64. Oppa, Saranghanda

36 3 0
                                    

       Hari hari layaknya hari biasanya, Kim kembali masuk sekolah. Hanya saja Nam Joon oppa tampak berbeda pagi tadi. Mungkin ia khawatir dan tidak bisa tidur setelah pria itu datang. Meski Ho Seok dan Seok Jin sudah mencoba mencairkan suasana, tetap saja hanya Jimin dan Kim yang tertawa renyah. Yang lain tampak tidak peduli. Taehyung dan Jungkook asyik sarapan. Yoon Gi, yah tahu sendiri dia tidak akan terpengaruh dengan lelucon mereka. Sedangkan Nam Joon? Di situlah letak masalahnya.
       Dari cara Seok Jin memandangnya, sepertinya memang dialah yang paham kalau Nam Joon sedang cemas. Dan pagi ini, Nam Joon juga yang mengantar Kim ke sekolah. Sangking cemasnya, Nam Joon takut kalau nanti Kim diculik oleh pria tidak waras itu. Sudah adik perempuan hanya 1, sekarang jadi rebutan pula. Membuat Nam Joon tidak fokus dan tenang bekerja.
       Hatinya sangat yakin kalau pria itu pasti merencanakan sesuatu dengan datang mengunjungi rumah mereka. Satu satunya hal yang memungkinkan untuk dicurigai hanyalah Kim. Satu satunya anak gadis yang ia miliki. Yang mungkin ingin diambilnya setelah belasan tahun diabaikan. Nam Joon tahu betul pria seperti dia tidak mungkin melakukan sesuatu yang merugikan dirinya sendiri. Maka jika ia berniat mengambil Kim, itu berarti disebabkan satu alasan yang menguntungkannya.
       Intinya Nam Joon tidak berhenti berpikir dan menduga duga. Ia juga bertekad untuk melindungi adik semata wayangnya dengan cara apapun. Nam Joon akan melawan siapa saja yang ingin memisahkan dirinya dengan Kim, meski Ayahnya sekalipun. Kali ini berbeda dengan yang dulu. Nam Joon memiliki saudara yang sama sama memahami segalanya. Mereka juga sudah mampu melawan kalau kalau pria itu benar benar menyerang.
       "Halo, pengacara Choi," Nam Joon segera menghubungi pengacara andalan keluarganya begitu ia merasa harus langsung mengambil tidakan.
       "Ya, ini aku Tuan."
       "Pengacara Choi, apa aku bisa minta bantuanmu?"
       "Kau ini bicara apa, Tuan? Kalau butuh sesuatu, langsung katakan saja. Kenapa mesti bertanya. Seperti kita ini belum lama kenal saja."
       "Ah, ya," Nam Joon terkekeh.
       "Katakan. Apa yang harus kulakukan?"
       "Aku ingin kau mencari tahu tentang seorang pria bernama Min Young Hwa."
       "Pria bernama Min Young Hwa. Baiklah."
       "Ya. Tolong kau selidiki semua hal tentangnya. Dimana dia tinggal, apa pekerjaannya, dari mana dia berasal, dan semua hal tentang latar belakangnya."
       "Baiklah. Akan segera kukerjakan. Jika aku sudah menemukan info tentangnya, nanti akan kububungi."
       "Baiklah. Terima kasih."
       "Tentu."
       Sambungan telepon terputus dan Nam Joon kembali menerawang di ruang kerjanya. Sejak tiba, ia terus memikirkan Kim. Belum sedikitpun pekerjaan ia selesaikan. Benar benar tidak ada yang tersentuh olehnya.
                                        ***
       "Ne, yeobeoseyo?" Nam Joon menjawab telepon sambil sibuk dengan komputernya. Setelah beberapa jam akhirnya ia kembali mood untuk bekerja. Lalu setelah itu, tiba tiba Taehyung menelepon.
       "Hyung, nanti biar aku yang menjemput Kim. Kita langsung bertemu saja di plaza."
       "Tidak tidak. Aku yang akan jemput."
       "Hyung, ayolah. Kau percaya padaku, kan? Kim akan baik baik saja."
       "Bagaimana kau bisa seyakin itu?"
       "Kau ini bicara apa? Aku sudah di depan gerbang sekolah sekarang."
       "Mworagoyo?"
       "Mworagoyo?" Taehyung mengikuti cara Nam Joon bicara. Seperti mengejek.
       "Ya ampun, aku lupa. Jam berapa sekarang?"
       "Kau bahkan tidak ingat menjemputnya. Kau itu terlalu waspada. Kau sedang banyak pikiran sekarang."
       "Ya, benar. Sekarang baru pukul 13.00 . Syukurlah kau ingat dan menjemputnya lebih awal. Kita bertemu di plaza."
       "Sampai jumpa."
       "Sampai jumpa."
                                        ***
       "Dia bilang mau jemput, tapi tidak ingat waktu," omel Taehyung seraya menutup telepon.
       Lima belas menit, 30 menit, 45 menit, sampai 1 jam Taehyung menunggu di mobil. Seandainya Taehyung adalah bebatuan dalam sungai, dia pasti sudah berlumut. Bosan. Tapi, ya sudahlah. Tidak ada pilihan lain. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi. Bagaimana kalau pria itu datang ke sekolah Kim? Lalu menculiknya?
       Sudah paling benar menjemputnya lebih awal. Lebih baik waspada dari pada terlanjur celaka.
       "Eung? Annyeong!"
       Taehyung mengerjap. Seorang gadis berambut sebahu digerai, tersenyum dengan manisnya ke arah Taehyung. Ia pun tersenyum melihat Kim muncul dari balik pintu gerbang. Kantuknya hilang dalam sekejap dan semangat untuk ke plaza sebelum menuju rumah.
       "Apa oppa sudah lama?" tanya Kim sambil langsung masuk ke mobil dan duduk di kursi depan.
       "Oppa sudah berlumut di sini," jawab Taehyung datar sambil mulai mengemudikan mobil.
       Kim terkekeh.
       "Chincaeyo?" ucapnya.
       "Apa oppa menjemputku lebih awal hari ini?" lanjutnya.
       "Ya. Aku kemari 1 jam lebih awal dari biasanya."
       "Waeyo?" tanya Kim sedikit geli.
       "Tadinya Nam Joon hyung mau menjemputmu. Saat kutelepon, ternyata dia masih di kantor. Dia bilang mau menjemputmu, tapi dia lupa waktu. Dia bahkan memaksa akan menjemputmu. Tapi aku medesak, biar aku saja yang jemput," jawab Taehyung.
       "Lalu?"
       "Lalu aku yang menjemputmu sekarang. Iya kan?"
       "Ya. Tapi kau tidak menjawab pertanyaanku."
       Taehyung mendesah saat melewati tikungan.
       "Kami khawatir kalau pria yang waktu itu mengganggumu nanti. Kalau dia menculikmu bagaimana?"
       "Ya, ya."
       "Oppa . . . . " panggil Kim.
       Taehyung menoleh sekilas.
       "Saranghanda," (aku mencintaimu)  ujar Kim sambil tersenyum manja. Taehyung yang gemas langsung mencubit salah satu pipi Kim.
       "Aaaa!!!!!" Kim mengaduh kesakitan sambil mengusap pipinya yang memerah. Lalu mereka tertawa renyah.
       "Eung, ini bukan jalan menuju rumah. Mau kemana kita?" tanya Kim saat menyadari mereka tidak menuju rumah.
       "Aku mau menculikmu. Apa kau selalu banyak bertanya?" Taehyung sedikit kesal.
       "Aku senang kalau diculik olehmu."
       Taehyung tertawa kecil. Begitu juga Kim.
       "Sebenarnya kita mau ke plaza. Jin hyung memintaku membeli baju untukmu. Karena nanti malam kita semua akan pergi ka sebuah acara," jelas Taehyung.
       "Acara apa?"
       "Itu semacam acara penghargaan untuk para pengusaha."
       Kim manggut manggut.
       "Apa semua pertanyaanmu sudah terjawab? Kau sudah puas?"
       "Sangat puaaaaaaaas."
       Taehyung kembali dibuat tertawa karena ekspresi Kim saat mengatakan 'puas'.
                                       ***
       Seok Jin menyempatkan pergi ke plaza di jam makan siang. Siang ini ia sudah janji akan bertemu dengan semua saudaranya di sebuah plaza untuk membeli pakaian yang akan digunakan dalam acara malam nanti. Saat ia keluar dari mobil, Seok Jin langsung menelepon pengacara Choi untuk memintanya menyelidiki pria itu.
       "Yeoboseyo?"
       ". . ."
       "Ya, pengacara Choi. Aku ingin minta bantuanmu."
       ". . ."
       "Begini, tolong kau selidiki seorang pria. Nanti akan kukirim fotonya."
       " . . ."
       "Benarkah? Nam Joon juga menyuruhmu menyelidiki seorang pria?"
       ". . ."
       "Apa benar begitu?"
       ". . ."
       "Baiklah. Kukirim saja fotonya dan cobalah untuk mengingat, apa itu pria yang sama atau bukan."
       ". . ."
       "Baiklah kututup dulu teleponnya."
       ". . ."

       Tut . . . . Tut . . . . Tut . . . .

       Segera setelah Seok Jin menutup telepon, ia langsung mengirim foto pria itu. Lalu pengacara Choi kembali mengabarinya.
       "Ya, pengacara Choi. Eottae?"
       ". . ."
       "Mworago?"
       ". . ."
       "Jadi itu memang pria yang sama?"
       ". . ."
       "Ya sudah kalau begitu. Kau periksa saja semua latar belakangnya. Kemudian laporkan pada kami, oke?"
       ". . ."
       "Ne, annyeonghi kyeseyo."
       "Ternyata anak itu lebih waspada dari kupikir," gumam Seok Jin sambil berjalan memasuki plaza.
       Sebuah mobil berwarna hitam terlihat baru saja memasuki tempat parkir, tepat di samping mobil Seok Jin.
       "Jin hyung . . . ." sapa Nam Joon saat ia keluar dari mobil hitam tersebut. Kemudian menghampiri Seok Jin.
      "Kau di sini?" Seok Jin sedikit terkejut.
      "Eung."
      "Tunggu. Apa kau sudah meminta pengacara Choi untuk mencari tahu tentang Ayah?"
       "Bagaimana kau tahu?"
       "Aku baru saja menelponnya tadi. Tapi pengacara Choi bilang, kau juga menyuruhnya menyelidiki pria yang sama."
       "Aku tidak ingin pria itu mendekati atau mengganggu Kim. Setelah pengacara Choi memberi kita informasinya, aku akan pikirkan cara untuk melindungi Kim. Jika bisa, aku ingin jauhkan Kim darinya."
       "Bagus," Seok Jin menepuk bahu Nam Joon bangga, sambil tersenyum.
       "Ayo masuk," ajaknya.
                                         ***

OUR HIDDEN FAMILY (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang