12

25.2K 1.3K 87
                                    

Author mau ngambek dulu ya, karena target Author kemaren ga kesampean. Hehe, jadi karena Author lagi ngambek sama silent reader nih. Jadi Author mau kasih satu part buat readers yang selalu nyemangatin Author.

Happy Reading Guyss.... ❤️

Putaran ban mobil yang tadinya bergulir cepat kini memperlambat putarannya, menandakan mobil tersebut telah keluar dari hutan di tengah perbukitan dan kini mulai memasuki perdesaan.

"Den, Aden.. Bangun Den. Kita sudah sampai di Desa Ujung Lereng" ucap sang sopir sambil berupaya membangunkan Briyan yang tertidur pulas.

"Hemm... serius Pak kita udah sampai ?" Tanya Briyan sambil mengerjapkan mata perlahan, menandakan bahwa ia masih mengantuk.

"Ia Den, kita sudah sampai. Bapak terpaksa bangunin Aden karena sebelumnya Aden bilang tujuan kita hanya ke Desa Ujung Lereng, tanpa menyebutkan tujuan spesifik perjalanan kita kemana. Karena Desa ini lumayan luas, jadi Bapak bingung mau bawa Aden kemana sesampainya di sini." Balas pak Sopir dengan begitu sopan.

"Lah iya, benar juga. Aku harus kemana sesampainya disini" Bantin Briyan, ia juga nampak bingung.

Sebelumnya, Briyan tidak memikirkan ini. Ia hanya ingin membuntuti Geby tanpa ketinggalan jejak sedikitpun. Briyan tak berfikir setelah sampai di Desa tersebut, ia harus bermalam dimana karena memang tidak ada persiapan. Di tengah perjalanan, tetap saja mobil mereka kehilangan jejak Geby, padahal ia sudah berupaya agar selalu ada di belakang mobil wanita itu. Untungnya ia tau tujuan Geby kemana, yaitu "Desa Ujung Lereng" jadi Briyan tinggal menyebutkan Desa tujuannya tersebut pada Pak Sopir.

"Nah pak menepi sebentar di depan, sepertinya kita bisa bertanya pada pekerja yang sedang memetik daun teh di kebun itu" Pinta Briyan pada Pak Sopir, sambil menunjuk beberapa pekerja wanita yang tengah sibuk memetik dauh teh.

Tak lama mobil pun berhenti, Briyan menurunkan kaca mobil yang kini ia naiki.

Seketika Briyan terdiam, kemudian tersenyum hangat.

"Aku tidak membayangkan kalau udara di Desa ini benar-benar sejuk, pemandangannya juga begitu indah" batin Briyan.
Tak lama, ia segera turun dari mobil tersebut.

Briyan menoleh kanan kiri, semua sisi jalan kini di penuhi perkebunan teh yang terhampar hijau.

"Indah" Gumam nya.

Kini Briyan kembali menoleh kanan kiri nya, kali ini bukan untuk melihat-lihat pemandangan. Tapi guna mencari orang terdekat dengan lokasi ia berdiri saat ini untuk ia tanyai.

Ternyata semua pekerja berada di tempat yang lumayan jauh dari tepi jalan, terpaksa ia harus berjalan menyusuri perkebunan teh tersebut sepuluh hingga dua puluh meter dari tempat ia berdiri sekarang.

"Den mau kemana? Biar Bapak saja yang tanyakan" tawar sang sopir pada Briyan yang kini telah berada beberapa meter dari pinggiran hamparan kebun teh.

"Biar Saya saja Pak" sahut Briyan sedikit berteriak.

Perlahan Briyan menyusuri jalanan kecil di tengah hamparan hijau tersebut. Kini matanya tertuju pada seorang pekerja wanita yang tengah sibuk memetik daun teh. Ia sedikit terkejut melihat paras wanita itu. Tak ingin kehilangan, ia mempercepat langkah untuk segera menghampiri wanita itu.

"Aku tidak boleh kehilangan dia" Gumam Briyan yang kemudian berlari kecil membelah perkebunan teh yang begitu luas.

Kinara yang tadinya tengah sibuk dengan pekerjaan yang ia lakukan, seketika terbelalak kaget dengan kedatangan pria di hadapannya kini. Yah pria itu adalah Briyan.

(Not) Regret [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang