22

14.7K 770 68
                                    


Happy reading semua

—————o-o-o-o-o—————

Suara ketukan pintu mengusik lelap seorang wanita yang setia bertumpu nyaman pada lengannya. Perlahan, mata indah itu membuka sempurna sambil sesekali mengerjap singkat.

"Maaf, ini saya, Dimas. Bolehkah saya masuk?"
Sambung suara, setelah usai terdengar ketukan pintu terakhir.

Menyadari kehadiran suara itu, Kinara segera memposisikan diri dalam duduk sempurna walau matanya masih terasa berat untuk benar-benar berada dalam keadaan bangun.

Sekilas, ia menatap lekat pada Briyan yang masih tertidur pulas di atas ranjang dihadapannya. Tatapan itu pun beralih, menatap pintu ruangan yang masih setia tertutup.

"Iya Den, silahkan masuk" Jawab Kinara atas pertanyaan Dimas tadi.

"Clekk"

Pintu kamar puskesmas itu pun terbuka, menampilkan Sosok Dimas yang hari ini entah mengapa terlihat begitu teduh di mata Kinara.

Sesaat mata mereka bertemu.

Hening, itulah kata yang singgah saat pandangan mereka beradu.

"Ehem, Hari sudah semakin gelap. Aku akan mengantar mu pulang" Ucap Dimas, memecah keheningan yang tercipta barusan.

Seolah tersadar, Kinara dengan cepat mengerjapkan mata singkat. Kemudian bibir indah itu berucap.

"Ehh, saya rasa tak perlu Den. Mungkin malam ini saya akan bermalam disini" Balas Kinara, sekali lagi ia menatap kilas pada Briyan yang masih nampak enggan bangun dari tidur lelapnya.

Dimas kebingungan harus menjawab apa, nampak ia seolah berpikir, kemudian menyampaikan pendapatnya.

"Begini, tak baik laki-laki dan perempuan berduaan di satu ruang yang sama. Ini pun akan menjadi gosip yang tak enak didengar" Tutur Dimas menyampaikan pendapatnya, dengan posisi yang tak ubah tetap berada di depan pintu.

Kini, raut wajah Kinara nampak dalam kebingungan dan kegundahan. Perlahan, ia menarik napas panjang.

"Mari kita berbicara di luar saja Den" Jawab Kinara

"Baik" Ucap Dimas, kemudian ia berbalik menuju luar, menunggu Kinara di sana.

Dengan gerak tubuh yang anggun, Kinara menggeserkan tubuhnya kesamping, kemudian beranjak berdiri guna menyusul Dimas.

Namun sebelum sukses kaki nya melangkah, tangan lembut itu sudah lebih dahulu tertahan oleh genggaman seseorang.

Dengan capat Kinara menoleh ke belakang, ditatapnya Lelaki yang masih terlihat sangat lemah tersebut.

"Jangan pergi. Ku mohon, temani aku disini" Ucap Briyan yang terbangun dari tidur indahnya. Dengan posisi jari yang masih setia menggenggam erat pergelangan tangan Kinara.

Perlahan, Kinara kembali berbalik. Berjalan pelan mendekati Briyan.

"Iya Den, saya tidak akan pergi, saya akan menemani mu di sini. Tapi, saya ada urusan sebentar" Jawab Kinara lembut.

"Mau kemana?" Tanya Briyan selidik

"Mau keluar Den, sebentar saja" Pinta Kinara pada Briyan, sembari melepas pelan genggaman Briyan pada tangannya.

"Tapi jangan lama-lama ya, saya takut sendirian" Kali ini, Briyan yang meminta. Dengan nada yang terdengar sedikit kekanak-kanakan.

"Aku takut dengan hantu" Tambahnya lagi

(Not) Regret [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang