"Yang aku takutkan selama ini, akhirnya terjadi juga. Penyakit yang berbeda, namun buatku sama saja."
🕸🕸🕸
Saat ini, Naya dan keluarganya tengah berada di rumah sakit guna memeriksakan kondisi Naya. Dan sekarang, mereka tengah menunggu hasil dari laboratorium untuk mengetahui apa sebenarnya penyakit yang diderita oleh Naya.
"Yah, Bun? Nay takut kalau penyakit itu balik lagi," kata Naya.
Utari langsung memeluk putrinya itu. "Semuanya akan baik-baik aja sayang, kamu harus yakin oke? Nggak bakalan itu penyakit balik lagi."
"Amin," ucap Naya.
"Kita berdoa saja semoga kamu nggak kenapa-kenapa," kata Ernan.
Beberapa menit kemudian, seorang dokter yang juga ditemani oleh suster datang sembari membawa sebuah amplop yang diyakini adalah hasil dari laboratorium.
"Mari Bapak Ibu silakan masuk," kata si dokter tadi. Nampak jelas diwajahnya jika dokter tadi tidak membawa kabar menyenangkan.
"Jadi begini Pak, Bu, menurut hasil dari pemeriksaan laboratorium anak Ibu dan Bapak menderita leukemia kronis," ucap sang dokter dengan wajah seriusnya.
"Lebih jelasnya, penyakit ini sudah memasuki stadium menengah."
Sontak, Ernan, Utari, terutama Naya yang mendengarnya dibuat tidak percaya.
"Nggak mungkin dong dok, di keluarga kita nggak ada yang punya riwayat pernah mengalami penyakit mematikan itu," kata Utari mulai histeris.
"Jadi begini Bu, penyakit leukemia ini tidak hanya disebabkan oleh anggota keluarga yang pernah mempunyai riwayat menderita penyakit ini. Bukan juga karena anak tersebut memiliki kelainan genetika. Namun bisa juga karena si penderita pernah menjalani pengobatan kanker dengan kemoterapi atau radioterapi."
Jelas, Naya sebelumnya juga pernah menderita kanker otak. Jadi, dirinya juga pernah mengalami tahapan kemoterapi.
"Tapi dok, apa anak saya harus mengalami kanker lagi? Dia dulu sudah cukup menderita karena sakit yang pernah ia derita," ucap Utari, ia mulai menangis.
Naya masih terdiam, ia berusaha untuk menerima apa yang datang padanya. Walau air mata tak dapat membohongi dirinya, jika ia begitu terpukul mendengar ini.
"Kalau boleh tau, leukemia kronis itu bagimana ya dok?" tanya Ernan.
"Leukemia kronis itu jenis leukemia yang berkembang relatif lambat, tetapi pasien menderita nyeri jangka panjang kesekujur tubuh. Sering demam berkelanjutan, lemah kronis, dan harus transfusi darah berulang dalam jangka panjang," terang dokter tadi.
"Tapi Saya masih bisa sembuh kan dok?" tanya Naya dengan nada gemetar.
"Tentu saja masih, kamu tinggal mengikuti anjuran-anjuran dari dokter, utamanya, harus mengikuti pengobatan kemoterapi," ucap dokter tadi.
"Jadi, Naya harus dirawat disini dulu untuk beberapa hari ke depan," lanjutnya dengan ramah.
Naya hanya dapat mengangguk lemas. Ia masih belum dapat menerima kenyataan bahwa dirinya menderita penyakit mematikan itu.
"Bapak bisa mengurus biaya administrasi-nya," ucap si suster.
Ernan mengangguk lalu berjalan keluar mengikuti suster tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Boyfriend [Ending]
Teen FictionSequel "DafFania" Rafael Anton Pranata A cover by : @yongsoemt_ ~~~~~~~~~~~~ Mencintai kawan kecil tidak dilarang agama maupun negara bukan? Itu yang aku rasain sekarang. Mencintai sahabat dari kita masih kecil. Namun siapa sangka jika dirinya yang...