Ga kalah panjang nya kayak Part kemarin, Demi mempercepat pertemuan antara Devan dan Kinara :')Author rela ngetik sepanjang ini
Demi kalian, Eaa 😜Happy Reading ya Guys 🔥
.
.
.Tok tok tok...
Suara ketukan pintu memecah lantunan melodi dari kicauan burung di pagi hari.
"I ii iya se se sebentar" Jawab seorang wanita dari dalam, nada suaranya nampak gemetar.
Clekk...
"Selamat Pagi Nara" Sapa Briyan saat ia dapati munculnya wajah cantik dari balik pintu yang baru saja terbuka
"Saya dengar kamu sedang sakit, maka dari itu saya berkunjung kemari" Ucap Briyan menjelaskan.
"Nara, kamu nampak pucat sekali" Tambah Briyan lagi, sebelum sempat Kinara merespon ucapannya sebelum ini.
"Sa saya hanya ku ku kurang sehat Den" Jawab wanita itu terbata.
"Mari kita ke puskesmas untuk memeriksakan keadaan mu" Tawar Briyan simpati
"Tak per perlu Den, nanti ju juga sembuh" Tolak Kinara.
"Aku tidak menerima penolakan untuk keadaan segenting ini" Tekan Briyan.
Segera, lengan mungil itu di tarik pelan oleh Briyan. Sukses ketika tubuh Kinara seutuhnya keluar, pintu kayu yang nampak rapuh akibat usia tersebut dengan sigat Briyan tutup.
"Ayo kita pergi" Ajak Briyan pada Kinara sembari menarik pelan lengan wanita itu agar mengikuti langkahnya.
Tepat pada langkah ke sepuluh, tarikan Briyan terhenti. Bukan, bukan Briyan yang berhenti menarik dan melangkah, tapi Kinara lah yang menghentikan ekoran nya terhadap Briyan.
Seketika, Briyan menoleh sejenak pada wanita yang berada sedikit di belakangnya itu.
"Nara, ada apa?" Tanya nya khawatir.
"Maaf Den, sepertinya saya tidak sanggup lagi berjalan" Jelas wanita itu jujur pada Briyan.
Briyan menatap selidik pada wajah yang saat ini terlihat amat pucat, namun nampak pula basah oleh cucuran keringat.
Mata hazel itu melirik kanan dan kiri sekitarnya, seolah sedang mencari sesuatu.
"Haa tak ada angkutan yang lewat lagi" Gumam Briyan kesal
Kesal nya Briyan dikarenakan keadaan Kinara yang begitu tak baik saat ini, namun tak pula ia temui kendaraan yang bisa membawa mereka agar lebih cepat sampai ke puskesmas di perbatasan.
Memang sedari tadi Briyan sadar, tak nampak kendaraan yang berlalu lalang. Hanya ada sebuah sepeda yang tadinya melintas, di bawa oleh seorang bapak paruh baya, itupun penuh oleh jerami.
Layaknya desa yang jauh dari jamahan pemerintah pusat, Desa Ujung Lereng memang begitu terpencil. Kendaraan sangat jarang dimiliki oleh warga desa biasa, kebanyakan mereka menghabiskan perjalanan untuk aktivitas sehari-hari dengan berjalan kaki. Jangankan kendaraan bermotor, warga biasa yang punya sepeda pun bisa dihitung menggunakan jari.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Not) Regret [Complete]
Romance#Rank 1 Romanc 22 April 2020 "Mas, dia siapa?" Tanya seorang ibu hamil yang menatap nanar kedua insan di hadapannya. Tiba tiba pandangan Devan mengarah ke sumber suara, matanya terbelalak kaget sebelum raut mukanya nenunjukkan ekspresi datar. "Dia s...