Tugasku itu menjaga apa yang sudah menjadi milikku. Yaitu kamu, dan kalau ada yang mau mengambilnya, maka dia siap untuk bertaruh nyawa demi mendapatkanmu.
*******
"Eh Nay, lo dipanggil sama guru BK," ucap salah satu teman sekelas Naya.
"Gue doang nih?" Tanya Naya.
"Oh iya, sama Rafa juga katanya," balasnya.
Rafa menaikkan satu alisnya bingung. Seolah ia tidak merasa telah melakukan sebuah kesalahan.
"Gue juga?" Tanya Rafa tak percaya.
"Iya lah, kan gue tadi udah bilang."
"Oh," jawabnya singkat.
Singkat ceritanya, mereka berdua berjalan menuju ruang BK. Ini menjadi kali pertama bagi Naya hingga dirinya dipanggil oleh guru BK. Namun tidak dengan Rafa, sudah entah kali ke berapa ia dipanggil guru BK. Jadi ia hanya biasa saja.
"Kira-kira kita disuruh kesana mau dikasih apa ya El?" tanya Naya polos.
"Mau dikasih ponsel kali," balas Rafa dengan tatapan lurus ke depan.
"Oh, mungkin gitu kali ya?" kata Naya. Rafa hanya geleng-geleng kepala.
Mereka berjalan berdua menyusuri sepanjang koridor. Suasana tidak pernah sepi, mereka selalu mengisinya dengan obrolan yang tak begitu berfaedah. Dan selalu Naya yang memulai obrolan tersebut.
Sesampainya mereka di ruang BK. Sudah terlihat disana ada Haikal dengan luka memar dibagian wajahnya akibat serangan Rafa tadi pagi.
"Kenapa manggil?" tanya Rafa yang langsung to the point begitu memasuki ruangan.
Tatapan Haikal sudah menunjukkan tatapan tak sukanya. Sedangkan Rafa? Hanya bersikap bodo amat.
"Sopan sekali kamu, masuk bukannya salam dulu. Main nyelonong aja, siapa yang ngajarin? Sekolah nggak pernah ngajarin kamu bersikap nggak punya aturan kaya gini. Atau orang tua kamu yang didik kamu jadi urakan kaya gini?" ucap guru BK yang sudah kelewatan. Kelewatan bagi pendengaran Naya dan Rafa.
Pyarrrr!!
Pecah.
Gelas diatas meja pecah seketika kala Rafa meraihnya dan menghantam keras kearah dinding.
Sontak seisi ruangan terkejud atas perlakuan Rafa barusan. Terutama Naya yang sudah memeluk erat lengan Rafa. Seolah ingin mengatakan "sudah."
"Jangan pernah Anda bawa-bawa keluarga Saya dalam masalah ini. Karena mereka mendidik Saya sebaik mungkin. Sikap Saya egois, maka dari itu. Ini semua salah dia, kalau dia nggak berani berbuat sedemikian dengan pacar Saya. Saya nggak akan bersikap seperti itu pada dia," ucap Rafa dengan wajah yang sudah memerah.
"Gue cuma nganterin pacar lo! Harusnya lo makasih sama gue. Karena kalau nggak ada gue mungkin pacar lo sekarang lagi dihukum hormat di depan tiang bendera, atau lari keliling lapangan. Salah lo juga kenapa nggak jemput dia?!" Balas Haikal tak terima jika dirinya disalahkan.
"Se'enggaknya lo jangan ngambil kesempatan atas kejadian itu!" Ucap Rafa semakin emosi.
"El udah El," lirih Naya, ia benar-benar takut sekarang. Bahkan omongannya entah bisa Rafa dengar atau tidak.
"Sudah cukup! Ruangan Saya bukan untuk kegaduhan!" Bentaknya.
"Sekarang jelaskan, kejadian yang sebenarnya," lanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Boyfriend [Ending]
Teen FictionSequel "DafFania" Rafael Anton Pranata A cover by : @yongsoemt_ ~~~~~~~~~~~~ Mencintai kawan kecil tidak dilarang agama maupun negara bukan? Itu yang aku rasain sekarang. Mencintai sahabat dari kita masih kecil. Namun siapa sangka jika dirinya yang...