Dia Tau

8.8K 430 45
                                    

Usai selesai dengan urusannya dengan kamar mandi, Rafa memutuskan untuk kembali menghampiri sahabat juga kembarannya. Namun, tiba-tiba langkahnya terhenti saat ia tak sengaja mendengar percakapan yang cukup membuatnya menegang saat itu juga.

Percakapan antara Ayah Naya dengan seorang dokter.

"Jadi, kemoterapi yang kali ini, efeknya akan cepat timbul. Karena udah proses kemoterapi yang kedua," ucap si dokter.

"Kemoterapi? Siapa yang di kemo?" Tanya Rafa dari balik tembok. Ia berharap jika orang itu bukan Naya.

"Efeknya apa ya dok?" Tanya Ernan.

"Bisa mulai dari rambut rontok. Juga mual hingga muntah-muntah," balas dokter yang diketahui namanya adalah Adam.

"Kira-kira, kapan kemoterapi dilakukan?" Tanya Ernan.

"Mungkin nanti sore, jadi Bapak harus disamping Naya untuk memberikan semangat. Saya lihat akhir-akhir ini dia sering melamun jika Saya datang ke kamarnya."

Degg!

"Na-naya?" Ucap Rafa terbata. Ia tidak percaya, Naya sakit apa sampai harus menjalani kemoterapi?

"Dia rindu pacarnya," kekeh Ernan.

"Belum tau?" Tanya Dokter Adam. Ernan menggeleng.

"Saya sarankan agar pacar Naya tau, karena ini bisa menjadi penyemangat tersendiri untuk Naya. Naya membutuhkan dia," kata Dokter Adam.

"Iya, nanti kalau sudah tepat waktunya. Akan diberi tahu. Oh ya dok, Saya ada meeting di kantor. Jadi, Saya nitip Naya dulu sebentar, sebelum kemoterapi dimulai Saya sudah kesini," kata Ernan.

"Iya Pak, tenang saja," balas Dokter Adam dengan senyum ramahnya.

"Kalau begitu Saya permisi dulu," pamit Ernan. Adam mengangguk.

Setelah kedua orang tadi pergi. Rafa keluar dari tempat persembunyiannya. Matanya berkaca-kaca.

"Nay, lo sakit apa?" Ucapnya sebelum melangkahkan kakinya menuju kamar inap Naya.

Dengan langkah panjang, ia berlari menuju kamar Naya. Sungguh ia mengkhawatirkan kondisi pacarnya itu.

"Lo kencing sambil kerokan, apa boker sambil PS-an sih, lama bener," ucap Rangga.

Rafa tak menjawab, ia langsung masuk ke dalam kamar Naya. Ia melihat Naya yang sedang tertidur pulas diatas brankar-nya.

"Nay," ucapnya lirik. Air matanya jatuh saat itu juga, sungguh demi apapun ia merindukan pacarnya itu.

"Raf," panggil Farrel. Rafa menoleh.

"Dia baik-baik aja disini," katanya.

"Lo gila? Dia sakit parah, nanti sore dia harus kemoterapi!" Balasnya dengan penuh emosi.

"Kemo?" Tanya Rangga dan Rio, mereka berdua saling menatap tak percaya.

Akibat kegaduhan yang ditimbulkan, Naya terbangun dari tidurnya. Ia sedikit merasa terusik. Perlahan ia membuka matanya, dan betapa terkejudnya dia kala ia melihat ada Rafa, Farrel, Rangga, dan juga Rio yang sudah berdiri disampingnya.

"El?" Panggilnya.

Rafa menoleh dan mendapati Naya hang sedang menatapnya dengan tatapan sayu.

"El kenapa bisa disini?" Tanya Naya sembari berusaha untuk duduk. Namun, dengan sigap Rafa mencegahnya.

"Kamu kenapa nggak bilang sama aku sayang?" Tanya Rafa lembut sembari membelai wajah Naya.

Runtuh sudah pertahanan Naya, Naya menangis kala Rafa bertanya seperti itu pada dirinya.

Cold Boyfriend [Ending] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang