5. Berturut - Turut

86 11 0
                                    

       Mobil Jimin berhenti tepat di depan gerbang sekolah. Gadis itu kemudian turun dari mobil diikuti Jimin, Taehyung, dan Jungkook.
       "Belajar dengan benar," ujar Jimin sambil mengelus kepala gadis itu lembut.
Ia hanya tersenyum dan mengangguk.
       "Buat orang tuamu bangga, ya," tambah Taehyung sambil mengelus pundaknya.
       "Selalu semangat," timpal Jungkook sambil merangkul gadis itu dan tersenyum penuh semangat.
       "Gamsamnida," jawab gadis itu dengan senyuman.
       Gadis itu lalu berjalan menjauhi Jimin dan saudara saudaranya sambil terus bertanya dalam benaknya.
       "Akhirnya kau datang juga. Aku khawatir kau tidak akan datang hari ini," ujar Rae In sambil langsung menggandeng tangan Kimberly begitu melihatnya memasuki gerbang.
       "Kau tidak lupa, kan kelompok kita akan persentasi hari ini?" tanya Rae In was- was.
       "Aku tidak lupa," jawab Kimberly.
       "Semua akan baik - baik saja jika ada kau. Benar, kan?"
       Kimberly hanya tersenyum. Kimberly berjalan menuju kelas dengan tanda tanya besar di otaknya. Sudah 3 hari berturut - turut ia bertemu dengan orang yang aneh. Mereka menatapnya dengan tatapan terkesima. Untuk orang yang pernah menabraknya 2 hari yang lalu. Dia merasa wajah mereka sangat mirip. Cara dia berbicara, menatap, juga sikapnya membuat Kimberly merasakan kehadiran seorang kakak. Orang - orang yang membantu memperbaiki sepedanya, orang yang necis dengan setelan navy, dan hari ini ada adik - adiknya orang yang menabraknya. Orang - orang itu sama - sama terkesima dengannya. Seolah mereka melihat sosok yang amat dirindukan.
                                         ***
       "Koereom, eottaeyo?" (Jadi, bagaimana?) tanya Jimin sambil tersenyum.
       "Mwogayo?" Tae balik bertanya.
       "Tentang gadis itu. Katakan, apa yang kau rasakan?" jelas Jimin.
       "Rasanya . . . . Kimberly . . ." Tae tidak bisa melanjutkan perkataannya.
       "Kenapa aku merasa, aku seperti melihat Kimberly," sahut Jungkook.
       "Eung," jawab Jimin pendek sambil tersenyum. Mengerti saja akan perasaan Tae dan Jungkook yang baru saja melihat gadis itu yang mirip dengan Kimberly.
                                        ***
       "Aigoo, jeongmal," (astaga, sungguh) desah Taehyung sambil menjatuhkan dirinya di sofa ruang tamu.
       Langit sore yang jingga dan suasana remang - remang membuat hati Taehyung lebih tenang. Yoon Gi nampak anteng di depan TV sampai tidak menyadari kedatangannya. Seok Jin kemudian mulai merapat sambil membawa secangkir kopi panas lalu duduk di samping Taehyung.
       "Bagaimana harimu?" tanya Seok Jin sekedar basa - basi.
       "Hari kami membuat beban pikiran, hyung," sahut Jungkook yang menuruni tangga bersama Jimin, Nam Joon, dan Ho Seok.
       "Mwo?" Seok Jin menautkan alis sambil menoleh ke arah Jungkook.
       "Ya, tentu saja. Hari ini memang seharusnya menjadi beban pikiran untuk mereka," jawab Jimin seraya duduk di samping (kiri) Taehyung.
       "Waeyo?" Yoon Gi angkat bicara tanpa mengalihkan padangan dari layar televisi.
       "Haruskah aku yang menceritakannya? Atau kau mau menceritakannya sendiri?" Jimin menawarkan diri.
       "Mwodeungane," (terserah) jawab Taehyung pendek.
       "Dia bertemu dengan gadis yang mirip dengan Kimberly. Dia bahkan menumpang ke sekolah dengan mobil kami," jelas Jimin sambil tersenyum miring.
       "Jeongmalyo?" Seok Jin tersentak. Begitu juga dengan Yoon Gi, Ho Seok, dan Nam Joon.
       "Kemarin kami juga bertemu dengan gadis itu. Mungkinkah gadis yang kita jumpai adalah gadis yang sama?" tambah Ho Seok.
       "Eung. Yoon Gi hyung bahkan membantu memperbaiki sepedanya," timpal Nam Joon.
       "Sepeda? Tapi gadis itu berjalan kaki pagi ini," bantah Taehyung.
       "Kookie ingin sekali bertemu dengan gadis itu lagi," desah Jungkook.
       "Ingin sekali aku memeluk gadis itu begitu aku melihatnya tadi pagi," tambah Taehyung.
       "Kau sudah bertemu dengan gadis itu dua kali, kan Chime. Kenapa tidak tanya namanya?"
       Pertanyaan Yoon Gi membuat semua orang menatap Jimin serius. Jimin pun berusaha mencari alasan untuk kabur. Jika tidak segera menyelamatkan diri, dia akan menjadi bulan - bulanan saudara - saudaranya.
       "Perutku sakit. Harus ke toilet," Jimin segera beranjak ke toilet sebelum keadaan semakin buruk.
       "Hei !!!!! Lari kemana kau ?!!!!" seru Seok Jin.
       "Kembali kau Mochi !!!!" tambah Yoon Gi.
       "Eomma, selamatkan aku !!!!" teriak Jimin dari arah dapur.
       Cermin di toilet menampilkan pantulan wajah Jimin yang begitu bodoh. Dua kali bertemu, tapi tidak terpikir untuk mengetahui namanya. Sekalipun nama Kimberly itu pasaran, tapi hanya Kimberly dari keluarga Bangthan yang mempunyai bentuk wajah seperti itu. Jimin dan saudara - saudaranya memang tidak tahu seperti apa wajah adik kecil mereka saat ini. Tapi mereka mempunyai naluri yang tidak mungkin bisa dibohongi. Tujuh belas tahun sudah berlalu. Dan selama itu juga Kimberly dan ibu mereka pergi dari rumah. Sejak Jimin masih berusia 7 tahun hingga sekarang. Ia sudah 24 tahun hingga detik ini. Hal apa saja yang sudah berubah dalam jangka waktu selama itu. Jimin membasuh wajahya dengan harapan ia bisa melupakan kebodohannya karena tidak bertanya siapa nama gadis itu.

Ya Tuhan, tolong beri aku kesempatan untuk bertemu dengan gadis itu sekali lagi. Biarkan aku memastikan, apakah benar dia adalah Kimberlyku. Kimberly dari keluarga Bangthan. Kumohon ya Tuhan.

Jimin membatin sambil terus menatap bayangannya di cermin.

OUR HIDDEN FAMILY (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang