14

21.7K 1K 29
                                    

Author bakal up dua part hari ini 🔥

Happy Reading guys.......

"Hemm, silahkan masuk" ajak Devan pada Nesa

Dengan santai wanita cantik bergaun merah melenggang melangkah masuk ke ruangan pribadi Devan. Ia memandang keseluruh sudut kamar yang bergaya klasik itu.

"Ini pertama kalinya, aku masuk ke kamar mu Sayang." Ucap Nesa sambil tersenyum menggoda.

Devan yang sedari tadi masih diam di depan pintu, kini perlahan melangkah mendekati Nesa.

"Benar, biasanya Bibi yang akan memanggilku ke kamar jika kamu bertamu kemari. Bahkan kamu selalu mengabari ku sebelum bertamu, tapi kenapa kali ini tidak?" Tanya Devan bingung pada Nesa yang datang tiba-tiba sampai berani masuk ke kamarnya. Karena tidak biasanya Nesa bertindak seperti sekarang ini.

"Sayang ayolah, sebentar lagi aku akan menjadi istri mu. Kita akan menikah, bukan begitu?" Jawab Nesa sembari turut bertanya kembali pada Devan.

Devan menghela nafas panjang

"Aku belum mau membahas ini Nesa, maaf"
Tutur Devan dengan nada yang lemah, pandangannya sedikit menunduk kali ini, menghindari kontak mata antara ia dan Kekasihnya itu.

Perlahan Nesa melangkah mendekati Devan yang berdiri di hadapannya. Ia menatap sedih laki-laki yang ia cintai tersebut.

"Aku tau, tak sepantasnya aku bicara seperti ini. Maaf sayang" Balas Nesa dengan tangan kanan yang mengusap lembut pipi Devan.

Devan hanya tersenyum sekilas, menyembunyikan bulir bening yang nampaknya akan segera menetes.

"Nesa, kamu ingat? Dua tahun lalu, sebelum Papa meninggal beliau meminta ku untuk mencari Kinara. Pesan beliau aku harus menyelesaikan masalah dengan istriku dan memastikan ia baik-baik saja. Setelah semua itu selesai, Papa membebaskan ku untuk meminang mu. Maka dari itu, sebelum semua ini menemukan titik terang aku tak mau membahas pernikahan kita dulu." Tutur Devan panjang lebar dengan sedikit mengingat sepenggal nasehat yang Papa nya ucapkan sebelum beliau meninggal.

...............
Dua tahun lalu, setelah mengetahui perbuatan Putranya terhadap Kinara. Ardan Chastino amat murka, beliau sampai tidak mengakui Devan sebagai Putranya lagi. Padahal Devan merupkan anak semata wayang Ardan dengan Mendiang Sang istri . Ia begitu kecewa, anak yang ia besarkan dengan penuh kasih sayang dan di ajarkan berbudi luhur nyatanya kini berlaku amat buruk. Ardan bahkan tidak pernah membiarkan Mendiang Ibu Devan menangis sedih, selain membuat beliau menangis bahagia. Entah mengapa Putranya malah berprilaku sebaliknya. Ia begitu tidak percaya sampai ia jatuh sakit.

Merasa kesehatannya mulai menurun, dan Sang anak tetap kukuh mempertahankan kekasih nya tersebut, Ardan menyerah. Semurka apapun ia pada Devan, ia tak bisa memperbaiki rumah tangga anak dan menantunya tersebut. Walaupun Ardan mengancam mengambil semua hartanya dari Devan, dengan tujuan Devan akan menyesali perbuatannya dan memperbaiki hubungan dengan Kinara. Nyatanya Putra satu-satunya itu tetap dengan pendiriannya untuk terus bersama dengan wanita lain. Sebelum ia meninggal, akhirnya Ardan menyampaikan permintaan terakhirnya pada Devan untuk menemukan dan menyelesaikan masalah anaknya itu dengan Kinara. Ia sedikit memberi nasehat dengan suara yang begitu lemah di hadapan Devan dan Nesa sebelum ia benar-benar menutup mata.

Pada saat itu, jelas penyesalan mendalam yang Devan rasakan. Ia merasa sangat tidak berbakti kepada Sang Ayah, namun ia juga tak bisa meninggalkan wanita yang begitu ia cintai. Akan tetapi ia telah berjanji pada dirinya sendiri, untuk memenuhi permintaan terakhir Sang Ayah sebagai bakti terakhir seorang anak.
..............

Nesa tersenyum getir, tangannya tetap setia mengusap pelan pipi Devan sambil menatap sendu wajah tampan yang senantiasa tak ingin menatap mata nya saat ini.

"Selesaikanlah masalah ini Sayang, aku akan menunggu semua masalah mu selesai. Aku tak mau se-egois dulu, hanya selalu memikirkan keinginan ku saja, membuat ku hampir kehilangan mu. Kali ini aku akan sabar menunggu mu" jawab Nesa dengan begitu lembut.

Akhirnya bulir bening yang sedari tadi Devan tahan, mengalir deras di wajah tampan itu. Melihat Devan menangis, segera Nesa memeluknya erat. Pelukan Nesa begitu erat seolah tak ingin kehilangan pria yang sangat ia cintai itu.

Tapi berbeda dengan Devan, ia tak membalas pelukan Nesa. Bahkan ia merasakan hal yang berbeda saat ini, tak seperti dulu. Kini ia merasa hatinya yang utuh bukan milik Nesa lagi.

"Kenapa perasaan ku jadi begini" Gumamnya pelan yang hanya mampu terdengar jelas oleh dirinya sendiri.

.
.
.
.
.
.
.
Bersambung

(Not) Regret [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang