Happy Reading semua
—————o-o-o-o-o—————Tuttt....tutttt.....tutt
Nada yang tak asing tersebut terus berdering seirama, menandakan bahwa sambungan telepon antara dua orang sedang terhubung.
Tak berselang lama, lantunan bunyi seragam tadi berganti menjadi sapaan.
"Selamat sore Tuan" Jawab seseorang di seberang sana.
"Sore, bagaimana perintah ku kemarin. Apakah kamu sudah menemukan lokasi Briyan saat ini?" Tanya Devan pada orang suruhannya.
"Maafkan saya tuan, petunjuknya masih samar" Jawab orang itu lagi.
"Kerja mu sangat buruk" Cetus Devan kesal
"Akan tetapi ada sedikit berita baik Tuan, saya sudah mengetahui pulau mana yang menjadi tujuan Mr.Briyan. Namun kabar buruknya, saya belum menemukan lokasi tujuan pasti dari Mr.Briyan di pulau itu. Saya akan berusaha lebih keras lagi" Jelas orang tersebut singkat.
"Baiklah, saya beri waktu satu minggu lagi. Segera lacak keberadaan Briyan saat ini" Tegas Devan pada orang suruhannya.
"Baik, Tuan bisa percayakan pada saya" Balas orang itu lagi seolah meyakinkan Devan bahwa ia mampu melaksanakan tugas itu
Setelah jawaban itu, segera Devan memustuskan kontak suara tersebut.
Ia menatap lekat layar handphone pintarnya sembari menarik nafas panjang.
Perlahan, tangannya yang sedari tadi menggenggam erat telepon miliknya, kini beralih menyentuh dada.
"Huufftt, kenapa aku merasa sesak sekali" Gumanya.
"Aku merasa tak tenang akhir-akhir ini. Apakah terjadi sesuatu yang buruk pada Kinara? Atau kah pada Briyan?" Tambahnya lagi.
Pandangan dari mata hijau tersebut menatap kosong ke depan, seolah tak memandang namun fikirnya berkelana.
"Briyan ku mohon, berikan aku petunjuk agar aku dapat menemukan mu dan Kinara secepat mungkin" Ucapnya lagi, di susul dengan menurunnya kelopak mata. Sejenak terpejam guna menetralisir rasa tak nyaman di dada nya saat ini.
..........................................
Nampak Kinara masih setia menunduk sembari menangis segugukan. Dengan sesekali menyeka air matanya kasar. Di atas kursi putih panjang sebuah puskesmas desa.
Dimas yang sedari tadi menatap wanita itu dari kejauhan, kini memberanikan diri melangkah mendekat. Berusaha berada lebih dekat dengan wanita itu.
Perlahan, ia menurunkan posisi tegak nya. Menurun sampai terduduk sempurna di samping wanita tersebut.
Ingin sekali rasnya ia memeluk Kinara, mengusap pelan kepala nya sembari berkata "semua akan baik-baik saja"
Tapi niat tersebut ia urungkan, mereka bukanlah sanak keluarga, bukan pula sepasang kekasih. Sekalipun sepasang kekasih, tetap saja Dimas tak mungkin memeluk wanita itu di depan umum. Karena di desa mereka, itu tergolong hal yang tidak sopan.
Walau hatinya ikut terasa nyeri akibat tangisan wanita di depannya ini yang begitu menyayat, namun ia tak bisa berlaku lebih untuk menenangkan wanita itu.
Tangannya perlahan menyentuh pelan pundak Kinara.
"Yakinlah, semua akan baik-baik saja" Akirnya kalimat tersebut keluar dari mulut Dimas.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Not) Regret [Complete]
Romance#Rank 1 Romanc 22 April 2020 "Mas, dia siapa?" Tanya seorang ibu hamil yang menatap nanar kedua insan di hadapannya. Tiba tiba pandangan Devan mengarah ke sumber suara, matanya terbelalak kaget sebelum raut mukanya nenunjukkan ekspresi datar. "Dia s...