78. Aksi 2

22 2 0
                                    

       "Jungkook(ah), cepat kau yang lempar talinya," Nam Joon akhirnya menyerahkan tali yang dipegangnya pada Jungkook. Kelebihan si bungsu yang bisa melakukan apa saja, dipercaya bisa melakukan ini dan pasti langsung berhasil.
       Tanpa ragu Jungkook langsung meraih tali dari tangan Nam Joon. Memutar mutarkannya beberapa kali, lalu melemparnya ke atas. Memang dasar Jungkook. Tangan ajaibnya bisa membuat jangkar yang terikat pada ujung tali terkait pada besi balkon di atas.
       "Cepat kau duluan," pinta Nam Joon.
       "Ne? Ne."
       "Jungkook(ah), pakai ini," Seok Jin mengambil sepasang sarung tangan dari dalam ransel lalu memberikannya pada Jungkook.
      " kau juga membawa ini?" tanya Jimin.
      "Keurae. Aku harus siap dengan segala kemungkinan," jawab Seok Jin.
      "Wuah," Taehyung menatap Seok Jin terkesima. Bisa saja dia berpikir membawa sarung tangan.
      "Apa hanya 1?" Nam Joon mengharapkan sarung tangan juga.
      "Aniyo," Seok Jin mengeluarkan 6 pasang sarung tangan lagi lalu membaginya.
      "Apa itu tidak terlalu tinggi?" Ho Seok mulai cemas saat phobianya kumat. Sambil mendongak menatap Jungkook yang mulai bergelantungan pada tali untuk bisa sampai ke atas.
      "Ania, hyung. Jangan melihat ke bawah," jawab Nam Joon.
      "Keuraeyo?"
      "Eung."
      Dengan sigap, Jungkook berpegangan pada seutas tali dan mulai memanjat. Balkon di atas cukup tinggi sehingga membutuhkan tenaga ekstra. Apalagi ini adalah kedua kalinya ia membakar kalori dengan memanjat. Maka tak heran, magnae line sudah berpeluh.
      Bisa dibilang, Jungkook mengerahkan tenaganya untuk mencapai balkon. Semua yang melihat dari bawah bisa menyimpulkan, dia sangat bekerja keras. Segera setelah ia meraih besi penghalang di balkon, yang lain mulai bergantian untuk naik. Dari Jimin, Taehyung, Yoon Gi, kemudian Ho Seok.
      "Hyung, jangan takut. Yang penting kau jangan melihat ke bawah. Fokuslah agar bisa sampai di atas," Nam Joon mencoba meyakinkan Ho Seok karena tampak ragu ragu dan ketakutan.
      "Baiklah. Akan aku coba," Ho Seok juga berusaha melawan phobia yang sangat tidak bisa kompromi.
      "Gwaenchanhae," ujar Nam Joon sambil menepuk bahu Ho Seok sebelum dia mulai memanjat.
      Ho Seok memberanikan diri untuk memanjat. Ya, demi Kim. Dan dengan bantuan yang lain, mereka menarik talinya dari atas agar Ho Seok tidak perlu terlalu keras memanjat. Itu juga yang mereka lakukan saat tiba giliran Nam Joon.
      Tiga kali bernapas sebelum akhirnya mereka menyusup lewat pintu di balkon itu. Nam Joon membuka pintu perlahan. Kalau pintunya bersuara sedikiiiiiiiit saja, maka usaha mereka untuk masuk ke sana menjadi sia sia saja.
      Rupanya ada tangga tepat di depan pintu balkon yang menghubungkan lantai 1 dan lantai 2. Ada beberapa jendela kaca di sisi ruangan itu. Dan mereka melihat ada tangga lagi di ujung ruangan. Yang tampaknya menuju ke lantai 3. Nam Joon berjalan di depan dan bersiap melangkahkan kaki untuk masuk. Tapi . . .
       "Berhenti," Seok Jin tiba menahan Nam Joon.
       "Musseunirinya?" (Ada apa?) tanya Nam Joon.
       Seok Jin tidak menjawab. Ia langsung merogoh ransel yang dibawa Jungkook, lalu mengeluarkan sebuah cawan kecil. Seok Jin lalu membuka penutup cawan tersebut dengan hati hati agar isinya tidak tumpah.
       "Apalagi itu?" ujar Yoon Gi.
       Seok Jin langsung meniup serbuk dari cawannya. Seketika serbuk itu berterbangan kemana mana.
       "Dia bahkan membawa pasir," ujar Yoon Gi lagi.
       Hyeon Joon memang benar benar ketat, apalagi saat di rumahnya ada anak gadis. Ruangan seperti ini meski tampaknya tidak sering digunakan, tapi Hyeon Joon tidak membiarkannya terbengkalai. Ruangan itu tampak begitu bersih dan rapi.
       Tapi tahu apa yang terjadi setelah Seok Jin meniupkan pasir ke dalam ruangan itu?
       Sinar laser berwarna merah langsung memancar dari alat pengamanan yang dipasang di sana. Tidak main main. Sinarnya tidak hanya satu melintang saja, tapi ada puluhan dan semerawut. Melihatnya saja sudah berpikir, bagaimana mau melewatinya? Itu terlalu banyak. Kalau tersentuh sedikit saja, alarmnya akan berbunyi dan mereka akan habis.
       Untung saja mereka tidak buru buru masuk. Jika Seok Jin tidak lebih waspada, maka mereka akan berakhir. Seorang Hyeon Joon sudah pasti ekstra teliti dan hati hati. Ruangan yang nampak kosong seperti ini saja, dipasangi alat pengamanan seketat ini.
       Sesaat semua melongo. Tiba tiba mereka blank. Sambil menatap sinar sinar yang tidak karuan. Belum lagi jarak yang harus mereka lewati dari tempat mereka berdiri ke tangga di depan sana.
       "Apalagi ini?" Taehyung seperti sudah kewalahan dengan segala hal yang sudah ia lalui sejauh ini.
       "Hyung, gomabda," ucap Nam Joon datar sambil menepuk bahu Seok Jin tanpa mengalihkan pandangannya dari hamparan sinar merah yang sudah menunggu.
       "Kita sudah sampai ke sini. Sia sia jika kembali," jawab Seok Jin.
       "Kali ini, biar aku yang mencobanya duluan," sahut Jimin.
       "Kau yakin?" timpal Ho Seok.
       "Apapun untuk Kim. Tidak ada yang tidak mungkin," jawab Jimin dengan yakin, sambil melangkah dan mulai melewati sinar sinar di depannya.
       Tubuhnya yang semampai membuat Jimin tidak perlu mengkhawatirkan sinar di bagian atas. Karena tentu saja ia tidak sampai menjangkaunya. Melihat Jimin merunduk, dan meliuk liukkan tubuhnya saat menghindari menyentuh sinar itu membuat hyung line yang melihat bergidik ngeri.
       "Fighting," Jungkook turut maju menyusul Jimin. Melakukan hal yang sama sepertinya.
       Dengan berhati hati, Jungkook berusaha menghindari sinar itu dengan berbagai upaya. Ia bahkan terlihat seperti sedang melakukan koreografi.
       "Khajja," kini giliran Taehyung yang memberanikan diri menantang rintangan di depan.
       Meski sulit, tapi mereka waspada sebisa mungkin agar tidak sampai menyentuh sinarnya. Meski jauhnya hanya beberapa langkah, tapi jadi dipersulit hingga terasa begitu jauh.
       "Ayo kita lakukan," ujar Seok Jin seraya memandangi magnae line yang sudah lebih dulu melewatinya. Bahkan Jimin sudah hampir berhasil.
       "Jangan pikirkan hal lain. Ingat saja, kita lakukan ini untuk Kim," jawab Nam Joon.
       "Apapun asal tidak berhubungan dengan tinggi dan air," tambah Ho Seok.
       "Keurae. Khajja," timpal Yoon Gi.
       Akhirnya hyung line maju bersama melewati sinar sinar menyebalkan itu. Sambil menghembuskan napas lega, Jimin akhirnya berhasil menaklukan sinar merah itu. Ia melihat Nam Joon dan Seok Jin seolah kewalahan karena tubuh jangkung mereka. Meski punggung, paha, lutut, dan betis terasa nyeri dan pegal, tapi sungguh tetap mereka lakukan hanya demi si bungsu saja.
       Mereka berempat terlihat seperti mesin menari . . . Tidak. Seperti ulat . . . Bukan. Seperti belut. Yang tampak meliak liuk kesana kemari, bahkan sampai kewalahan. Sesekali magnae line tertawa kecil melihat pose aneh mereka.
       "Ah, menyebalkan sekali," gerutu Yoon Gi seraya membersihkan celananya bagian lutut yang sedikit kotor karena debu di lantai.
       "Itu . . . " Nam Joon menunjuk sebuah pintu.
       "Kita mulai dari sana," lanjutnya, kemudian berjalan menuju pintu itu diikuti yang lain.
                                         ***

Kim ada di kamar itu nggak, ya?
To Be Continued . . . . .

OUR HIDDEN FAMILY (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang