"Punya remot tipi nggak?" tanya Naya pada Rafa yang kini duduk disebelahnya.
"Kalo ada TV yang berarti ada remot-nya lah," balas Rafa dengan tatapan datarnya.
"Dimana?" tanya Naya dengan pandangan menyusuri setiap sudut kamar.
Rafa hanya diam tanpa menjawab, Naya hanya dapat mendengus kesal melihat itu. Ingin rasanya Naya menjadikan Rafa sebagai anak angkat Limbad yang sama-sama irit ngomong malah Limbad jarang kasih banget nget dalam urusan berbicara.
"Ini dia," kata Naya girang begitu menemukan remot TV yang tergeletak di depan pintu kamar mandi.
"Ganti," kata Rafa saat mendapati Naya yang tengah menonton acara spongebob.
"Yang lain jelek, bagus yang ini," kata Naya.
"Ganti," kata Rafa dengan tatapan datarnya.
"Yaudah sih sana nonton di tempat lain, gitu aja susah. Kalo nggak suka yaudah nggak usah liat," balas Naya dengan nada kesal.
"Kok lo malah ngusir sih? Kan ini kamar gue," kata Rafa dengan nada tak kalah kesal.
Dan Naya baru saja tersadar jika saat ini ia tengah berada dikamar Rafa, bagaimana dia bisa lupa? Dan dengan se'enak jidatnya dia meminta Rafa untuk pindah ke tempat lain.
"Yaudah nih," kata Naya sambil menyerahkan remot TV pada Rafa.
"Kok itu sih, ganti yang lain dong. Ya kali gue lo suruh nonton acara beginian," kata Naya saat mendapati Rafa yang mengganti siaran menjadi acara sepak bola.
"Bacot," balas Rafa yang spontan membuat Naya mengerucutkan bibirnya kesal.
"Hoamm," Naya merasa kantuk melandanya.
"Lo ngantuk?" tanya Rafa.
"Enggak," balas Naya namun dalam keadaan mata yang sudah tertutup.
"Ck, nggak ngantuk kok matanya nutup," kata Rafa sambil berdecak.
"Suka-suka gue lah, salah siapa nonton acara kaya begituan," kata Naya kesal.
"Suka-suka gue lah," balas Rafa sambil menirukan gaya bicara Naya.
Jika boleh jujur, saat ini Rafa merasa jika rasa rindunya telat terbayar. Ia merasakan jika semua yang selama ini ia tahan sudah terlampiaskan, masa-masa dimana ia bersama dengan Naya kini sudah kembali terlaksana. Rindu yang melanda Rafa kini sudah terobati seiring kembalinya Naya dalam kehidupannya.
"GOLLL!!!" teriak Rafa heboh begitu team sepak bola jagoannya mencetak gol.
Rafa menoleh kearah Naya yang tidak mengomeli Rafa saat ia berteriak tadi, benar saja. Saat ini Naya sudah terlelap dalam tidurnya. Wajah cantik yang tidak berubah, masih sama seperti dulu. Pipi yang dulu sangat sering Rafa cubit saat Rafa sedang gemas dengan Naya.
Ingin sekali rasanya ia kembali lagi kemasa dulu, masa dimana ia tidak sedingin sekarang. Masa dimana ia sangat dekat dengan Naya, dan masa dimana semuanya seakan milik berdua.
"Ck, katanya nggak ngantuk. Taunya udah molor," kata Rafa pelan sambil memandang wajah damai Naya yang sudah terlelap dalam tidurnya.
Rafa mengelus pelan pipi mulus Naya hingga tanpa terasa senyum manis tercetak di bibir merah ranum milik Naya.
Rafa lalu menarik selimut untuk menutupi tubuh Naya agar tidak merasa kedinginan. Lalu ia mencoba untuk mencari telfon Naya di tas-nya.
"Ketemu," gumam Rafa pelan begitu menemukan benda pipih yang ada di dalam tas Naya.
Rafa lalu membuka layar handphone milik Naya yang langsung menampilkan wallpaper foto dirinya dan juga Naya yang saat itu sedang dalam acara merayakan ulang tahun Naya yang ke-13 tahun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Boyfriend [Ending]
Teen FictionSequel "DafFania" Rafael Anton Pranata A cover by : @yongsoemt_ ~~~~~~~~~~~~ Mencintai kawan kecil tidak dilarang agama maupun negara bukan? Itu yang aku rasain sekarang. Mencintai sahabat dari kita masih kecil. Namun siapa sangka jika dirinya yang...