Happy Reading guysPagi ini, suasana desa masih sama dengan pagi-pagi di hari sebelumnya. Udara nan sejuk berhembus ringan, menyapa siapa saja yang berada di tempat itu. Tetesan embun, nampak berkilauan di terpa sinar mentari yang seakan masih malu-malu menampakkan diri. Kicau burung dan gemericik air sungai, menambah melodi seolah melantunkan musik pengiring untuk memulai hari.
"Satu suap lagi ya" Pinta Kinara sambil menyodorkan sendok berisi bubur, pada Pemuda yang saat ini ada di hadapannya.
"Tidak, saya sudah kenyang" Jawab Briyan sambil menggelengkan kepala pelan.
"Aden baru makan tiga suap, satu sendok lagi ya" Olok Kinara seakan sedang menyuapi seorang bocah.
"Dari tadi bilang nya selalu begitu, satu suap lagi ya, satu suap lagi. Lalu setelah saya makan, kamu kembali bilang, satu suap lagi ya. Gitu terus" Gerutu Briyan pada Kinara sembari menampakkan ekspresi kesal layaknya seorang bocah.
Kinara hanya tersenyum melihat tingkah Briyan yang demikian
"Iya Den janji, ini suapan yang terakhir" Ucap Kinara, masih dengan senyum manis nya sembari menyodorkan sendok.
Terkadang Kinara rasanya ingin tertawa, ternyata seorang pemuda tampan yang terlihat begitu gagah, bisa berprilaku layaknya seorang bocah. Aneh, namun nampak lucu di mata seorang Kinara.
"Ehh, saya berubah pikiran. Saya masih mau makan, tapi kamu suapi saya dengan pelan. Sudut bibir saya masih terasa sakit" Ucap Briyan sambil memegangi sudut bibir nya.
Kembali Kinara tersenyum
"Baiklah Den" Balasnya tulus.
Sebenarnya, tindakan yang dilakukan Briyan tersebut, bukanlah jati dirinya. Ia juga heran, bila di hadapan Kinara, seakan dirinya menampilkan sosok yang berbeda. Konyol dan bodoh, tindakan itu lah yang tampak. Terkadang ia menggerutui dirinya sendiri, merasa tiada harga diri lagi bila di depan wanita itu karena tindakan-tindakan bodohnya.
Seperti pagi ini saja, sebenarnya ia bisa makan sendiri. Tapi entah mengapa saat Kinara menawarkan untuk menyuapi, ia seakan tak kuasa untuk menolak. Saat Kinara telah menyuapi pun, ia selalu mencari alasan agar waktu yang mereka lalui berjalan lambat. Briyan masih bingung dengan perasaan nya kini. Tapi satu hal yang ia tau, ia ingin selalu berada di dekat wanita cantik itu.
Clekk
Pintu ruang puskesmas tiba-tiba terbuka, menampilkan sosok Dimas dengan menenteng kantong plastik yang berisi makanan.
Pagi-pagi sekali, Dimas sudah keluar puskesmas guna mencari makanan pagi untuk Kinara. Layaknya unit kesehatan pada umumnya, tempat tersebut hanya menyediakan makanan untuk orang yang sakit saja.
Tapi, niat awalnya terhenti. Tadinya ia ingin melangkah masuk, namun ia urungkan setalah melihat Kinara yang sedang sibuk menyuapai Briyan.
Perlahan ia menutup kembali pintu ruangan tersebut. Sangat pelan, takut jikalau mengganggu orang yang ada di dalam.
Dimas duduk di kursi kayu panjang yang berada di depan ruangan Briyan. Ia menghempaskan diri kasar.
Entahlah, Dimas hanya tak suka melihat kejadian barusan. Ada suatu perasaan aneh dan tak nyaman setelah melihat Kinara yang sibuk menyuapi Briyan.
"Hufffff" Hela nya kesal.
"Den, kenapa tidak masuk?" Tanya Kinara yang seketika mengejutkan Dimas
Dengan cepat Dimas menoleh kearah wanita yang saat ini ada di depan pintu, berada tak jauh dari kursi yang Dimas duduki saat ini.
"Oh tak apa, aku tak mau mengganggu kalian" Ucap Dimas spontan. Entahlah, ia juga tak mengerti mengapa ia berucap demikian.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Not) Regret [Complete]
Romance#Rank 1 Romanc 22 April 2020 "Mas, dia siapa?" Tanya seorang ibu hamil yang menatap nanar kedua insan di hadapannya. Tiba tiba pandangan Devan mengarah ke sumber suara, matanya terbelalak kaget sebelum raut mukanya nenunjukkan ekspresi datar. "Dia s...