20. Insomnia & Kue Ulang Tahun

64 5 0
                                    

       Semua orang sudah berkumpul dan menunggu Kim pulang dari sekolah. Seok Jin, Yoon Gi, Ho Seok, dan Nam Joon sudah stand by di ruang makan. Duduk berjejer rapi di kursi masing masing. Tentu saja ini membuat Kim jadi bingung. Harusnya mereka tidak di rumah karena ini masih jam kerja.
       "Kalian sudah pulang? Ini masih jam kerja, kan?" tanya Kim sambil meletakkan tasnya di sandaran kursi.
       "Kami sengaja pulang," jawab Yoon Gi santai sambil menuang air putih lalu meneguknya.
       "Kenapa?"
       "Sudah duduk saja," Tae menarik lengan baju Kim seraya memaksanya untuk duduk.
       "Tunggu Jimin pulang. Baru setelah itu kau akan mengerti," ujar Jungkook.
       "Anyeong hasimnikka!" Jimin berteriak dari luar.
       Semua orang menoleh ke arah sumber suara. Jimin memasuki ruang makan dengan napas tersengal sengal seperti habis berlari. Ia berhenti sejenak untuk mengatur napas sebelum duduk. Yoon Gi kembali mengisi gelasnya dengan air hingga hampir penuh. Namun, saat air tersebut hendak ia teguk, tiba tiba saja Jimin merebutnya tanpa berpikir. Langsung saja ia minum sampai habis. Yoon Gi tidak berkata apa apa. Hanya saja hatinya dongkol sambil menatap tajam ke arah Jimin.
       "Apa apaan kau ini?! Ambil sendiri kalau mau," semprot Yoon Gi.
       "Mianhaeyo," ringis Jimin lalu duduk di kursi.
       "Bagaimana kau pulang? Tadi kau tampak sibuk. Apa kau pulang dengan taxi?" tanya Tae.
       "Ani. Aku pulang bersama tuan Lee. Aku meneleponnya sebelum pulang," jawab Jimin santai.
       "Aku tidak dengar suara mobilnya."
       "Dia terjebak macet. Jadi, aku berlari dari tikungan depan sampai kesini."
       "Keurae, karena semua sudah pulang kita mulai saja," usul Seok Jin.
       Ho Seok yang sudah siap berdiri di depan kulkas, membuka pintu lemari pendingin. Tangannya memegang sebuah nampan berisi kue ulang tahun dua susun yang dibalut dengan krim putih yang merata. Kim terlihat takjub melihat tampilan kue tersebut.
       "Selamat ulang tahuuuuuuun !!!!!!!!!" seru ke 7 oppanya membuat Kim tersentuh.
       "Tapi ulang tahunku sudah lewat 2 hari yang lalu," ucap Kim dengan nada kecewa.
       "Arraeyo, ulang tahunmu memang sudah lewat. Tapi kami ingin merayakannya lagi," jawab Seok Jin sambil menggenggam tangannya.
       "Keureom?"
       "Keureom, kau tidak mau merayakannya lagi bersama kami?" ujar Nam Joon.
       Kim tersenyum sambil mengangguk.
       Ditiupnya lilin berbentuk angka 17 yang tertancap di atas kuenya. Saat lilinnya mati, semuanya bersorak sambil bertepuk tangan. Dipotongnya kue tersebut oleh Ho Seok oppa, lalu yang lain mengambil masing masing 1 potong. Mereka mulai menyuapi Kim dengan kue tersebut, dari Seok Jin, Yoon Gi, Ho Seok, Nam Joon, Jimin, Taehyung, dan Jungkook.
       Lucu sekali melihat ekspresi Kim saat mulutnya penuh kue dan krim di bibirnya. Oppa oppanya memaksa agar ia memakan semua kue yang mereka suapkan. Kue dari suapan pertama saja belum selesai dikunyahnya. Jadi seperti apa kalau ketujuhnya harus dikunyah sekaligus.
       Oppa oppanya malah tersenyum bahkan ada yang menertawakannya. Seperti tidak peduli dengan Kim yang berjuang menghabiskan kue kue tersebut. Tapi lama lama mereka merasa kasihan juga melihat adiknya seperti itu. Mulutnya sudah dipenuhi Krim berwarna putih, dan remahan kue berwarna cokelat.
      Jimin berinisiatif untuk nembersihkan wajah sang adik kesayangan dengan menggunakan tisu. Itupun sambil menahan tawa. Belum lagi, sisa dari potongan kue yang disuapkan oleh oppanya, semua diletakkan di piringnya. Jadi, ada 7 potongan kue yang menggunung di atas piringnya sekarang.
       "Bagaimana bisa aku menghabiskan sebanyak ini?" ujar Kim dengan wajah cemberut sambil menatap si piring yang isinya kue semua.
       "Tidak bagaimana mana. Habiskan saja semuanya. Supaya cepat besar," jawab Taehyung tanpa berpikir sambil mengambil potongan kue yang baru untuk dirinya sendiri. Wajahnya saja masih meninggalkan guratan guratan setelah tertawa.
       "Mana mungkin makan kue saja bisa cepat besar?" protes Kim.
       "Bisa," sahut Jungkook.
       "Jadi selama ini kalian hanya makan kue?" Kim mulai kesal.
       "Keurae. Karena itu, wajah kami manis semanis kue ini," ujar Jimin membuat adiknya mendengus.
                                        ***
       Rumah sudah sepi. Semua penghuninya sudah terlelap. Lampunya sudah mati dan masing masing telah berkeliaran di alam mimpi. Namun saat semua orang tengah tertidur, Jimin merasa gelisah di tempat tidur. Matanya masih terbuka lebar, padahal Ho Seok sudah mendengkur di sampingnya. Akhirnya ia berinisiatif untuk tidur di tempat lain.
       Dibukanya bed cover yang menyelimutinya. Pelan pelan, jangan sampai menimbulkan suara sekecil apapun.  Ia menapakkan kakinya di lantai dan mulai melangkah keluar kamar. Jimin berjalan jinjit dengan hati hati menuju pintu.
       Kriiiiiiiiieeeeeeeet . . . . . . .
       Jimin memicingkan mata saat membuka pintu. Suara pintu yang ia buka membuat Ho Seok sedikit terganggu rupanya. Sehingga ia menggeliat sejenak. Untungnya, dia segera kembali terlelap. Jimin mengelus dada lega dan kemudian berhasil keluar kamar tanpa sepengetahuan hyungnya.
       Kini ia mulai berjalan menuju sebuah kamar yang pintunya terdapat stiker bertuliskan KIMBERLY. Saat ia membuka pintu tersebut, cahaya nampak remang remang. Lampunya mati dan hanya sebuah lampu tidur kecil yang masih menyala. Jimin lalu berjalan mendekati sebuah tempat tidur yang di atasnya terdapat seorang gadis tengah tertidur pulas.
       Pelan pelan Jimin mulai naik ke atas tempat tidur, tepat di sisi Kim. Dielusnya dahi sang adik lalu mendaratkan sebuah kecupan di sana. Sebuah senyum terukir di kedua sudut bibirnya. Tiba tiba saja rasa kantuk menyerangnya. Jimin kemudian menyelimuti dirinya dengan bed cover. Tentu saja, satu bed cover digunakan oleh 2 orang. Jimin dan Kimberly. Jimin bahkan tak butuh waktu lama untuk pulas di tempat tidur saat ada Kim di sampingnya.
                                        ***
       Alarm di atas meja menunjukkan pukul 05.30 KST. Kim meraba meraba meja tersebut dan berhasil mematikan alarmnya. Pikirannya mengarahkan untuk bangun, tetapi matanya masih terpejam. Butuh waktu kurang lebih 3 menit untuk membuka mata. Kebiasaannya yang sudah bangun dan sudah sadar, tapi mata masih terasa lengket memang tidak akan bisa hilang sampai kapanpun.
       Dulu mungkin ini wajar wajar saja dan dimaklumi karena Kim tinggal bersama Nenek. Tapi kebiasaan itu harus ia tinggalkan, karena sekarang tidak ada Nenek di tempat tinggalnya. Melainkan 7 orang pemuda yang tidak lain adalah kakaknya.
       Kim menggeliat, meregangkan otot ototnya selama beberapa detik. Baru setelah itu ia bangkit. Namun ia terbelalak saat mendapati seorang pemuda tengah tertidur pulas tepat di samping tempatnya tidur barusan. Kim menutup mulutnya yang terbuka karena terkejut.

Bagaimana dia bisa . . .
Astaga, jadi semalaman aku tidur bersama Jimin oppa?
Apa apaan ini

Gumamnya.
       Kim terpaku di tempatnya. Memikirkan dan bertanya tanya, bagaimana bisa Jimin oppa ada di tempat tidurnya? Benarkah mereka tidur bersama semalaman? Kapan dia masuk?
       Pertanyaan pertanyaan seperti itu terus memenuhi benaknya. Sambil sesekali ia menatap wajah imut oppanya. Tiba tiba saja, muncul sebuah ide untuk menjahili oppanya di otak Kim. Senyum jahat timbul di wajahnya. Kira kira apa yang akan Kim lakukan? (Check this out!  Eh, kok kayak acara TV, ya?).
       Kim mendekatkan wajahnya sambil mengulurkan jari telunjuk kearah wajah oppanya. Sebuah sentuhan kecil dan lembut di kedua pipi. Ia tersenyum sambil terus memainkan jari telunjuknya di pipi Jimin yang putih dan mulus. Namun sepertinya Jimin mulai terganggu sehingga membuatnya menggeliat. Kim terkejut dan langsung melompat dari tempat tidur. Takut kalau kalau ia ketahuan oleh Jimin.
       Gorden abu abu yang tergantung di jendela kamar Kim menampakkan cahaya matahari yang terhalang. Ia berjalan ke arah jendela tersebut. Disingkapkan gorden itu dan sinar matahari masuk ke kamarnya melalui jendela tersebut dengan bebas. Jimin yang letak posisi tidurnya tepat di dekat jendela sudah pasti terpapar langsung oleh sinar matahari. Bola matanya bergerak gerak dan mulai terbuka perlahan lahan.
       Ketika Jimin membuka mata, ia mendapati Kim sedang berdiri menatap langit pagi di depan jendela. Senyum mengembang di sudut bibirnya. Ia mulai bangkit dari tempat tidur dan mendekati adiknya yang masih berdiri di depan jendela.
       "Selamat pagi," sapa Jimin lembut sambil mendekap Kim dari belakang.
       Kim tersenyum kecil.
       "Oppa sudah bangun?" tanyanya.
       Jimin mengangguk.
       "Keureonde, bagaimana oppa masuk ke kamarku?" Kim penasaran.
       "Aku tidak bisa tidur semalam. Jadi oppa ke kamarmu. Siapa tahu saja akan lebih pulas jika kau di sampingku."
       "Lalu?"
       "Lalu? Aku tertidur."
       "Semudah itu?"
       Jimin mengangguk polos.
       "Waeyo? Apa kau merasa aneh tidur bersama oppa?"
       Kim menggeleng sambil tersenyum kecil.
       "Keundae, jangan beritahu Ho Seok hyung bahwa semalam aku tidur di sini."
       "Wae? Apa dia akan marah?"
       Jimin mengangguk cepat.
       "Yagsoghae?" (Janji?), Jimin mengulurkan jari kelingkingnya.
       Kim tersenyum sambil menautkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking Jimin.
       "Kalau begitu oppa cepat keluar. Nanti ketahuan oleh Ho Seok oppa," Kim menyuruh oppanya untuk segera keluar sebelum Ho Seok melihat mereka.
       Jimin segera berlari keluar kamar dan menuju ke kamar mandi. Kim tersenyum geli melihat oppanya cepat cepat berlari keluar karena takut ketahuan. Setelah merapikan kamar, Kim beranjak untuk mandi. Begitu selesai mandi, ia langsung menuju dapur.
       06.00 KST Seok Jin masuk ke dapur dan berniat untuk membuat sarapan seperti yang biasa ia lakukan. Namun pagi ini ia telah didahului oleh Kim yang tengah mengaduk aduk bibimbab yang mengepul di atas kompor. Seok Jin berjalan perlahan menghampirinya.
       "Apa yang sedang kau masak?" tanyanya.
       "Bibimbab?" tebaknya kemudian.
       Kim mengangguk sambil tersenyum.
       "Ngomong ngomong, kenapa kau yang memasak? Biarkan oppa saja yang lakukan," ujar Seok Jin sambil berusaha meraih sendok sayur dari tangan Kim.
                                       ***

Commentnya mana comment? Udah chap 20 nih. Mana? Manaa?! Commentnya oiii comment. Jangan sider napa. Comment, kamu dimana? Comment ??!!! Commeeeeeeeeeent !!!!!!!!!!!!!!

-woles

Nggak apa apa klw nggak divote. Yang penting commentnya. Tapi bukan berarti Author nggak mau divote, ya. Kalau plotnya bagus, sebaiknya ya divote. Follow? Udah pasti nanti ta' follback. Cuman ya, mohon maaf kalau Author follback, voteback, atau balas Commentnya lambat. Kalau udah kayak gitu, berarti kuotanya Author lagi bokek. Walah malah curhat. Udah udah. Kalau diterusin kagak bakal selesai ini. Makasih untuk siapapun yang udah mampir buat baca, ya.

-Gomawo-

Recommended song :
BTS ft. The Chainsmokers - Best Of Me

OUR HIDDEN FAMILY (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang