Mentari makin bergerak naik, suasana pun nampak lebih panas dari sebelumnya.
Namun, semua itu tak menghentikan langkah dalam lari seorang Kinara
"Neng Nara" Gumam Arman khawatir melihat Kinara yang saat ini berlari sembari menampakkan muka cemas
Dengan cepat, Arman menarik gas motor sport biru tersebut guna menyusul wanita yang saat ini berlari semakin menjauh.
"Neng, Neng Nara.!" Teriak Arman saat motornya berada tepat di belakang tubuh mungil yang terus berlari tersebut
Seketika Kinara berhenti berlari, menoleh cepat menengok kilat ke arah suara.
Dengan segera, Arman memajukan motornya, menyetarakan posisi mereka saat ini.
"Mau kemana Neng? Loh, kenapa Neng Nara nangis?" Tanya Arman prihatin, saat ia lihat wajah Kinara yang sembab saat menoleh kearahnya saat ini.
"Saya mau ke jalan terjal di desa sebelah Den" Ucapnya cepat, kemudian kembali menatap lurus kedepan, hendak berlari lagi.
"Tunggu.! Bersama siapa?" Tanya Arman spontan
Langkah kaki Kinara kini terhenti lagi, kembali ia menoleh menghadap Arman
"Sendiri" Ucap Kinara singkat
"Biar ku antar" Tawar Arman peduli
"Tidak perlu Den, saya permisi" Balas Kinara kemudian berlalu pergi, kembali berlari
Melihat itu, dengan cepat Arman menyusul wanita tersebut. Menarik gas motornya kembali seirama dengan kecepatan lari wanita itu.
"Kalau begini, bisa-bisa kamu sampai nya besok ke desa sebelah.!" Teriak Arman kencang sembari menoleh bergantian ke arah depan dan ke arah Kinara yang saat ini sejajar dengan laju motornya
Mendengar hal itu, akhirnya Kinara kembali berhenti. Di tatap nya lekat wajah Arman yang terlihat serius dalam berucap tadi
"Baiklah Den, tolong Antarkan saya" Pinta Kinara akhirnya
...............................
Di sebuah jalanan terjal, tepat di bibir jurang. Nampak Kinara menatap pilu air sungai yang mengalir begitu deras.
Ia menatap nanar kebawah, kemudian memejamkan matanya perlahan
Menarik nafas panjang, mengingat sepenggal gambar wajah dari memorinya.
Nampak, gambar wajah itu tersenyum. Hangat, damai dan teguh.
Tak terasa, kini air mata kembali menetes di wajah cantik itu.
Tak lama, tetesan bulir besar dari langit turut turun membasahi wajah yang telah basah tersebut.
"Neng Nara, jangan berdiri di sana lagi. Cepat kemari, hujan turun dengan begitu deras. Bisa-bisa kau akan celaka" Teriak Arman yang berada empat meter jauhnya dari posisi Kinara saat ini.
Jelas Kinara mendengar teriakan Arman, namun ia tak perduli.
Dengan mata yang terpejam di tengah derasnya bulir hujan, wanita itu menarik nafas dalam.
"Den Briyan.!" Teriaknya kencang, seolah ingin menumpahkan semua rasa sakit atas kehilangan.
"Neng kemarilah, angin semakin kencang. Kau bisa celaka" Teriak Arman lagi
Tiba-tiba, benar saja. Angin berhembus kencang menerpa tempat yang ada. Terutama bibir jurang yang nampak luas tanpa pepohonan tempat Kinara berdiri saat ini. Membuat kekuatan hempasan angin tersebut semakin jelas terasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Not) Regret [Complete]
Romantik#Rank 1 Romanc 22 April 2020 "Mas, dia siapa?" Tanya seorang ibu hamil yang menatap nanar kedua insan di hadapannya. Tiba tiba pandangan Devan mengarah ke sumber suara, matanya terbelalak kaget sebelum raut mukanya nenunjukkan ekspresi datar. "Dia s...