04. Drunk

5K 799 208
                                    

Yoongi menjatuhkan bokongnya pada sofa yang ada di ruangan tengah. Salah satu tangannya langsung menyambar ponsel miliknya yang tergeletak di atas meja. Dengan cepat kesepuluh jemarinya menari di atas papan keyboard yang muncul di layar ponsel dan mengetikan sesuatu di sana. Tidak. Tunggu, kenapa harus panjang seperti ini. Ibu jadirinya kemudian menghapus deret kalimat yang tadi sudah ia ketik dan mempersingkatnya untuk ia kemudian kirim. Walaupun sebenarnya masih saja panjang.

Wanita dengan rambut pendek yang dicat pirang itu kemudian berjalan ke arah dapur milik Yoongi. Membuka satu per satu laci dapur untuk menemukan sebuah karet gelang—yang lalu ia gunakan untuk mengikat asal rambutnya. Merasa seperti pemilik apartemen, wanita itu kemudian melanjutkan langkahnya ke arah lemari pendingin dan membawa satu botol air mineral yang langsung ia tenggak sampai habis.

"Kau gila, ya?" suara Yoongi menginterupsi wanita yang ada tidak jauh darinya.

Lantas wanita itu berjalan ke arah Yoongi, duduk di sampingnya setelah menyimpan asal botol kosongnya. "Kenapa?"

"Kenapa, kau bilang?" tanya Yoongi sedikit geram. Inilah salah satu alasan Yoongi menolak hubungan seperti apapun itu bentuknya. Manusia cenderung melakukan hal yang semena-mena setelah mengenalnya cukup dekat. Dan Yoongi agaknya tidak suka dengan hubungan macam itu. Jangankan wanita, lelaki pun ia cenderung menolaknya. Hanya satu yang berhasil membuatnya nyaman dengan hubungan yang begitu dekat, walaupun saat ini sudah kandas. Ya. Semua itu sudah berakhir.

Yoongi lantas membenarkan duduknya dan berhadapan dengan wanita itu untuk menatapnya. "Kau datang semaumu, kau pikir ini tempat penampungan wanita jadi-jadian sepertimu? Untung saja aku ini pintar."

"Apa kau bilang?!" kali ini giliran si wanita yang bertanya dengan geram. "Aku ini wanita—tidak pakai jadi-jadian. Asal kau tahu itu." koreksinya, merasa tak nyaman dengan apa yang Yoongi tuduhkan padanya.

Wanita itu sudah lama berteman—atau mungkin dirinya saja yang menganggap seperti itu—dan Yoongi masih saja bersikap sedingin ini, seolah mereka ini bukanlah dua individu yang pernah menghabiskan tiga tahun lamanya di sekolah menengah atas yang sama.

Si wanita merotasikan kedua bola matanya dengan bibir yang menukik sebal. Wajah setengah bule yang tercetak di wajahnya membuat wanita ini akan terlihat cantik-cantik saja, kendati kondisi wajahnya dibuat sedemikian rupa dengan berbagai ekspresi yang aneh.

Yoongi lalu mendengkus sembari menyandarkan punggungnya pada sofa. "Ada kepentingan apa datang ke mari? Kaukan bisa mengirim pesan atau meneleponku seperti biasa. Tidak usah datang ke sini. Itu menggangguku. Kau tahu sendiri, aku tidak suka menerima tamu."

"Hoo... lalu wanita tadi itu siapa? Sekarang kau sudah berani membawa wanita ke apartemenmu? Lucu sekali Min Yoongi ini. Mengabaikan pekerjaannya—hanya untuk bermain main dengan wanita," tuduh si wanita sembari menatap rekan kerjanya dengan sebal. "Bagaimana rasanya seks? Nikmat bukan? Harusnya kau mencobanya sejak dulu, Dasar Cupu!"

Umurnya sudah dua puluh sembilan dan sesaat lagi bahkan hampir menginjak kepala tiga, tapi Yoongi masih tak habis pikir dengan rekan kerjanya ini. Apa tadi dia bilang, cupu? Yoongi kemudian tertawa sesaat. Entah benar atau mungkin salah, tapi memang seperti itulah keadaannya.

Yoongi pikir, dulu sewaktu dirinya masih menjadi mahasiswa, dia akan mendapatkan seorang kekasih. Dan wanita yang terbesit di dalam kepalanya tak lain adalah wanita yang sama—yang saat ini berada di hadapannya. Namun, pria itu mungkin salah. Sebab, hubungan yang dibangun mati-matian dengan pertemanan dan persahabatan itu hanya akan sampai pada hubungan rekan kerja saja.

Wanita itu selalu menuntut dan membuat Yoongi tidak nyaman. Kalau Yoongi boleh jujur, ia bahkan tidak masalah dengan rupa seseorang. Mau itu cantik, atau biasa saja pun, asal membuat Yoongi nyaman dan menerima sikapnya yang lambat dalam hubungan ini—dia tidak akan keberatan. Karena prinsipnya semenjak mengetahui bahwa dirinya ini seorang demiseksual itu, jatuh cinta adalah hal yang penting, dan bergairah dengan kepribadian seseorang jauh lebih baik daripada visualisasi saja.

[M] 1. THE DEEPEST ETERNAL DREAM | ✓Where stories live. Discover now