"Sialan lo! Penjual bubur kacang ijo-nya bencong asu!"
Sumpah serapah langsung Rio lontarkan begitu dirinya memasuki ruang inap Naya. Katanya, si penjual bubur kacang ijo tadi cantik. Iya sih cantik, tapi kalau waria juga malah menggelikan bukan?
Spontan saja gelak tawa Rafa menggema memenuhi ruangan saat itu juga.
"Emang iya?" Tanya Naya polos.
"Noh liat aja. Gue kalau bukan karena lo, ogah gue beli disana, mana penjualnya cuma dia doang," balas Rio.
"Farrel sama Rangga kemana?" Tanya Rafa.
"Noh di bawah, lagi makan," balas Rio dengan tidak bersahabatnya.
"Lah lo nggak ikut makan?" Tanya Naya.
"Enggak, gue ngebungkus aja. Kasian lo ntar nunggunya lama," balas Rio halus.
"Eh upil anoa, kok sama Naya lembut, giliran sama gue ngegas?" Tanya Rafa tak terima.
"Dia cewek brohh," balas Rio sembari memberikan plastik berisi bubur kacang ijo, pesanannya tadi.
"Ganti duit gue. Semuanya 45 ribu," kata Rio sembari menjulurkan tangannya.
"Mahal banget," kata Rafa tak percaya.
"Sekalian nasi gue lah, sisanya buat ongkirnya. Lo kira nggak capek apa?" Kata Rio.
"Yaudah nih," ucapnya sembari memberikan selembaran uang senilai 50 ribu.
"Nah gitu kan impas," balas Rio sembari mencium uang pemberian Rafa sesaat sebelum ia memasukkannya ke dalam kantong celananya.
"Makan dulu yuk?" Tawar Rafa. Naya mengangguk menyetujui.
Rio juga mulai membuka bungkusan makanannya, ia memilik makan lesehan di dekat brankar Naya.
"Yo? Duduk di atas aja, kan ada meja kursi. Kenapa di bawah?" Kata Naya.
"Gue disini aja gapapa Nay, enakan lesehan. Nikmat yang hqq," kekeh Rio.
"Kamu nggak makan?" Tanya Naya pada Rafa.
"Aku nanti aja, yang penting kamu makan dulu," balasnya.
"Jangan sampai telat makan ya? Aku nggak mau kalau kamu sampai sakit," kata Naya.
"Iya sayang," balas Rafa dengan senyum manisnya.
Suara pintu terbuka terdengar. Menampilkan sosok dokter dengan suster yang memasuki kamar inap Naya.
"Hai Nay, mereka siapa?" Sapa dan tanya Dokter Adam.
Rio tidak memperdulikan kedatangan dokter dengan suster itu. Yang lebih ia pedulikan adalah urusan perutnya. Sedangkan Rafa, ia hanya biasa saja. Toh tadi ia juga sudah bertemu dengan dokter tadi. Ya, walaupun wajahnya tidak terlihat begitu jelas tadi.
"Dokter. Ini El, pacarnya Naya. Dan ini Rio, temennya Naya," balas Naya dengan senyumannya.
"Sebenernya masih ada lagi 2 sih, tapi lagi makan di bawah," lanjutnya.
Adam terkekeh lalu mencubit pipi Naya gemas.
"Ini to yang namanya El? Pacarnya Naya?" Tanya Adam.
"Iya Dok," balas Rafa ragu.
"Wahh lagi makan nih, lanjutin dulu makannya, yang banyak," kata Adam. Naya tersenyum menanggapi.
Memang usia dokter itu masih sekisaran 30-an tahun, masih terlihat begitu muda. Namun, ia sudah punya 2 anak.
"Ganteng. Pantes aja Naya-nya suka. Semangat nih harusnya, kan cowoknya udah disini," goda Adam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Boyfriend [Ending]
أدب المراهقينSequel "DafFania" Rafael Anton Pranata A cover by : @yongsoemt_ ~~~~~~~~~~~~ Mencintai kawan kecil tidak dilarang agama maupun negara bukan? Itu yang aku rasain sekarang. Mencintai sahabat dari kita masih kecil. Namun siapa sangka jika dirinya yang...