24. Sidang Pak Guru Shin

45 3 0
                                    

       "Oppa . . . Oppa . . . Oppa ini sudah sampai," Kim menepuk nepuk lengan Ho Seok yang sedari terus saja memeluknya erat sambil memejamkan mata.
       Ho Seok mengerjap ngerjapkan mata. Baru menyadari bahwa mereka sudah tiba di depan gerbang sekolah. Kim mencium punggung tangan oppanya lalu keluar dari mobil. Ho Seok membalasnya dengan lambaian tangan melalui jendela mobil sambil tersenyum.
       "Bagaimana? Apa oppa oppamu marah saat mengetahui ponselmu disita?" tanya Rae In sambil merangkul salah satu bahu Kim.
       "Tidak. Oppa bilang, dia akan datang dan mengurus segalanya," jawab Kim.
       Rae In mengangguk sambil tersenyum. Lalu bersama sama berjalan menuju kelas.
                                       ***
       Bu guru Song baru saja meninggalkan kelas. Pelajaran Bahasa Inggris yang baru saja diterangkannya sungguh membuat leher Rae In jadi tegang. Sehingga saat ia keluar kelas Rae In merasa bebas.
       "Aku lapar, mau ke kantin. Kau mau ikut?" ajak Rae In saat jam istirahat.
       Kim menggeleng sambil tersenyum kecil.
       "Kau saja yang pergi. Aku tidak lapar," jawabnya.
        Kurang lebih 10 menit Rae In kembali dari kantin. Namun ia nampak berlari tergesa gesa menuju ke tempat Kim duduk.
        "Kim . . . Kim . . . Di sana . . . " Rae In menghampiri Kim dengan napas yang masih naik turun.
       "Kenapa?"
       "Oppamu sudah datang . . . Mereka ada di parkiran," lanjut Rae In seraya mengatur napas.
       "Hah?" Kim terkejut lalu segera berlari menuju ke parkiran.
       "Hei! Tunggu akuuu !" Rae In berteriak tapi percuma. Kim sudah mengambil jurus langkah seribu secepat kilat.
       Matanya membulat melihat mobil Seok Jin terparkir rapi di parking area. Beberapa detik berikutnya 7 orang namja keluar dari sana layaknya pengacara yang hendak bertemu kliennya. Ditambah lagi para siswi mulai dari kelas 10 sampai 12 berjejer di tepi parkiran sambil histeris. Serasa terbang saat melihat sang idol K-pop tiba tiba datang ke sekolah mereka.
       Dengan percaya diri yang selangit, Taehyung menebarkan senyum sambil melambaikan tangan layaknya idol sejati. Apalagi? Siswi siswi itu semakin melonjak lonjak dan histeris. (Niatnya mau rapat sama guru, kok malah narsis ya). Untung saja dia memang tampan. Apalagi yang bisa dia lakukan setelah melihat oppanya yang kadang kurang waras itu? Ne-puk ji-dat.
       Tapi bagaimana, ya kalau mereka tahu bahwa sang idol memiliki seorang adik perempuan yang merupakan siswi sekolah itu?
       Nam Joon selaku leader, berjalan paling depan. Memang karena dia adalah alumni dari sekolah tersebut. Jadi ia tahu tempat tempat tertentu di sana. Sebenarnya mereka semua juga merupakan alumni sekolah ini. Tapi Nam Joonkan leader. (Serah lu, dah). Melewati paving block dan koridor panjang yang sisinya dipadati oleh para siswi yang semakin bertambah dan terus histeris. Sampai sampai sekolah jadi gempar. Hebooooh.
       Langkah mereka pasti, menuju ke ruang guru untuk menuntaskan masalah penyitaan ponsel adik mereka. Nam Joon sudah tidak sabar ingin melihat rupa dari guru yang telah memfitnahnya 7 tahun yang lalu. Dan kini ia memfitnah adik kesayangannya. (Macem macem mau bangunin monster).
       Kepala sekolah mempersilahkan mereka untuk duduk dalam ruangannya selagi menunggu pak guru Shin dan Kimberly. Beberapa menit kemudian, pak guru Shin sampai di ruangan tersebut dan nampak tersentak melihat ketujuh mantan siswanya datang. Ia duduk dengan tenang, di depan tempat duduk anak anak Bangthan.
       Suasana canggung. Tapi dipecah oleh suara Kim mengetuk pintu ruang kepala sekolah. Berjalan memasuki ruangan dan tersenyum sekilas saat melihat ke arah oppa oppanya. Ia berdiri di dekat kursi kepala sekolah. Menunduk.
       "Kami datang untuk membicarakan masalah guru yang menyita ponsel adik kami," Nam Joon membuka pembicaraan dengan suara khasnya yang seksi. (Huuueeeeekk).
       "Baik. Jadi, pak guru Shin. Bagaimana?" ujar kepala sekolah dengan nada mirip moderator diskusi.
       "Ya, saya menyita ponsel adik kalian karena dia memainkannya saat jam pelajaran," jawab pak guru Shin percaya diri. (Sok bener).
      Mereka bertujuh terkekeh bersama.
       "Kita selesaikan saja dengan damai. Kembalikan ponselnya dan selesai," usul Yoon Gi santai.
       "Mohon maaf. Jika saya kembalikan semudah itu, apa Kim tidak akan mengulanginya lagi?"
       "Jangan pernah salahkan dia!" Nam Joon menunjuk pak guru Shin dengan suara agak ditinggikan.
       "Kim tidak sedang bermain ponsel saat itu. Lagipula pelajaran anda baru akan dimulai. Bukan sudah dimulai. Memangnya anda mau tebusan berapa banyak?" cecar Nam Joon yang mulai terbakar. (Ini sekolah aja bisa gue beli.  -Nam Joon).
       "Sabar. Darimana anda tahu Kim memang tidak sedang memainkan ponselnya?" Kepala sekolah berusaha menengahi.
       "Kenapa tidak kita tanyakan teman sebangku Kim sebagai saksinya?" ujar Seok Jin.
       Hanya sebentar saja, Rae In sudah berada di ruang sidang dan siap memberikan kesaksiannya. (Udah kayak di pengadilan beneran, ye). Ia berdiri di samping Kim sambil menunduk pula.
       "Rae In, bisa tolong ceritakan yang sebenarnya?" pinta sang kepala sekolah.
       "Kim memang tidak bermain ponsel saat itu. Sebelum pak guru Shin masuk kelas, dia memang sempat menggunakannya. Tapi segera ia matikan karena melihat pak guru masuk. Ia terlihat memegang ponsel tersebut karena saat hendak dimaksukkan ke dalam tas, benda itu terjatuh dan baru ia ambil. Jadi . . . Sungguh Kim tidak bersalah. Aku menceritakan yang sebenarnya. Chaeseonghamnida," jelas Rae In.
       "Tapi aku yakin Kim sungguh bermain ponsel . . ."
       "Hentikan," potong Nam Joon.
       "Apa kau berniat memfitnah siswamu? Seperti yang kau lakukan 7 tahun lalu? Kau sudah membuatku hampir didrop out. Kau tidak tahu yang sebenarnya terjadi. Kau melihat sebagian dari kejadiannya lalu menyimpulkan terburu buru. Bibiku sangat malu ketika datang kesini karena berpikir aku membuat ulah. Hari ini kau hampir saja melakukan hal yang sama. Aku percaya pada adikku, karena itulah aku datang. Kim tidak bersalah, Rae In sudah menceritakan segalanya," kata Nam Joon panjang lebar.
       "Bagaimana kita bisa percaya?" bantah pak guru Shin.
       "Aku cukup mengenal anda saat masih menjadi siswa di sini. Bukankah memang seperti ini sifat anda? Banyak alasan tapi tak mau terima alasan," jawab Nam Joon dengan sedikit makian yang menusuk.
       "Walaupun anda bilang semua ini tidak benar, kami akan tetap mempercayai adik kami. Terserah. Kami tidak peduli pendapatmu," lanjutnya.
       "Pak guru Shin, sebaiknya anda kembalikan saja ponselnya. Agar masalahnya tidak semakin besar. Walinya Kim ini mulai membahas masa lalu," ujar kepala sekolah.
       Pak guru Shin terdiam. Lalu merogoh saku celana dan mengeluarkan sebuah ponsel berbalut silikon hitam.
       "Baiklah," ujarnya singkat sambil menyodorkan benda tersebut.
       Kim sudah mengulurkan tangan hendak mengambil barang miliknya.
       "Berhenti!" seru Nam Joon.
       Semua mata tertuju padanya.
       "Jangan sentuh apapun yang berasal dari tangannya," lanjutnya.
       "Kita pulang saja,"tambahnya sambil menggandeng Kim keluar lalu membawanya pulang. Padahal sekolah belum usai. Ponsel yang tadinya menjadi alasan kuat bagi mereka untuk datang, justru malah Kim dilarang menyentuhnya dan ditinggalkan diruang kepala sekolah.
                                       ***

Recommemded Song :
Jimin BTS - Promise

OUR HIDDEN FAMILY (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang