30

17.4K 799 55
                                    

Hello Guys, ada 6000 kata yang Author tulis kali ini

Semoga ga pusing bacanya

Happy Reading semua 🔥

Hening tiba-tiba menyerang sidang adat di sore hari itu.

Banyak pasang mata yang saling tertaut, seolah menyimpan tanya satu sama lain.

"Saudara Dimas, mengapa pengakuan mu dan saudari Nara berbeda?" Tanya Pak Baba tegas

Sebelum menjawab pertanyan sang pengemuka adat, sekilas Dimas menatap Kinara singkat.

Nampak, wanita cantik itu menggeleng pelan seolah memberi isyarat.

Entahlah, Dimas bingung harus bagaimana sekarang. Kinara sendirilah yang telah mematahkan tuduhan Dimas.

Sebelum berucap, ia menarik nafas panjang.

"Maaf Abah, penuturan saya lah yang benar" Ucap Dimas lantang, akhirnya ia tetap memutuskan untuk berkata jujur. Enggan membantu Kinara menutupi perbuatan Ayu.

Mendengar penuturan Dimas barusan, Kinara merasa sedikit kecewa.

"Saudari Ayu, katakan lah kejujuran yang sebenarnya" Kali ini Pak Baba meminta kepada Ayu

"Maaf Abah, yang dikatakan Dimas adalah benar. Saya dengan sengaja mendorong Nara ke jurang" Ucap Ayu akhirnya, mata yang sedari awal menatap sekitar nyalang, kini hanya mampu tertunduk lesu.

Seketika, suasana di balai desa kembali riuh. Bising akan desas-desus bisikan para warga yang ada.

Mendengar hal itu, Kinara sontak benar terkejut.

Mata coklat tersebut membulat sempurna sembari menatap lekat pada Ayu yang saat ini berada tiga meter di sebelah kirinya.

Perlahan, Ayu mengangkat kepala. Membawa pandangnya ke arah Kinara. Kemudian, wajah pucat itu tersenyum hangat menatap wanita itu dengan penuh penyesalan.

Ayu menarik nafas panjang, guna menetralisir rasa takut dan sesak di dada nya.

"Abah, saya memutuskan untuk menyerahkan diri ke kantor polisi. Saya ingin di tangani secara hukum guna menebus dosa ini" Tambah Ayu lagi, kini bulir bening mengalir perlahan. Turut menjadi saksi dari kejujuran yang berani Ayu akui.

"Mbak tapi..." Ucap Kinara tak terselesai

"Cukup Nara, dasar gadis bodoh. Jangan terlalu naif, seharusnya kau ndak membela seorang penjahat. Kejahatan harus tetap di balas dengan hukuman, bukan kelonggaran" Sanggah Ayu yang memotong tiba-tiba

"Kejahatan saya harus mendapat hukuman yang pantas. Sebagai saksi mata atas kejahatan ini, ada seorang pemuda yang melihat kejadian itu. Dia lah orangnya" Tambah Ayu lagi sembari menunjuk cepat ke Arah Briyan.

Semua mata, kini tertuju pada Briyan. Termasuk pandang sang ketua Adat.

"Apakah benar, Saudara menyaksikan tindak kejahatan Saudari Ayu?" Tanya Sang ketua adat.

Perlahan, Briyan yang berada di pinggiran dekat dengan gerombolan warga, kini melangkah maju. Kearah depan sang pengemuka adat, persis berdiri pada posisi tengah antara Ayu dan Kinara.

"Izin bicara Bapak, benar begitu adanya. Saya melihat sendiri Ayu dengan sengaja mendorong Kinara ke jurang" Tutur Briyan jujur.

"Baiklah kalau begitu, kasus ini akan di serahkan ke tangan kepolisian. Sidang adat di tutup." Ucap pak Babah sembari mengetok ujung tongkatnya kuat ke tanah.

(Not) Regret [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang