Setelah cukup lama, Rafa tidak berkunjung ke rumah Naya. Ia sedikit bingung dengan posisi ruang, sudah lupa tepatnya. Seperti saat ini, dirinya tengah bingung mencari kamar mandi.
"Mau kemana El?" tanya seseorang yang begitu familiar ditelinga Rafa. Ya, siapa lagi kalau bukan suara Naya.
"Kamar mandi sebelah mana sih?" balas Rafa balik bertanya.
"Nih kamar mandi," jawab Naya sembari menunjuk salah satu pintu yang letaknya tak jauh dari posisi mereka saat ini.
"Astaghfirullah," ucap Rafa yang kemudian langsung berlari menuju kamar mandi yang tadi ditunjuk Naya barusan.
Sementara Rafa menuju kamar mandi. Naya berjalan menuju dapur untuk menemui Bunda-nya.
"Bun? Ayah kerja?" sapa dan tanya Naya.
"Iya," balas Utari sembari melirik putrinya itu.
"Kapan dedeknya lahir Bun?" tanya Naya sembari membantu menyiapkan minuman.
"Kata dokter, bulan depan," balas Utari.
"Bunda kenapa nggak pernah mau ngasih tau jenis kelamin dedeknya sih? Kalau Nay ikut periksa, pasti nggak pernah dibolehin sama Bunda. Alasannya, takut kalau Nay digodain sama dokter disana," ujar Naya dengan wajah cemberutnya.
"Suka-suka Bunda dong," kekeh Utari.
"Bunda ish," balas Naya sembari menggembulkan pipinya kesal.
"Kan bentar lagi kamu juga bakal tau sayang," kata Utari sembari mengusap kepala Naya.
"Iya in biar Bunda bahagia," kekeh Naya.
✨✨✨
Baik Naya, Rafa, maupun Utari. Mereka ber-tiga saat ini tengah duduk di depan tv. Membicarakan hal-hal yang dulu sempat terjadi.
"El?" panggil Naya.
"Ya?" balas Rafa sembari tersenyum. Senyum yang begitu meneduhkan untuk Naya.
"Nggak jadi," kekeh Naya.
"Kamu ini. Jangan bikin Rafa kesel," kata Utari.
"Udah hoby-nya dia bikin Rafa kesel Bun," balas Rafa.
"Enak aja. Enggak ya Bun. El tuh yang sukanya bikin Naya emosi," bela Naya.
"Nggak Bun. Jangan percaya," kata Rafa.
"Kalian itu pasangan yang lucu. Meskipun pernah dipisahkan, ujung-ujungnya kalian barengan lagi. Semoga aja kalian memang berjodoh, jadi, Bunda sama Ayah nggak perlu susah-susah buat ngasih restu," ujar Utari.
"Aminnn ya Allah aminn," ucap Naya dengan nada setengah teriak itu. Tak lupa dengan menengadahkan tangannya.
Rafa terkekeh. Utari geleng-geleng kepala. Sosok lelaki tampan memasuki rumah megah itu dengan tak lupa mengucap salam.
"Assalamualaikum," ucapnya.
Semuanya menoleh kesumber suara. Mendapati Ernan yang baru saja pulang kerja. "Wa'alaikumsalam."
"Ayah kenapa pulang?" pertanyaan konyol dari bibir Utari terlontar begitu lancar.
"Kan Bunda tempat Ayah untuk berpulang. Makanya Ayah kesini," balas Ernan sembari duduk disamping isterinya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Boyfriend [Ending]
Подростковая литератураSequel "DafFania" Rafael Anton Pranata A cover by : @yongsoemt_ ~~~~~~~~~~~~ Mencintai kawan kecil tidak dilarang agama maupun negara bukan? Itu yang aku rasain sekarang. Mencintai sahabat dari kita masih kecil. Namun siapa sangka jika dirinya yang...