29

14K 724 65
                                    

Hello Guys, ini partnya ga kalah panjang sama yang kemarin
4000 kata
Coba deh seserius apa Author ngetiknya

Happy reading ❤️

Di tengah hempasan arus air, Briyan coba mencari keberadaan Kinara. Menerawang ke permukaan, sembari sesekali menyelam guna mencari di dasar.

Entah mengapa Briyan merasa nafasnya terlalu pendek untuk berperang dalam arus yang begitu deras dan tak atur.

Sedangkan keberadaan Kinara, belum mampu ia gait melalui pandang.

"To to tolonggg.." Teriak Kinara samar

Mendengar suara itu, Briyan berusaha tetap muncul di permukaan guna mencari ke arah sumber suara. Walau kini tubuh nya di paksa kuat oleh sang arus untuk tergulung dan hanyut tenggelam.

"Nara, bertahanlah..!" Teriak Briyan kencang, saat ia dapati keberadaan Kinara

Kini dengan susah payah Briyan berenang ke tengah sungai, berusaha menggapai Kinara yang saat ini terselamatkan karena mampu berpegangan kuat pada sebuah pohon tumbang.

Tak henti-hentinya Kinara mengambil nafas dalam, sembari menyebut nama tuhan.

Ia merasa tak kuat bila harus bertahan lama berpegang pada pohon kayu tersebut.

Udara di desa ini cukup dingin, di tambah lagi sekarang ia berada di dalam air dan basah kuyup. Arus sungai pun, terus berupaya untuk menyeretnya terlepas dari pegangannya saat ini

"Den Briyan, tolong. Saya sudah tak kuat lagi" Gumam Kinara pelan sembari menatap sendu Briyan yang berusaha berenang mendekat ke arahnya.

Tiba-tiba, tanpa di harapkan hujan pun turun.

Kinara selalu senang bila turun hujan

Namun, pada saat seperti ini. Hujan pun turun tanpa di harapkan.

Arus yang tadinya sangat deras, kini semakin bertambah deras.

Karena sungai yang Briyan sebrangi ini cukup luas, sukses membuatnya berusaha keras untuk mampu berenang mencapai tengah.

Tak sesuai harapan, kini banjir bandang malah menerjang.

Mata Kinara yang sedari tadi terbuka sayu, kini membulat sempurna. Saat ia lihat terpaan air keruh yang jatuh dari atas, mengalir deras pada jalur air terjun. Namun yang mengalir kali ini, jatuh dalam jumlah yang besar.

Nampak seperti gelombang tsunami, ya mungkin kata itulah yang mampu Kinara gambarkan untuk keadaan saat ini setelah ia lihat terpaan air yang mengalir dari atas tebing, segera akan menghantam tubuhnya.

Burrrrrrrrrrrrrr..!!!!!!

"Tuhan lindungilah kami" Batin Kinara dalam hati, sembari mempererat genggamannya ketika hantaman deras arus banjir bandang berusaha menyeretnya paksa.

Briyan yang tak tau akan datangnya banjir bandang tersebut, seketika di buat porak-poranda. Tubuhnya terpontang-panting ikut tergulung dalam arus yang menghantam deras.

Banyaknya batu koral besar di sungai itu, menjadi saksi bisu saat tubuh itu terhempas kuat ke muka batu oleh sang arus.

Akibat arus yang begitu deras karena banjir bandang yang turun dari atas tebing, serta cidera yang ia alami saat ini, Briyan pun tak lagi punya tenaga yang cukup untuk menentang. Kini, ia hanya pasrah mengikuti kemana arus itu menggulung, membawanya pergi.

Kesadarannya masih ia dapati, namun tenaga sudah tak mampu lagi segagah tadi.

Mata hazel itu menatap sendu Kinara yang saat ini nampak masih berusaha keras mempertahankan diri, memeluk kencang sebuah batang yang terlihat masih tercancang tegar.

(Not) Regret [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang