Happy reading semua—————o-o-o-o-o—————
Dalam ruangan berukuran empat kali empat meter tersebut nampak digelayuti oleh keheningan.
Dua pasang mata saling terpaut menatap satu sama lain, seolah menyodorkan sejumlah pertanyaan yang tak tersirat.
Seketika Kinara menghalau kekosongan yang sempat singgah akibat penuturan kalimat terakhir yang Briyan ucapkan.
"Ehhmm, apakah urusanmu di desa ini sudah selesai?" Tanya Kinara melerai keheningan yang memberi jeda.
"Urusan saya?" Tanya Briyan seolah memastikan.
"Iya" balas Kinara sembari mengangguk
"Tak ada yang terselesaikan, semua berakhir sia-sia" Papar Briyan murung.
Sejenak, nampak Kinara sedang berfikir. Menarik sedikit memorinya akan ucapan Briyan beberapa hari lalu.
"Apakah ada sangkut paut nya dengan seseorang bernama Kirana, seseorang yang sedang engkau cari?" Tanya Kinara selidik.
"Yaaah, kehadirian saya ke desa ini hanya karena satu alasan. Mencari wanita itu" Jawab Briyan jelas.
"Kalau begitu, bisa kah kamu tunda kepulangan mu untuk beberapa hari ke depan?" Tanya sekaligus pinta Kinara pada Briyan.
"Menunda?" Tanya Briyan memastikan bahwa ia tak salah dengar
"Benar Den, Ehhh maksud saya Briyan. Beberapa hari lalu kamu pernah meminta kepada saya untuk membantu mu mencari wanita itu bukan?. Tempo hari saya menolak untuk membantu. Kali ini saya berubah fikiran, saya akan membantu mu." Jelas Kinara panjang lebar.
"Benarkah yang saya dengar barusan?" Tanya Briyan kembali
"Tentu, tapi bagaimana jika hasilnya tetap nihil setelah saya membantu?" Tanya Kinara kali ini pada Briyan.
"Setidaknya kita sudah berusaha, dan jika pada akhirnya memang begitu, itu artinya saya gagal tanpa penyesalan" Tutur Briyan menjelaskan, dengan senyum yang sumberingah.
......................................
Mentari nampak semakin meninggi, tak terasa kini pagi telah berganti siang.
"Den Briyan, mari makan siang dulu" Ucap Kinara sembari membawa nampan berisi bubur dan beberapa makanan berprotein, yang baru saja ia ambil sendiri dari dapur puskesmas.
Puskesmas di Desa Ujung Lereng masih sangat minim tenaga medis, dokter yang mengabdi pun hanya satu orang. Serta dua perawat wanita dan satu orang ahli masak, yang turut menjadi staf dari unit desa tersebut. Terkadang, beberapa tugas yang seharusnya di lakukan oleh tenaga medis disana malah terpaksa di lakukan oleh keluarga pasien itu sendiri. Seperti mengambil dan mengembalikan nampan makanan ke dapur puskesmas.
"Oh iya, taruh saja dulu" Balas Briyan dengan sedikit menoleh ke arah datangnya Kinara.
"Den Briyan sedang menulis apa?" Tanya Kinara pada Briyan yang nampak sedari tadi sibuk mengarahkan pandangnya pada secarik kertas, tak hentinya ia goreskan tinta dari pena yang saat ini ada di genggamannya.
Tetap pada posisi yang sama, dalam keadaan duduk, Briyan hanya menoleh sedikit pada Kinara yang kini berada di sampingnya. Kemudian terus melanjutkan aktifitasnya.
"Ini, saya sedang menulis surat" Jawab Briyan apa adanya.
"Surat?" Tanya Kinara memastikan
"Iya, surat untuk sahabat saya. Disini saya tuliskan alamat lengkap keberadaan saya sekarang. Saya yakin, dia pasti sangat mengkhawatirkan saya yang tiba-tiba hilang kabar" Papar Briyan panjang lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Not) Regret [Complete]
Romance#Rank 1 Romanc 22 April 2020 "Mas, dia siapa?" Tanya seorang ibu hamil yang menatap nanar kedua insan di hadapannya. Tiba tiba pandangan Devan mengarah ke sumber suara, matanya terbelalak kaget sebelum raut mukanya nenunjukkan ekspresi datar. "Dia s...