73. Tamat Riwayatku

32 4 0
                                    

       "Kau tidak lupa ponselmu?" Nam Joon mengunyah suapan terakhir sarapannya.
       "Tidak," jawab Kim yakin.
       "Baterainya terisi penuh?"
       "Ya."
       "Buku agenda?"
       "Sudah."
       "Jaket?"
       "Sudah."
       "Kau sudah mengikat rambutmu? Dan sepatu?"
       "Oppa, pertanyaan macam apa itu? Ayo cepat. Aku tidak mau terlambat," rengek Kim. Padahal sepatunya sudah melekat di kaki.
       "Ya ya, baiklah. Hyung, aku pergi," pamit Nam Joon sambil memakai jaket dan meraih kunci motor.
       "Hyung, jangan mengemudi terlalu kencang," sahut Jimin.
       "Aku mengerti," jawab Nam Joon masa bodoh.
       "Aku pergiiiii !!" seru Kim sambil melambaikan tangan sebelum berangkat ke sekolah bersama Nam Joon.
       Oppa oppanya hanya tersenyum sambil membalas lambaian Kim. Lalu sesaat kemudian, Nam Joon dan Kim tidak lagi tampak. Sisa yang terdengar adalah deru motor Nam Joon dari garasi.
       "Pegangan yang erat," pinta Nam Joon saat motornya mulai melaju.
       "Kenapa? Jimin oppa sudah melarangmu terlalu kencang, kan?"
       "Ah, lakukan saja."
       Kim terdiam dan berpikir sejenak. Nam Joon pasti tidak akan mengindahkan pesan Jimin. Dia akan tetap ngebut. Seperti Jimin tidak pernah memperingatkannya.
       "Hei, kenapa masih berpikir? Cepat pegangan," paksa Nam Joon.
       Kim memajukan bibirnya beberapa senti sambil melingkarkan tangannya di pinggul Nam Joon. Dan sungguh tidak meleset. Motornya langsung serasa terbang. Kim tidak berani membuka mata. Rasanya seperti Kim sedang di kejar hantu.
        "Oppaaaaa !!!!!! Di belakang kita tidak ada hantu!" tegur Kim dengan suara bergetar.
       "Kau bilang tidak ingin terlambat," elak Nam Joon.
       "Tapi kita tidak sedang dikejar hantuuuu!"
       Nam Joon terkekeh mendengar suara Kim yang sepertinya benar benar ketakutan.
       "Baiklah, sudah sampai. Kau mau tetap memelukku begini?" goda Nam Joon.
       Ya ampun, Kim baru sadar kalau sudah sampai. Berapa menit tadi itu. Benar benar di atas angin Nam Joon oppa.
       "Kau tidak terlambat, kan?"
       "Ya. Tapi aku sempat berpikir, akan segera mati tadi," rajuk Kim sambil melepas helm dan turun dari motor.
       "Ha ha ha. Kenapa?"
       "Kenapa? Aku bahkan tidak berani membuka mata."
       Nam Joon kembali tertawa.
       "Karena itulah aku memintamu mengikat rambutmu. Supaya tidak kusut saat naik motor. Apa kau gemetar?" goda Nam Joon lagi.
       "Oppa pikir saja sendiri," jawab Kim ketus sambil menyodorkan helm.
       "Baiklah, baiklah. Maafkan aku, ya."
       "Oppa berhutang maaf padaku."
       "Kenapa begitu? Oppa kan sudah minta maaf."
       "Kau bayar hutangmu dulu, baru kumaafkan."
       "Astaga, hutang apa? Aku sudah minta maaf."
       "Tadi aku seperti dihempas tornado. Oppa tahu, tidak? Jangan tertawa."
       "Baiklah. Akan segera aku lunasi," Nam Joon menahan tawa.
       "Dengar, Taehyung akan menjemputmu nanti. Pastikan dering ponselmu tetap hidup dan jangan sampai ponselmu mati saat usai jam terakhir. Kau jangan keluar sebelum Taehyung mengabarimu bahwa dia sudah menunggumu di depan gerbang. Jangan sesekali keluar jika Taehyung belum mengirim pesan. Hari ini oppa tidak bisa menjemputmu karena klien dari Dubai akan datang untuk melihat Lamborghini di showroom. Jadi tidak bisa aku tinggalkan. Kau bisa mengerti, kan?" jelas Nam Joon.
       "Tidak perlu khawatir. Aku akan pulang bersama Taehyung oppa. Klien Dubai itu pasti sangat penting. Aku akan pulang dengan aman," jawab Kim.
       "Bagus. Oppa akan pergi. Sampai jumpa," Nam Joon mengenakan helm dan menyalakan mesin motor.
       "Sampai jumpa."
       Nam Joon perlahan menghilang dari pandangan bersama motornya. Kim tersenyum sambil berjalan menuju kelas.

Oppa lakukan ini, pasti karena takut Ayah akan menemuiku. Ya Tuhan, semoga tidak terjadi hal buruk hari ini.

Gumam Kim.
                                        ***
       Pelajaran Kimia siang ini telah usai. Siswa kelas A-XII beramai ramai keluar dari lab kimia. Sambil membawa beberapa buku paket dan buku catatan, Kim menuju loker untuk menyimpan baju lab. Tapi sebelum tiba di loker, Kim sempat melihat mobil abu abu milik Jimin oppa sudah ada di luar gerbang. Pagi ini mobil tersebut dipakai oleh Taehyung oppa. Mungkinkah dia datang menjemput lebih awal?

OUR HIDDEN FAMILY (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang