54. Gloaming

38 3 0
                                    

       Langit jingga sore itu tampak begitu sedap dipandang mata melalui jendela kaca. Menatap mentari yang hendak terbenam, Jimin jadi semakin emosional. Seharian di kamar, sendiri, sakit pula. Tubuh semampainya terlihat sedang berdiri di depan jendela kamarnya. Menatap langit sore yang kemerahan di balik aneka gedung tinggi di sekitarnya.

Akan sangat menyenangkan jika dia di sini. Bersamaku menikmati senja.

Gumamnya tanpa bergeming.
       Pelupuk matanya dipenuhi dengan cairan yang sewaktu waktu siap meluap. Pagi tadi ia pindah dari kamar Kim ke kamarnya sendiri. Atas permintaan Lee Ahjumma tentunya. Seok Jin hyung memintanya untuk mematuhi Lee Ahjumma. Maka Jimin tak bisa lagi berkutik. Baginya, Lee Ahjumma itu seperti sang Ibu. Namun seperti yang kita ketahui, bahwa sang ibu telah berpulang. Wanita paruh baya itu mirip dengan Seok Jin hyung. Mereka akan mengomel jika tidak dipatuhi atau disinggung.
       Hingga sang surya tak lagi tampak barulah Jimin beranjak dan kembali ke tempat tidur. Langit jingga kini menjadi hitam pekat. Lampu lampu gedung dan lampu jalan begitu gemerlap menghiasi malam. Atmosfernya sudah tak menarik lagi bagi Jimin. Seindah apapun lampu lampu itu, Kim tetaplah cahaya paling terang dan paling indah baginya.
       "Jimin hyung, bagaimana keadaanmu? Apa sudah lebih baik?" Taehyung muncul dari balik pintu secara tiba tiba bersama Jungkook ketika Jimin mencoba kembali tidur.
       "Jimin hyung, bogoshipeo," (aku merindukanmu) ujar Jungkook sambil duduk di samping Jimin yang sedang berbaring.
       Jimin tersenyum kecil.
       "Aku sudah baik baik saja," jawabnya dengan mata sendu.
       "Kau sudah minum obat?" tanya Jungkook penuh selidik.
       Jimin terkekeh.
       "Sudah. Ngomong ngomong, kenapa pulang terlambat?" tanyanya.
       "Huh, hari ini sungguh berat. Asdos Heo seperti sedang menyiksa kami," ratap Taehyung.
       "Cepatlah sembuh dan kembali ke kampus besok. Supaya Asdos Heo tidak akan menyiksa kami lagi. Jika ada kau dia tidak akan berani," lanjutnya.
       "Apa maksudnya menyiksa?"
       "Menyiksa ya menyiksa. Dia itu sangat menyebalkan, ya. Kalau saja dia bukan senior," gerutu Jungkook.
       "Benar. Cepat sembuh dan datanglah ke kampus. Aku sungguh tidak tahan. Dia bahkan membuat kami pulang malam seperti ini. Aaaa! Dasar orang itu!" tambahnya.
       "Sudah cepat mandi sana. Kalian bau keringat," Jimin menutup hidung sambil mendorong Jungkook untuk segera mandi.
       "Kau juga," ujarnya lagi sambil gantian mendorong Taehyung.
       "Baik, baik. Tapi tidak usah begitu. Sakit," Taehyung acting sok imut sambil beranjak turun dari tempat tidur.
       "Ah, sudah cepat," paksa Jimin. Akhirnya Taehyung dan Jungkook mematuhi Jimin untuk segera mandi. Mengingat seharian di kampus membuat tubuh mereka menjadi gatal. Apalagi kalau mengingat Asdos Heo.
                                         ***
       "Annyeong hasimnikka."
       Suara yang Lee Ahjumma kenal di ambang pintu membuatnya bergegas untuk membukanya. Ketika pintu besar berwarna khas pelitur dengan handlenya berwarna silver dibuka olehnya, nampaklah seorang pria dengan tuxedo, berwajah letih, sambil menenteng sebuah tas. Lee Ahjumma langsung meraih tas sang majikan atau lebih mirip 'anak angkat', dan membawanya masuk.
       "Gumawo, Ahjumma," ucap Seok Jin seraya langsung terduduk di sofa sambil melonggarkan dasi hitamnya.
       Lee Ahjumma hanya tersenyum kecil sambil membungkuk. Kemudian membawa tas milik Seok Jin ke ruang kerjanya. Tak berapa lama, Lee Ahjumma terlihat menuruni tangga dan seperti nampak bingung melihat Seok Jin masih di tempat yang sama.
       "Kenapa masih di sini? Bukankah harusnya segera mandi?" tanyanya.
       "Iya, sebentar lagi. Aku sangat lelah hari ini. Aku akan segera mandi setelah menengok Jimin," jawab Seok Jin sambil memejamkan mata dan menyandarkan kepalanya di sandaran sofa.
       "Baiklah. Kalau sudah selesai, cepat turun untuk makan bersama yang lain. Ahjumma sudah siapkan makanannya."
       "Ne. Arraseo, Ahjumma," Seok Jin tidak bergerak. Masih duduk menikmati waktu istiratnya di rumah seperti sekarang.
       "Tapi ngomong ngomong, kemana semua orang? Kenapa sepi sekali?" lanjutnya saat menyadari tidak satu pun saudaranya yang menyambut kepulangannya.
       "Mereka sedang di kamar. Kau cepatlah mandi," jawab Lee Ahjumma seraya kembali menyuruh Seok Jin untuk segera mandi.
       "Iya, iya," pasrah Seok Jin sambil beranjak menuju kamar Jimin sebelum mandi.
       "Jin hyung? Kau sudah pulang?" Jimin mencoba bangun saat melihat Seok Jin memasuki kamarnya.
       "Berbaring saja, tidak usah bangun," larangnya sembari duduk di sisi sang adik.
       "Bagaimana? Apa masih demam?"
       "Aku sudah minum obat. Jadi, pasti segera sembuh," jawab Jimin dengan tatapan sayu. Wajahnya pucat, bibirnya kering, dan tubuhnya dibalut sweater abu abu overlong sleave yang tertutup oleh bed cover.
       "Apa kau makan dengan baik?"
       "Ya. Ahjumma membuatkanku sup. Tapi rasanya tidak enak."
       Seok Jin terkekeh.
       "Tidak ada yang salah dengan sup itu. Mulut orang sakit memang selalu merasa semua makanan tidak enak. Kau tidak mandi air dingin, kan?" selidiknya.
       "Aku tidak mandi. Ahjumma melarangku," Jimin mempout.
       Seok Jin terdiam sejenak. Menatap wajah Jimin yang masih memucat.
       "Cepatlah sembuh. Kami semua menghawatirkanmu. Kau jangan terlalu terbawa perasaan sampai sakit begini. Masalah apapun pasti ada solusinya. Kau dengar aku?" Seok Jin mendadak serius.
       "Arraseo," jawab Jimin pendek seolah mengerti arah pembicaraan hyungnya.
       "Aku akan mandi dulu," ucap Seok Jin sambil mengelus puncak kepala Jimin.
       "Keurae."
       Dalam hitungan detik, Seok Jin sudah menghilang di balik pintu. Melangkah menuju kamarnya sendiri untuk membersihkan diri.
       "Eung, hyung," sapa Taehyung tanpa mengalihkan pandangan dari layar LED dengan wajah serius. Konsentrasi, jangan sampai Jungkook kecolongan mengalahkannya saat bermain game seperti sekarang.
       "Mmm," angguk Seok Jin sembari mengambil handuk dari lemari.
       "Anya. Andwae. Kau tidak bisa," Taehyung mulai heboh.
       "Chinchaeyo?" Jungkook mulai ikut ikutan.
       "Keurae. Kita lihat saja."
       "Seperti ini? Seperti ini?"
       "O, yak yak yak." (O, hei hei hei).
       Jungkook smirk saat Taehyung nyaris dikalahkannya.
       K.O
       Layar LED tertera tulisan K.O menandakan permainan telah berakhir dengan Jungkook sebagai pemenangnya. Dengan geram Taehyung langsung menubruk sang adik lalu mengacak acak rambutnya. Ya, belum berhenti kalau belum guling guling di lantai. Taehyung tentu tidak serius dengan aksinya. Hanya candaan yang sudah biasa mereka lakukan. Seperti anak laki laki pada umumnya.
       Guyuran air dari shower rasanya segar saat menyentuh kulit. Keringat seperti langsung luntur bersama sabun yang hilang sedikit demi sedikit terkena siraman air. Rasa penat dan letih yang sempat melanda Seok Jin kini digantikan oleh sensasi segar seusai mandi. Ketika keluar dari kamar mandi, ia mendapati kamarnya sudah sepi. Dua anak kambing itu ternyata sudah enyah entah kemana.
       Kemana lagi perginya kalau bukan ke ruang makan. Padahal mereka punya TV di kamar masing masing. Tapi Alien itu tetap saja sangat suka bermain game di kamar Seok Jin. Ditambah lagi Jungkook yang tidak jauh beda. Kalau tidak puas, di ruang tengah juga ada TV. Kenapa mereka selalu menjadikan kamar Seok Jin sebagai markas Play Station.
      

OUR HIDDEN FAMILY (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang