13. Liontin & Air Mata

78 6 0
                                    

       "Nanti pasti Kakek akan mengerti," sahut Ho Seok.
       Kakek manggut manggut.
       "Selama 7 tahun terakhir, aku tinggal dan bekerja untuk menghidupi diri sendiri dan keenam adik adikku ini. Aku bekerja di sebuah perusahaan yang aku rintis dari nol. Kami tidak mempunyai orang tua. Rumah kami hanya dipenuhi dengan canda tawa adik adikku ini. Yang membuatku jadi semangat untuk bekerja. Saat aku berusia 11 tahun, Ibu kami melahirkan anak perempuan. Kami sangat bahagia kala itu. Kami bertujuh adalah lelaki semua. Betapa bahagianya saat kami akhirnya memiliki seorang adik perempuan. Ada banyak hal yang ingin kami lakukan bersamanya," Seok Jin bercerita panjang lebar hingga air matanya menetes tanpa pemberitahuan.
       "Namun ayah kami yang tidak punya otak, hati, dan perasaan. Mengusir ibu dan adik kami . . . " Seok Jin terisak.
Sakit. Harus kembali mengingat masa lalu yang kelam.
       "Tak lama setelahnya, ia pun meninggalkan ketujuh anaknya dan berselingkuh dengan wanita lain. Kami tidak peduli dengan apa yang hendak ia lakukan. Tapi menyakitkan, jika mengingat bagaimana Ibu meninggalkan rumah dengan menggendong adik kami yang masih bayi. Seandainya aku cukup dewasa saat itu. Kami tidak tersiksa batin seperti ini," Seok Jin terisak keras hingga Nam Joon dan Ho Seok perlu membantu menenangkannya.
       Mereka merangkul hyungnya sambil ikut terisak. Bahkan Kakek, Nenek, dan Kim juga turut menitikkan air mata. Kim tidak sekedar menangis biasa. Ia seperti ikut merasakan duka oppa oppa di depannya yang saat ini berlinang air mata.
       "Wajah adik kami sangat mirip dengan wajah cucu Nenek. Kami memang tidak pernah bertemu selama 17 tahun, tapi kami punya naluri yang kuat terhadap Kim. Saat pertama kali kami bertemu dengan Kim, hati kami mengatakan ada sesuatu tentangnya. Maksudku Kim. Kami bertujuh mempunyai pandangan yang sama. Bahwa wajahya masih mirip denganku sejak ia masih bayi. Sejak itu, kami jadi penasaran terhadapnya," lanjut Jimin.
       Taehyung terkekeh dalam tangis.
       "Kami minta maaf karena melakukan pengintaian terhadap keluarga kalian tanpa izin. Kami meminta pengacara untuk mencari tahu tentang Kimberly. Dan kami kemari untuk memastikan kebenaran informasi tersebut," ujar Tae.
       Seok Jin merogoh saku jaketnya dan mengeluarkan beberapa lembar kertas dan kalung. Ia mencoba tegar setelah tadi menangis selagi bercerita. Diletakkannya barang barang tersebut di atas meja, tepat di depan Kimberly yang wajahnya sembab. Akhirnya ia mengerti akan sikap oppa oppa ini yang selalu menatapnya terkesima. Rupanya karena mereka teringat pada adik perempuan yang sudah lama sekali berpisah dengan mereka. Dan entah mengapa, hati Kimberly turut merasa sakit melihat oppa oppa yang tidak ia kenal dengan baik tersebut menangis sesenggukan.
       Kim menarik lembaran kertas yang ternyata adalah akte kelahiran oppa oppa tersebut yang jumlah ada 7 lembar. Perlahan ia buka dan baca dengan perasaan was was. Rasa khawatir jika ia benar benar adalah saudara perempuan yang mereka bicarakan. Tapi entah mengapa, Kimberly tiba tiba berpikir seperti itu.
        "Apa . . . Apa maksud semua ini?" Kim membaca tiap lembarnya dan mendapati nama Ibunya di sana.
       "Nenek, kenapa nama Ibu ada di sini?!" jerit Kim sambil terus terisak.
Nenek tidak menjawab. Menutup mulut dengan tangan, menahan tangis.
       Yoon Gi menarik napas.
       "Bisa kau ambil akte kelahiranmu?" ujar Yoon Gi.
       Kim terdiam. Menatapnya dengan wajah sendu dan basah akan air mata. Lalu ia membuka laci sebuah lemari yang letaknya tidak jauh dari tempatnya duduk. Ditariknya secarik kertas dari sana lalu ia letakkan di atas meja. Tangisan Kim pecah begitu kerasnya saat melihat nama orang tua yang tertera di akte kelahirannya sama dengan nama orang tua yang tertera di akte kelahiran ketujuh oppa oppa ini.
       Rasanya Seok Jin, Yoon Gi, Ho Seok, Nam Joon, Jimin, Taehyung, dan Jungkook sangat ingin memeluk Kimberly erat. Kim terlihat shock saat tahu ternyata ia mempunyai saudara. Tak tanggung tanggung, ia bahkan mempunyai 7 orang kakak laki laki yang tampan tampan. (Author: eaaaak . . . . . eaaaaaaak . . . . . . )
       "Setiap anak dari keluarga Bangthan, memiliki kalung seperti ini," ucap Nam Joon sambil menyodorkan 7 buah kalung yang berbentuk segitiga dan terdapat inisial di tengahnya.
       "Jika aku sungguh saudara kalian, aku pasti memiliki kalung seperti itu juga?" tebak Kim.
       "Pintar," puji Ho Seok.
       "Bisa tunjukkan pada kami jika kau memilikinya?" pinta Nam Joon lembut.
Kim menyeka air mata lalu beranjak ke kamarnya. Beberapa menit kemudian, ia kembali sambil menggenggam sebuah benda di tangannya.
       "Aku punya. Tapi tidak sama persis dengan milik kalian," ucapnya.
       "Milik kami juga masing masing tidak sama persis," jawab Nam Joon sambil terkekeh.
       "Perhatikan ini," lanjutnya.
       Nam Joon menyatukan ketujuh kalung milik mereka. Di sisi kanan dan kirinya terdapat magnet sehingga dapat menempel satu sama lain. Bentuk kumpulan kalung tersebut jika disatukan adalah lingkaran. Namun bentuk itu tidak sempurna karena kurang satu kalung lagi. Nam Joon meraih kalung milik Kimberly kemudian ia letakkan di celah ketujuh kalung tersebut. Dan kini bentuknya menjadi sempurna. Inisial di setiap kalung jika sudah disatukan kini dapat terbaca. Berurutan dari kalung milik Seok Jin yang berinisial B, lalu A, N, G, T, H, A, hingga kalung terakhir milik Kim yang berinisial N. Sehingga jika dilihat akan dibaca BANGTHAN.
       "Kau tahu, liontin ini dipesan ibu untuk anak anaknya. Mereka menyebut kami sebagai Keluarga Bangthan. Dan jika kau pun memilikinya juga, aku rasa kita semua pasti mengerti apa artinya ini," ujar Ho Seok.

OUR HIDDEN FAMILY (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang