6

38.7K 1.5K 17
                                    

Hai-Hai, makasih banyak buat yang suport aku, makasih ya. Karna kalian aku jadi semangat nulis.
Terimakasih semua. 💜💜💜

Pagi ini mentari bersinar sangat cerah, tetesan embun nampak berkilau di terpa sinar mentari. Kicau burung saling bersautan di susul semilir angin nan sejuk.
Suasana di desa ini nampak begitu asri, gemericik air sungai bahkan masih dapat di dengar jelas di telinga. Aroma pagi begitu segar, jauh dari polusi seperti di kota-kota besar.

Semua warga desa nampak sibuk berlalu lalang untuk memulai aktivitas sehari-hari.

Begitupun para pegawai pemetik teh, sudah siap dengan caping dan bakul di punggung mereka.

Kinara nampak diam, fokus memperhatikan sesuatu. Tangannya setia menopang muka yang seolah enggan merubah posisi pandangannya.
Ia tersenyum.....................

"Aku cari kamu dari tadi Nara, nyatanya di sini toh"
Lastri mendekat kearah Kinara sambil memanggul bakul rotan yang masih kosong di punggungnya. Namun, sapaan Lastri nampak tak di gubris oleh Gadis cantik itu.

Di perhatikan oleh lastri, arah pandangan Kinara, ia mengarahkan pandangannya kearah fokus mata Kinara.
Terlihat seorang anak laki-laki yang masih balita, kurang lebih 3 tahun umurnya. Nampak bergelayut manja di kaki seorang wanita paruh baya yang sibuk memetik daun teh.

"Emak, gendong. Emak gendonggggg....."
Anak itu nampak merengek

"Sabar ya tole, emak masih ada kerjaan. Sabar ya sayang"
Ucap ibu dari anak tersebut.

Pandangan Lastri yang mengarah ke anak itu, kembali lagi beralih menatap Kinara.

"Lah kamu kenapa nangis"
Lastri cemas, tadi saat Lastri menghampiri Kinara nampak gadis itu termenung sambil tersenyum. Namun kini, sebentar saja ia beralih memandang tempat lain, Kinara sudah menitihkan air mata. Secepat mungkin lastri mengelus punggung temannya itu

Kinara terkejut, seketika ia sadar bahwa sedari tadi ada orang lain di dekatnya.

"Ohh Lastri, kapan kamu menghampiri aku ke sini?"
Tanya Kinara polos sambil menghapus bulir air mata di pipinya.

"Kamu tuh loh, tadi aku sapa. Kamu ndak gubris aku. Aku liat kamu lagi senyum natap Bu Mina sama anaknya, eh pas ak liat kamu udah nangis aja Ra. Kamu kenapa sih?"

Tanya Lastri khawatir

"Tak apa Las, aku hanya bahagia melihat betapa manja nya anak bu Mina itu"
Jawab Kinara.
"Ayo Las, kita mulai bekerja. Ga enak sama yang lain. "
Kinara melepas rangkulan Lastri di pundaknya, kemudian berdiri dan bersiap memposisikan bakul bambu di pundaknya.

"Nara, aku ndak tau hal pribadi tentang mu. Tapi aku khawatir Ra. Kamu sering kali menangis diam-diam."
Ucap Lastri tulus, ia belum beranjak dari posisi duduknya.

"Terimakasih Lastri, kamu telah mengkhawatirkan aku"
Ucap Kinara sambil tersenyum, tak terasa bulir bening kembali mengalir di pipinya.

"Nara, mungkin sekarang kamu ndak mau cerita ke aku. Tapi, jikak nantinya kamu butuh tempat untuk cerita, aku senantiasa ada buat kamu. Aku janji Ra. "
Ucap Lastri tulus sembari berdiri dan memegang erat tangan Kinara

Tak bisa berucap apapun, Kinara langsung memeluk Lastri erat.
"Makasih Las, kamu teman ku yang benar benar baik. Makasih"

"Nanti, jika sudah waktunya aku akan ceritakan semua pada mu Las" batin kinara.

"Ya udah, ayo kita kerja. Jangan nangis lagi loh. Ntar cantik mu itu ilang"
Guyon Lastri untuk menghibur Kinara

Sambil menghapus air mata Kinara berkata
"Siap Bu Bos"
Setelah itu disusul senyum manis dari kedua gadis belia itu.

.
.
.
.
.
.
Bersambung

Andai engkau terlahir kedunia nak, mungkin ibu akan sama bahagia nya seperti ibu-ibu lainnya. Ibu sayang kamu, selalu anakku.

-Kinara-

(Not) Regret [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang