28

13.1K 709 66
                                    

Hello Guys, part kali ini panjang banget
5000 kata
Hayoo siapa yang kuat baca
Hahaha
Ini dua part, aku jadiin satu
Biar ga ada lagi yang minta ekstra part

Happy reading semua 🔥

"Di minum dulu" Ucap Briyan sembari menawarkan secangkir kopi.

"Terimakasih Yan" Balas Devan

Briyan menatap sekilas Devan yang mulai menyeruput kopi dengan santai.

Tak lama, nampak Devan kembali berucap.

"Entahlah, mengapa kopi ini terasa begitu enak" Ucap Devan sembari menaruh cangkir kopi yang telah kosong tersebut ke atas meja.

"Ya mungkin saja karena udara di sini begitu dingin, sehingga menikmati minuman panas jadi lebih enak" Jawab Briyan menerka.

"Hemm, mungkin juga"  Balas Devan dengan anggukan kepala pelan.

"Kapan kamu sampai ke Vila ini Dev?" Tanya Briyan ingin tau, ia merasa tak enak hati karena telah membuat Devan menunggu. Andai ia tau Devan akan segera tiba di tempat ini, mungkin ia akan berdiam diri saja di Vila guna menyambut kedatangan Devan.

"Ohh itu, baru dua jam lalu Yan. Santai saja, kapan aku tiba itu bukanlah hal yang penting. Yang terpenting sekarang, informasi mengenai istri ku, apa kau sudah menemukannya?" Tanya Devan dengan begitu antusias

Melihat Devan yang begitu antusias, Briyan merasa tambah tak enak hati. Karena sudah satu bulan lebih ia berada di desa ini, namun belum pula ia temui titik terang soal keberadaan istri sahabatnya itu.

"Dev maafkan aku sebelumnya. Dalam surat yang aku kirim, sudah memberi tahu mu bukan, bahwa aku juga sedang mencari istri mu dan belum menemukannya. Untuk itu aku minta maaf" Balas Briyan dengan nada tak enak, sembari menggaruk pelan kepalanya yang tak gatal.

Mendengar hal itu, ekspresi Devan yang begitu semangat tadi nya, seketika berubah menjadi ekspresi putus asa.

"Ya aku tau Yan, aku bahkan sudah membaca surat mu itu berkali-kali. Aku juga tau kau belum menemukan istriku dan juga masih mencarinya. Tapi aku tetap meyakinkan diriku bahwa nantinya setelah aku tiba, istriku sudah di temukan. Atau mungkin, akan segera kita temukan" Tutur Devan sembari menghela nafas panjang setelah ia berucap.

"Dev maafkan aku, mungkin ini akan terdengar menyebalkan untuk mu. Tapi aku harus jujur." Ucap Briyan lagi, kemudian menatap Devan takut.

Mendengar ucapan Briyan, Devan hanya menyerengit bingung.

"Begini Dev, sebenarnya aku tak memiliki informasi akurat untuk menemukan istrimu itu. Aku bahkan lupa wajah nya yang pernah kau tunjukkan di photo waktu lalu. Sehingga dalam mencarinya di desa ini, aku cukup kesulitan." Papar Briyan jujur.

Mendengar hal tersebut, Devan merasa sedikit kesal. Ia tarik nafas panjang guna menetralisir amarah nya saat ini. Ia tau, tak sepantasnya ia marah. Karena bagaimana pun, Briyan sudah berusaha dan berkorban untuk membantunya mencari Kinara.

"Yan, kenapa kamu tak bilang sebelumnya" Tanya Devan masih mampu menahan kesal.

"Maaf Dev, pada saat itu aku hanya tak mau kehilangan jejak Geby. Dan ku pikir, tak ada salah nya membuntuti Geby walau aku tak tau benar wajah dan nama istrimu. Toh nantinya setelah sampai ke desa tujuan, aku masih tetap bisa berhubungan dengan mu melalui telepon genggam dan bertanya seputar istrimu sebagai bekal guna mencarinya. Tapi ternyata semua tak sesuai apa yang aku harapkan, aku juga tidak tau kalau disini tak ada sinyal. Setelah sampai disini, barulah aku sadari hal tersebut. Saat telepon kita terputus pada saat itu, disana juga lah handphoneku sudah tak dapat menjangkau  sinyal." Jelas Briyan begitu panjang, agar tak ada kesalahpahaman antara ia dan Devan.

(Not) Regret [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang