7

38.1K 1.6K 54
                                    

Siang itu, nampak amat terik dan panas.
Segerombolan wanita tengah duduk berkelompok sambil memakan bekal bawaan mereka, di tengah hamparan kebun teh seolah tak nampak orang di sana, namun dapat terdengar jelas suara gurau canda mereka.

"Ehemm...."
Samar samar terdengar seorang lelaki berdehem.
Semua orang yang sedang asik menyantap bekal makan siang mereka menoleh seketika.

"Tuan Danu, mari tuan ikut makan"
Tawar seorang pekerja pemetik teh dengan ramahnya, ketika menyadari Danu lah yang kini ada di hadapan mereka.

"Ah tidak, terimakasih"
Ucap Danu ramah
Sekali lagi ia berdehem, namun kali ini agak kuat.
"EHEMMM...!"
Untuk kedua kalinya para pekerja yang meneruskan makan mereka kembali tertanggu.
Mereka saling melempar pandang satu sama lain. Tatapan mereka seolah penuh tanya.

Kesal dengan respon orang yang di tuju tak menggubris keberadaannya, Danu akhirnya buka suara.

"Hemm, Nara... coba kesini sebentar"
Ucap Danu
Semua mata pekerja Danu menatap intens ke arah Kinara.

Sejenak, Kinara berhenti menyuap nasi ke mulutnya. Bengong dan bingung, akhirnya Kinara menaruh nasi yang ia jumput kembali kedalam kotak bekal miliknya.
"Saya Tuan Danu?"
Tanya Kinara lagi memastikan.

"Iya Nara kamu, sini sebentar"
Perintah Danu

Kinara menuruti kehendak anak Juragan kebun teh tempat ia bekerja itu. Selain anak Juragan tersohor, Danu juga merupakan kepala Desa di Desa ini, walau terbilang masih sangat muda.
Kinara berjalan perlahan melewati sekumpulan pekerja lain yang masih sibuk dengan makan siang mereka.

"Maaf Tuan ada apa?"
Tanya Kinara polos

"Ah tidak, aku hanya ingin memberi mu ini"
Sesuatu dalam bungkus kado nampak di sodorkan Danu

"Apa ini Tuan?"
Tanya Kinara kebingungan

"Nanti saja kamu buka di rumah biar tau"
Ucap Danu dengan senyum manis, dan kembali menyodorkan kado itu kepada Kinara

"Tidak Tuan, saya tak mau terima ini. Maaf saya permisi dulu"
Balas Kinara, segera ia meninggalkan Danu yang masih setia berdiri mematung di tempat. Kinara kembali duduk di tengah kumpulan teman-temannya

Nampak muka Danu berubah menjadi sedih seketika, kado yang ia pegang di tatapnya dalam. Kemudian ia tersenyum tak enak hati.
"Okeh tak apa" ucapnya yang hanya mampu terdengar oleh dirinya sendiri.

Danu kembali menyimpan kado itu ke balik saku baju Dinas yang ia kenakan. Kemudian berbalik arah menjauh dari para pekerjanya. Menuju motor yang terparkir di pinggir jalan perkebunan.

Sedari tadi, mata para pekerja lain awas melihat Kinara dan Danu. Namun karna Danu adalah anak juragan pemilik kebun teh tempat mereka bekerja, sehingga para pekerja tak berani menatap bahkan berkomentar tak sopan ke Danu.

"Eh Nara, pak Danu tadi mau ksih kamu apa?" Tanya seseorang yang bernama Dini.
"Iya Nara apaan tadi itu"
Tambah seseorang lagi ikut bertanya

"Hemm bukan apa-apa"
Ucap Kinara sembari cepat cepat kembali menoleh kebekal miliknya.

Lastri bingung sambil berkata "Nara, pak Danu tadi mau ngasih apa?" Tanya nya pada Kinara.

"Tidak tahu Las, kotak itu di bungkus kertas kado" jawab Kinara

"Lantas kenapa kau tolak? Kelihatannya pak Danu tulus bersikap baik ke kamu Ra. Lagian waktu itu juga pak Danu pernah kan menawarkanmu kerja dikelurahan? Kau juga menolaknya.
Ucap Lastri

"Las kamu tau sendiri kan, apa nanti yang orang lain pikirkan tentang aku dan pak Danu. Aku akui ia begitu baik, tapi aku tetap harus jaga jarak. Aku takut istri pak Danu berfikir yang macam macam"
Jelas Kinara

"Hemm iya juga ya, ya udahlah ayo kita lanjut makan biar setelah ini dapat energi untuk nerusin metik teh"
Ajak Lastri kepada Kinara

Dan benar saja, saat Kinara ingin meneruskan makan siangnya, kembali seseorang mengusik kenyamanan Kianara.
"Wajar ya pak Danu kepincut sama Neng Nara, cantik sih"
Ucap seseorang yang menatap Kinara dengan sorot yang sulit di artikan.

Kinara memilih diam, tak mau meladeni tingkah laku para pekerja lain terhadapnya.

"Iyalah siapa yang ndak suka sama Nara, semua juga bakal kepincut" ucap salah seorang lagi. Nampak Kinara mendengar jelas percakapan mereka, namun ia hanya memilih diam dan meneruskan makan siangnya.

............................................................................

Tinnnnnn tinnnnnnnn...........!!!!!!
Suara klakson motor terdengar begitu menusuk telinga.
Ban motor yang tadinya bergulir begitu cepat berhenti seketika. Membuat seseorang yang mengendarai motor berjenis sport itu hampir terjatuh.

Dengan cepat orang itu turun dari motornya, melihat keadaan seorang bocah laki-laki yang tengah menangis segugukan terduduk di tanah.

Untunglah, anak bu Mina tersebut tak terluka sedikitpun. Ia menangis karna kaget.

"Adik kecil, kamu jangan nangis lagi ya. Cup cup" ucap Dimas sambil memeluk bocah lelaki tersebut.

Kinara yang melihat kejadian itu secepat mungkin melepas bakul di punggungnya dan berlari tanpa menghiraukan apapun lagi.

"Ya tuhan, Yusuf kamu tak apa nak?"
Segera ia mengambil alih Bocah lelaki itu dari gendongan Dimas.
Kinara nampak amat cemas sambil mengelus ngelus kepala Yusuf.

"Oh kamu ibunya? Punyak anak itu di jaga!"
Ucap laki laki yang bernama Dimas itu dengan kasar.
"Dasar, jaman sekarang banyak orang tua yang tak bisa melindungi anaknya" ucap Dimas kemudian berlalu ke motornya, meninggalkan Kinara dan bocah laki-laki yang ia gendong.

Seketika, air mata membasahi pipi Kinara

"Tak bisa melindungi anak katanya" gumam kinara
"Benar, aku bukanlah ibu yang baik. Karna aku tak bisa melindungi bayiku, akhirnya ia pergi meninggalkan ku sebelum sempat ku peluk"

Ucapan laki laki bernama Dimas itu sangat dalam menghujam hati Kinara. Kinara menatap Yusuf dalam, kemudian kembali memeluk bocah lelaki itu erat, seolah takut kehilangan.

"Ya tuhan ku, Yusufff, kamu ndak apa nak..."
Teriak bu Mina sambil berlari pontang panting menuruni kebun teh. Ia barulah memperlambat larinya ketika telah berada di pinggiran jalan perkebunan tersebut.

"Nara terimakasih ya Neng, ibu tadi menaruh bakul sebentar, Yusuf sudah ndak ada lagi di dekat ibu"
Ucap bu Mina begitu cemas

"Iya bu, untunglah Yusuf tak kenapa napa"
Ucap Kinara

Sambil tersenyum, bu Mina mengambil Yusuf dari gendongan Kinara.

Sejenak kinara menahan Yusuf tetap pada pelukannya, seolah tak mau bocah itu pergi darinya, hal itu membuat bu Mina heran dan menatap dengan tanya kepada Kinara

Sadar dengan apa yang ia perbuat, segera Kinara mempersilahkan bu Mina mengambil Yusuf dari gendongannya.
Bu Mina pun tersenyum, kemudian memeluk Yusuf begitu erat.

Kembali, Kinara menitihkn air mata. Melihat betapa bahagianya ibu dan anak di hadapannya.

"Anakku, ibu rindu..." batin Kinara sendu...

.
.
.
.
.
Bersambung

Hayal ku terlalu tinggi, sampai kapan pun aku tak akan pernah mungkin bisa memeluk mu disana, anakku
-Kinara-

(Not) Regret [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang