•Thank you for your patience in dealing with my attitude dear. I beg you to stay with me, to make my life more colorful with you by my side•
°°°°°
Sedari perjalanan menuju rumah Naya tadi. Naya masih terlelap tidur di dalam mobil, mereka sudah tiba di depan halaman rumah Naya. Namun, ia tidak tega membangunkan Naya, melihat tidurnya yang begitu pulas itu.
Akhirnya, ia memutuskan untuk meninggalkan Naya di dalam mobil.
"Assalamualaikum," salam Rafa begitu memasuki rumah Naya.
"Wa'alaikumsallam, loh Rafa sendirian? Naya-nya dimana?" tanya Utari yang baru saja tiba menyambut.
Rafa langsung menyalimi punggung tangan Utari, seperti biasanya. "Itu Naya ada di dalam mobil Bun, dianya ketiduran," balasnya.
"Kenapa nggak dibawa masuk aja sih, nanti kalau anak Bunda nggak bisa napas gimana?" Tanya Utari, sungguh. Rafa harus menyiapkan kesabaran ekstra, efek BUMIL, alias ibu hamil.
"Jadi gini Bunda. Biar Rafa jelasin dulu ya, Bunda jangan potong dulu oke?" Kata Rafa. Utari hanya mengangguk menuruti perkataan Rafa. Memang, sifat Naya nurun dari Bunda-nya sendiri.
"Tadi pas disekolah ada masalah, masalahnya gara-gara Rafa juga sih Bun, tapi Naya jadi ikut kena dampaknya. Tadi, Rafa berantem sama temennya Naya, gara-gara tadi dia berlebihan sama Naya, Rafa kan nggak suka Bun. Jadinya yaudah, Rafa berantem sama dia, terus akhirnya kita bertiga masuk ruang BK. Dan sebagai hukumannya, kita bertiga di skors," jelas Rafa panjang lebar.
"Oh," respon macam apa ini ya Gusti!!
"Oh doang Bun?" Tanya Rafa. Sungguh, ia benar-benar tercengang dengan respon Utari barusan.
"Lah mau gimana dong? Masa iya Bunda harus demo ke sekolah gitu, ya nggak mau lah. Bunda mageran orangnya," balas Utari sembari berkacak pinggang.
"Ya takutnya nanti Bunda marah sama Nay. Kan Nay nggak salah, yang salah Rafa," ucap Rafa.
"Nggak bakalan marah lah, gapapa kok. Sesekali jadi anak sekolah harus ngerasain gimana rasanya di skors kan?" Kata Utari. Rafa mengangguk.
"Oh ya Bunda, Rafa juga mau minta izin, Nay boleh nggak nginep dirumah El?" Tanya Rafa.
"Ya terserah aja sih kalau Bunda mah. Nggak kamu pulangin lagi juga gapapa kok, penting halalin dulu," balas Utari.
"Hehe, nanti deh Bun. Sekolah dulu, nginep aja sehari gapapa ya Bun?" Kata Rafa.
"Selama di skors aja gapapa," kata Utari.
"Serius Bun?" Tanya Rafa dengan wajah senangnya.
"Asal nggak ngerepotin," balas Utari.
"Nggak akan Bunda," jawab Rafa meyakinkan.
"Yaudah," kata Utari.
"Anu Bun, soal baju gantinya Naya?" Kata Rafa.
"Baju gantinya kenapa? Yaudah ambil aja, tau kan kamar Nay dimana?" Balas Utari.
"Bukan itu Bun, anu soalnya nggak enak. Soalnya kan anu, umm... Itu loh bun," ucap Rafa ragu-ragu.
"Apanya? Daleman? Hilih, gitu aja nggak berani," celetuk Utari blak-blakan, padahal kan Rafa berusaha untuk menyembunyikan kata itu.
"Ya kan El cowok bun, nggak enak aja gitu," balas Rafa.
"Bilang aja nyuruh Bunda buat nyiapin," kata Utari.
"Ehehe," cengir Rafa sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Boyfriend [Ending]
Teen FictionSequel "DafFania" Rafael Anton Pranata A cover by : @yongsoemt_ ~~~~~~~~~~~~ Mencintai kawan kecil tidak dilarang agama maupun negara bukan? Itu yang aku rasain sekarang. Mencintai sahabat dari kita masih kecil. Namun siapa sangka jika dirinya yang...