31. Sunday 2

47 3 0
                                    

       "Ani, ani," Jimin kembali merangkulnya.
       Sesaat kemudian . . .
       "Aaaaa, keurae. Begitu rupanya. Kim mulai berkhianat pada oppa sekarang," suara Taehyung yang tanpa salam langsung masuk ruangan dan memergoki Jimin dan Kim sedang tebar kemesraan lagi.
       Jimin dan Kim menoleh cepat ke arah sumber suara kemudian refleks melepas pelukan mereka.
       "Kenapa kau selalu melakukan ini, hah? Waeyo?" lanjut Tae sembari terduduk di sisi Kim.
       "Aku tidak mengerti yang oppa bicarakan," jawab Kim polos.
       "Aigoo, apa kau bisa berhenti terlalu dekat dengannya?" protes Taehyung sambil melirik Jimin sejenak.
       "Aku juga oppamu. Kenapa hanya dia yang dipeluk?" Tae memajukan bibir beberapa senti.
       "Apa kau cemburu?" sahut Jimin.
       Taehyung hanya diam namun tatapannya sinis.
       "Kau sungguh cemburu padaku?" Jimin tersenyum jahat sambil merangkul Kim disampingnya.
       Yang dilakukan Jimin benar benar membuat hati Taehyung memanas. Terlebih Jimin sengaja merangkul Kim di depannya dan menggodanya dengan mendekatkan wajahnya ke wajah Tae.
       "Hentikan," Kim menepis tangan Jimin dari bahunya.
      "Kim tidak bermaksud membedakan kalian. Kejadiannya tidak seperti itu, Taehyung oppa," ujar Kim.
       Tae masih diam.
      "Mianhaeyo," lanjutnya.
       Kim menghembuskan napas panjang.
      "Keureom, oppa juga mau dipeluk?"
       Senyuman kecil mulai tercipta di wajah Taehyung yang kusut, lalu ia mengangguk kecil. Namun, baru saja Tae membentangkan kedua tangnnya, tiba tiba sebuah tangan seseorang mendorongnya hingga tubuhnya terhempas ke samping.
       "Mwoya? Latihan. Kita di sini untuk latihan. Kenapa kau malah duduk di sini?" Ho Seok berdiri di belakangnya sambil berkacak pinggang disusul oleh lainnya memasuki ruangan tersebut.
       "Keundae, Jimin. . . "
       "Khajja," potong Nam Joon sambil menarik leher kaosnya hingga ia berdiri.
       Wajah Tae sangat menyedihkan.
       "Tidak adil. Kau juga harus latihan," Tae menunjuk Jimin tak terima.
       "Apa maksudmu? Pakaianku sudah basah. Aku sudah selesai latihan. Kau saja yang lambat kemari," jawab Jimin.
       "Hey, tapi tidak kompak kalau kurang satu," sangkal Taehyung.
       "Terserah. Aku tidak mau. Aku sudah lelah," Jimin beranjak keluar lalu menuju kamar mandi untuk menyiram tubuh.
                                         ***
       Layar televisi dan suaranya menggugah 6 makhluk yang sedang ritual di ruang latihan. (Makhluk . . . ? Makhluk Tuhan yang paling seksi?). Jimin dan Kim sudah duduk manis di depan televisi.
       Mereka bisa mendengar suara langkah kaki Taehyung menuruni tangga diikuti oleh deongsaeng dan hyungnya. Ia menatap sinis ke arah Jimin yang sedang bersantai bersama Kim. Segera ia membersihkan badan, menyambar kaos putih di laci dan kembali turun.
       Tae lalu merebahkan kepalanya di atas pangkuan Kim. Kim hanya geleng geleng kepala melihat oppanya yang overjealous.
       "Apa yang akan kita lakukan sekarang?" tanya Ho Seok.
       "Aku mau ambil cemilan," Kim beranjak menuju dapur untuk mengambil beberapa cemilan.
       Semenit kemudian, Kim kembali ke ruang tengah dan bergabung dengan ketujuh oppanya. Di tangannya sudah ada 4 bungkus snack cookies dan kentang goreng yang kemudian ia letakkan di tengah tengah mereka.
       "Kenapa kau mengambilnya. Aku juga mau," Jimin melotot ke arah Tae.
       "Pergilah. Ini milikku," jawab Tae.
       "Berikan padaku," Jimin meraih bungkusan cookies tersebut dari tangan Tae tapi Tae berusaha menepis tangan Jimin dan menarik kemasan tersebut.
       "Letakkan di tengah."
       "Anya. Aku suka yang ini," bantah Tae.
       "Tapi aku juga," Jimin tidak mau kalah.
       "Pergilah," Tae tidak memberi kesempatan pada Jimin untuk mendapatkan cookies tersebut. Mereka akhirnya saling berebut hanya karena sebuah snack.
       "Hentikan," ujar Kim sambil mengambil snack tersebut dari tangan Taehyung.
      Karena tidak menduga, Tae akhirnya lengah dan snack itu pun berpindah ke tangan Kim.
       "Begini saja kenapa mesti bertengkar?" ucap Kim sambil menjejalkan cookies pembawa petaka tersebut ke mulut Jimin dan Taehyung tanpa pikir dua kali.
       Jimin dan Tae mematung, dengan mulut mengunyah si cookies tersebut yang masih bulat bulat utuh. Seok Jin, dan semua yang menyaksikan hal tersebut hanya bisa menahan tawa.
       "Daebak," bisik Nam Joon.
                                         ***
       "Sudah. Aku mengantuk," Kim beranjak dari duduknya hendak istirahat setelah semua hal konyol dan tidak berguna yang ia lakukan bersama oppa oppanya.
       "Tidur di sini saja, sama sama," sahut Jungkook seraya menatap Kim yang sudah berpindah dari tempatnya.
       "Anya," jawabnya singkat.
       Diambilnya semua bantal yang ada di sofa. Lalu meletakkannya diantara semua oppanya. Seperti mengerti maksudnya, mereka lalu mengambil 1 bantal yang kemudian digunakan berdua.
       Seperti sebelumnya, Tae masih saja cemburu terhadap Jimin. Sehingga ia mendahului baring di samping Kim sebelum Jimin yang memang berniat untuk sebantal dengan Kim. (Untung Jimin sayang. Kalau kagak, kiamat lu alien). Yah, akhirnya Jimin sebantal dengan Jungkook karena mengalah. Bla bla bla terlalu panjang cerita, akhirnya mereka pun terlelap setelah sekian banyak hal yang terjadi.
       Dua jam kemudian, saat mereka bangun, Kim sudah tidak ada di tempat dimana ia tertidur tadi. Tae mengerjapkan mata ketika bangkit. Ia kemudian mendengar suara seseorang sedang makan. Ia pun berjalan lunglai menuju dapur, dan benar saja. Seok Jin, Ho Seok, Jimin, dan Kim sedang makan siang.
       Dengan mata yang belum seluruhnya terbuka Tae hendak duduk di salah satu kursi. Namun tiba tiba ada yang menahannya sehingga ia tidak jadi duduk.
       "Ai, waeyo?!" ujar Tae kasar. (Masih linglun. Maklum, baru bangun).
       "Mwoya?!" Ho Seok menoyor kepala Taehyung karen sikap kasarnya barusan.
       Tentu saja dia berani. Untuk anak seperti Taehyung, tidak boleh bicara seenaknya pada siapapun. (Itu Jhope yang nganggep Tae itu bocah, ya. Bukan Author).
       "Cuci wajahmu dulu," pintanya sambil memutar tubuh Taehyung sekitar 90 derajat ke arah pintu kamar mandi.
       "Aaaaaaa, ishh," gerutu Tae tapi tidak menolak untuk ke kamar mandi.
       "Kenapa kau suka sekali makan sayur daun daunan seperti itu?" Seok Jin mengeryitkan dahi melihat Kim makan dengan lahapnya.
       "Tidak peduli," jawab Kim masa bodoh sambil terus menikmati semangkuk brokoli, pokcoy, bayam merah, dan kacang panjang yang hanya direbus.
       "Kau tahu, caramu memakannya itu mirip kambing," ujar Ho Seok jujur.
       "Apa apaan? Kau bilang dia seperti kambing?" Jimin tidak terima.
      "Gwaenchanha, Kakek dan Nenek juga bilang begitu," jawab Kim santai sambil mencelupkan sepotong kacang panjang ke dalam saus sambal.
       "Apa rasanya enak?" Tae muncul dari kamar mandi dan langsung mengambil tempat di samping Kim.
       "Oppa mau coba?" Kim menyodorkan potongan brokoli pada Taehyung.
       "Aaa, anya anya," tolaknya.
       "Kau ini sebenarnya lapar atau bagaimana?" tanya Jimin.
       "Ani. Ini sama saja makan camilan."
       "Semangkuk begitu kau bilang cemilan?" Seok Jin setengah melotot.
       "Eung."
       "Siapa yang mengjarimu?" tanya Taehyung sambil menatap Kim heran.
       "Eommae," Kim menjawab dengan polosnya yang tanpa sadar telah menghilangkan keceriaan di wajah oppa oppanya.
       Mereka membisu. Tidak mampu menghentikan memori memori tentang Ibu mereka yang bermunculan di otak. Sedetik kemudian, Kim berhenti mengunyah dan mendapati wajah oppa oppanya kehilangan semangat.
       "Aku  . . . Tidak bermaksud . . . Begitu," ujar Kim terbata seraya merasa bersalah.
       "Lupakan," Ho Seok terdengar menghibur diri sendiri.
       Hening.
       "Aku sudah kenyang," Kim beranjak dari kursinya dan meninggalkan ruang makan.
                                         ***

To all the ARMY that already read this story until this part, please don't be jealous. In specific for Jimin's fangirl. Because it's just a fiction. Cuz' he also with his sister. I will also jealous, if he do that with a girl axcept his sister. So, geogjeong ma.

OUR HIDDEN FAMILY (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang