimin BTS - Serendipity (full length edition)

OUR HIDDEN FAMILY (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang