15

23.9K 1K 28
                                    

Ekstra Part nya Guys 🍀

Happy Reading...........

Angin bertiup perlahan, merayu siapa saja untuk tetap diam dan bersantai merasakan hembusannya. Kicau burung saling bersahutan diiringi suara gemericik air sungai yang mengalir begitu deras. Mentari pun tak mau kalah, naik perlahan di langit yang masih sedikit kelabu. Memancarkan sebercak sinar yang anggun, merambat memasuki tiap celah pada jendela rumah yang ada.

Briyan mengerjapkan mata perlahan, menghalangi sinar yang masuk dan menyapa muka tampan tersebut dengan tanganya.

Ia menarik nafas panjang, menyadari bahwa kini malam telah berganti pagi.

"Sudah pagi ternyata" Gumam nya sembari menyingkap selimut tebal yang saat ini menyelimuti tubuhnya dari kaki hingga ke dada, lalu beranjak duduk.

Sejenak, terlihat ia sedang berfikir.
" Aku tertidur pulas kemarin, sampai aku lupa mengabari Devan" batinnya dalam hati.

Segera ia mencari ponsel berlogo Apel miliknya dan mencari sebuah nama dalam kontak yang bertuliskan "Devan"

Setelah ia temui nama itu, secepat mungkin ia memencet tombol yang bertuliskan "Call". Tak lama, ia mendapati panggilan pada ponselnya terputus yang mana sebelum itu terdengar nada "tut tut tut tut"

"Ya tuhan aku lupa, disini tidak ada sinyal" Gumamnya kesal.

"Briyan, kenapa kau sebodoh dan seceroboh ini. Ayolah, waktu Senior Hight School kamu bahkan pernah menjuari olimpiade Sosial tingkat internasional. Kenapa sekarang malah sebodoh ini." Gerutunya kesal pada diri sendiri ketika ia sadari bahwa di desa ini ia benar-benar terisolasi dan tidak dapat menghubungi siapapun.

Briyan menghela nafas kasar, menarik kuat rambutnya ke belakang.

"Haa, sekarang apa? Bagaimana bisa aku mencari Istri Devan kalau aku sendiri pun tak tau jelas dengan muka nya" kali ini Briyan kembali menggerutu pelan.

Sebelumnya, Briyan memang tidak mengenal Kinara. Briyan hanya sahabat kecil Devan, sedangkan Kinara baru hadir di kehidupan Devan sebagai seorang istri. Setelah kepergian Briyan bersama keluarganya keluar negeri 12 tahun lalu. Ia tidak pernah lagi bertemu dengan Devan, bahkan saling menghubungi pun jarang.

Saat Kembali ke Indonesia, Devan pernah menunjukkan foto pernikahannya dengan Kinara pada Briyan, tetapi Briyan tidak begitu mengingat jelas Kinara karena Make-up yang Ia kenakan saat pernikahan cukup tebal.
Tapi satu hal yang Briyan yakini, bahwa wanita yang ada di balik dandanan pengantin itu pastilah sangat cantik.

Briyan menyadari kebodohannya ini, mencari seseorang tanpa adanya petunjuk yang jelas. Sama hal nya mencari sebuah jarum dalam tumpukan jerami.

Bukan berniat pergi dengan tangan kosong, pada saat itu Briyan tak ada pilihan.  Briyan berfikir bahwa nantinya, ia tetap bisa berkomunikasi dengan Devan bahkan Devan bisa mengirimkannya foto Kinara ke ponselnya. Tetapi kenyataannya sangatlah sulit, ia terisolasi dari jaringan dan internet. Jangankan menghubungi Devan, bahkan ia tak tau lagi fungsi dari ponsel pintar nya saat ini.
Yang ia fikirkan saat itu hanyalah jangan sampai ia kehilangan jejak Geby. Ia segera membuntuti Geby ke suatu tempat ketika ia tahu Geby akan pergi menemui Kinara.

Bukan pula menebak-nebak, Briyan yakin Geby akan menemui Kinara karena sebelum itu Briyan telah menyadap nomor telepon pribadi Geby, bahkan telepon rumah keluarga Geby tak luput dari aksi Gila Briyan.
Ia dapati percakapan Geby dengan Sang Ayah, Geby meminta izin untuk tidak memimpin perusahaan dalam 2 hari kedepan. Geby berkata dengan jelas bahwa ia akan menemui Kinara. Jelas Briyan tahu bahwa Kinara adalah istri dari Devan, sahabatnya. Saat nama Kinara disebutkan, ia mengenali nama itu dengan jelas. Tapi bodohnya, ia selalu keliru ketika menyebutkan sendiri nama "Kinara".

(Not) Regret [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang