Pagi ini mentari bersinar sangat indah, menerpa bentangan hijau dedaunan teh yang terlihat begitu berkilau
Pada jalanan tanah berbatu, di tengah hamparan perkebunan, nampak dua sosok wanita berbeda usia sedang berjalan bersamaan. Menapaki jalanan tersebut dengan langkah yang seirama agar segera sampai ke lokasi kerja mereka.
Pagi ini, Kinara terlihat sedikit murung. Suasana pagi yang positif, tak memberi efek berarti untuk mood nya saat ini.
Bu Mina yang berjalan beriringan dengan Kinara, jelas menyadari hal itu. Namun wanita paruh baya itu memilih diam, takut bicara nya saat ini hanya akan memperburuk suasana hati gadis manis tersebut.
Sepanjang perjalanan, bu Mina hanya memperhatikan tingkah Kinara dari lirikan ekor mata. Gadis itu hanya diam tanpa suara. Nampak pula, Bu Mina amati manik mata gadis itu sedari tadi menatap lekat tiap inci dari sisi jalan. Entah apa yang gadis itu fikirkan, tapi dapat Bu Mina lihat dengan jelas, tatapan mata itu menyelidik dengan rasa yang mendalam.
Wajah datar dengan tatapan dalam yang sedari tadi Bu Mina lihat pada wajah Kinara, saat ini dengan cepat telah tergantikan.
Kini senyum tipis tersungging samar, menarik tipis sudut bibir merah muda pada wajah cantik seseorang yang berada di sebelah Bu Mina tersebut.
Sejenak nampak Kinara termenung masih dengan senyum, namun tak menghentikan langkah kaki nya untuk terus menapak maju.
Hanya Kinara lah yang tau, apa yang sedang ia fikirkan, isi kepalanya saat ini tengah memutar beberapa bagian dari kejadian yang pernah ia lalui tempo lalu.
Putaran kenangan, melintas jelas di benak Kinara saat ini.
Di jalanan yang ia lalui saat ini, Briyan pernah menggendong tubuh gadis itu di punggungnya.
Berjalan perlahan, menuju puskesmas perbatasan dengan begitu hati-hati.
Tiap langkah kaki Briyan, lelaki itu tapaki dengan pasti. Tak ingin gegabah dalam langkah cepat, takut membahayakan Kinara yang saat itu berada dalam gendongan punggung bidangnya.
Tak peduli jarak yang terbentang cukup jauh antara rumah Kinara dan Puskesmas, pemuda itu dengan sabar menjajaki jalanan berbatu sambil menggendong Kinara.
Mengingat semua itu, Kinara hanya bisa tersenyum.
Entahlah, apakah ia harus bahagia, atau sedih ketika semua memori itu kembali terkenang saat ia lihat jalanan yang pernah menorehkan sedikit kisah antara ia dan Briyan itu.
Bahkan kenangan tersebut terbayang jelas di pelupuk mata Kinara saat ini.
Seolah bayangan kejadian itu, terlakon nyata. Seakan Kinara mampu melihat tubuhnya sendiri yang sedang di gendong Briyan saat ini.
Nampak di beberapa saat, ia masih terhanyut dengan kenangan yang baru saja melintas tersebut.
"Di jalan ini, Den Briyan pernah berbaik hati membopong tubuh ku di punggungnya. Menjajaki jarak yang cukup jauh dengan berjalan kaki demi membawa ku ke puskesmas perbatasan"
Batin Kinara lirih sembari terus menatap lekat tiap inci jalanan yang ia lalui saat ini dengan terus melangkah.
"Apa kabar mu sekarang Den?"
"Apakah kau baik-baik saja?"
"Sudah kah engkau berjumpa dengan keluarga mu?"
Dan
"Akan kah kita bertemu lagi?"
Batin Kinara lagi, kali ini dengan beribu pertanyaan yang ia lambungkan dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Not) Regret [Complete]
Romance#Rank 1 Romanc 22 April 2020 "Mas, dia siapa?" Tanya seorang ibu hamil yang menatap nanar kedua insan di hadapannya. Tiba tiba pandangan Devan mengarah ke sumber suara, matanya terbelalak kaget sebelum raut mukanya nenunjukkan ekspresi datar. "Dia s...