"Awsyuh," dengkus Hoseok mengudara tatkala ia baru saja muncul dari balik pintu sambil menggosok-gosok lengan atasnya dari balik mantel hitam miliknya karena rasanya dingin sekali. "Jam 4 pagi di rooftop tidak memakai baju hangat. Hyung, kau masih minat hidup, 'kan?"
Min Yoongi tak langsung membalasnya. Langit masih benar-benar hitam, angin musim dingin pun masih betah menerbangkan bulir salju di penghujung musim dingin. Dengan berbekal kaus hitam yang dimasukan seluruh ujungnya ke dalam celana hitam ketat dengan robek yang hampir menyentuh pangkal paha miliknya, Yoongi rupanya masih betah menyanggakan sebagian tubuh bagian depannya pada permukaan beton di roftop Rumah Sakit.
Hampir satu bulan. Hampir satu bulan rasanya kepalanya benar-benar terasa akan pecah. Kilatan peristiwa yang menampar realitas milik Yoongi barangkali telah berhasil membuat si Pria Min tersebut putus asa dan frustrasi. Kendati ini bukan yang pertama ia mengalaminya, tapi rasanya benar-benar lelah bercampur muak.
Setelah perdebatannya dengan si profiler Kang Taehyun, satu bulan lalu di TKP pertama dalam rangkaian penyelidikan pembunuhan berantai yang melibatkan satu sekte, Yoongi jadi banyak memikirkan tentang Kim Taehyung. Ah, sialan apalagi yang membuat dia begitu naif saat itu, tepat delapan tahun lalu, sampai bisa ia menganggap barangkali Taehyung bisa benar-benar lepas dengan segala sesuatu yang mengandung satanisme. Bisa benar-benar memilih takdirnya lantaran ia pikir semua ini bisa diperbaiki. Namun mengingat lagi ucapan si Kang itu tempo lalu mengenai Kim Taehyung yang sebenarnya tak pernah bisa di selamatkan sejak awal lantaran asal usulnya pun begitu kuat bahwa ia berasal dari balik gerbang Gehenna, Yoongi malah semakin gencar ditampar oleh kenyataan pahit yang menggulung bersama mimpi buruk yang melelahkan.
Taehyung jelas harus dienyahkan kalau Yoongi menginginkan hidupnya kembali seperti semula.
Belum lagi tentang Min Yuki tidak mengingat apa pun. Setelah adik perempuannya itu diwawancarai Hoseok hampir tiga pekan lalu, si gadis Min tersebut terus meracaukan kata; tidak tahu, tidak mengerti, tinggalkan aku. Adiknya bahkan masih mendiami salah satu ruang perawatan lantaran berulang kali mencoba menyerang petugas rumah sakit, hilang kontrol dan yang paling membuat Yoongi semakin sinting adalah saat Yuki tak lagi mau menatapnya.
Sedangkan Haru masih sama. Tak ada yang berubah, terkecuali tanda hitam di kakinya yang semakin hari mulai menyebar membentuk jati-jari lainnya yang merangkak, bahkan saat ini sampai pangkal perut milik bocah itu. Tak ada yang tahu tentang itu, dan beberapa pastor mengatakan kalau itu adalah kutukan yang ditinggalkan. Sebuah tanda kepemilikan.
Lalu yang terakhir, korban yang terus berjatuhan. Setelah kematian Han Sewol dan Choi Yoru, setiap enam hari setelah kematiannya, akan selalu ada lagi korban yang serupa, dan Yoongi sudah menemukan dua pasang lainnya yang ia yakini sama berkaitannya dengan Han Sewol dan Choi Yoru. Semua itu masih berhubungan yang membuat sekelumit asumsi bahwa sekte itu masih ada semakin kuat. Tapi bagaimana. Bagaimana cara menghentikannya. Di mana mereka bersembunyi.
Yoongi menghela napas panjang. Udara yang keluar dari mulutnya benar-benar terlihat begitu kentara. Lalu Hoseok yang ada di sampingnya memberikan satu cup hot americano padanya yang sedari tadi bertengger pada jemari milik si Jung itu.
Si Min itu lantas buka suara cukup rendah, "Jimin pernah bilang, kalau satu-satunya cara agar kau terbebas dari apa yang membuat kepalamu seperti penuh akan masalah, adalah dengan cara membuat otakmu beku sampai tak mampu lagi memikirkannya."
Hoseok mengangguk, melirik sekilas sambil membuang asap rokok yang tengah ia isap ke udara. "Kau masih memikirkan Jimin, Hyung?"
Yoongi tertawa pendek. "Kau tidak sedekat itu untuk memikirkannya," katanya, lantas mempertemukan hot americano tersebut dengan tenggorokan miliknya. Ia melanjutkan setelah menjilat permukaan bibirnya yang terasa beku, "Itu—berbeda barangkali denganku."
YOU ARE READING
[M] 1. THE DEEPEST ETERNAL DREAM | ✓
Fanfic[Completed] [Crime/Horror] "No matter who you're, I'll love and trust you for a long time." ©2018