Hilang.
Dengan pandangan yang berkabut, Yoongi semerta-merta memalingkan kepalanya ke arah belakang dan tak menemukan sosok istrinya di pantry dapur. Padahal beberapa detik yang lalu wanita itu masih berdiri di sana, dengan air muka yang dirundung kelabu juga senyum satu sisi. Kepalanya seolah berhenti bekerja, kendati pacuan dari jantungnya masih saja terdengar begitu ribut. Tanpa begitu ambil pusing dan sukses memasang ekspresi ngeri, ia menarik napas yang seolah tercekat di kerongkongan begitu kedua tangannya menggapai bocah laki-laki itu untuk Yoongi kemudian dekap.
"Papa?"
Suaranya bergetar—dan si Min yang masih memeluknya kelewat erat itu enggan untuk menanggapinya saat ini. Tak ada yang lebih terasa, selain kecemasan yang begitu tertumpuk di dalam kepalanya. Nyaris—nyaris saja Yoongi terlambat untuk pulang dan kehilangan sekon-sekon yang berharga terjadi di dalam rumahnya.
Menatap sesaat bocah yang masih memeluk erat leher miliknya, sambil kemudian menyusupkan wajahnya pada perpotongan leher dan pundak milik ayahnya, Yoongi mendadak merasa begitu mencelos. Ia seharusnya menduga kalau ada hal yang tak beres tentang satu minggu lalu; di mana Haru berteriak dan mendapati tanda hitam di dekat pergelangan kakinya. Bagaimana bocah itu untuk pertama kalinya benar-benar merasakan ketakutan yang begitu ganjil, jarang berbicara dan melamun—bahkan sampai berulah seperti apa yang baru saja Yoongi dengar dari Jungkook beberapa saat lalu.
Bagaimana bisa Min Yoongi begitu santai ketika bahkan keluarga kecilnya terancam mengalami mimpi buruk seperti tujuh tahun yang lalu?
Kemudian yang terburuk, istrinya kini sudah masuk ke dalam perangkap iblis sialan itu.
Yoongi menghela napas, lantas membuat tubuhnya kembali berdiri untuk kemudian ia pacu kedua tungkainya sampai ke luar rumah miliknya. Sebelum akhrinya benar-benar pergi dan membawa Haru untuk ia selamatkan lebih dahulu, pria Min tersebut lebih dulu mengunci pintu rumahnya dari luar—yang bahkan membawa serta kunci tersebut ke dalam saku celana miliknya.
"Papa akan membawa Haru ke tempat kerja papa," ujar pria itu sesaat kemudian setelah membuka salah satu pintu mobil miliknya dan menempatkan Haru di samping kursi kemudi. Ia menundukkan kepalanya saat menemukan ekspresi muram mampir di wajah bocah lelakinya, ketakutan begitu kental tersorot di kedua matanya. Si Min tersebut lantas membuka jaket miliknya sebelum akhirnya memakaikannya pada Haru, yang bahkan tak sempat membawa pakaian tebal di tengah malam yang dingin. "Haru diam di sana dulu dengan Paman Hoseok dan Bibi Karen sampai Papa menjemput Haru, ya?"
"Kenapa Haru harus bersama Paman Hoshiki?" tanya Haru serak. Ia tak mengubah pandangannya yang terlihat cemas bukan kepalang. "Haru ingin bersama papa saja."
Hela napas berat kemudian diloloskan dari kedua belah bibir pria itu. Ia mengusap wajahnya frustasi, sebelum akhirnya memakaikan sabuk pengaman pada bocah itu dengan gurat masam yang tercetak sempurna di wajahnya. "Mama sekarang sedang sakit dan papa harus bersama mama dulu. Kalau mama sedang sakit, Haru tidak boleh dekat-dekat dengan mama, karena nanti Haru juga bisa sakit."
"Tapi kenapa sakitnya Mama saat ini membuat Haru takut, Pa?" bocah itu mengerutkan kening bersama bibir yang menukik menahan luapan getir yang tertahan di kerongkongan, sesaat kemudian melihat ayahnya kini sudah duduk sempurna di sampingnya; di tempat kemudi. "Tadi bahkan ada seorang paman yang memeluk mama sampai mama menangis. Apa paman itu yang membuat mama jadi menyeramkan? Dia menyakiti mama?"
Yoongi kemudian membeku. Suara anak laki-lakinya sukses membuat pria itu tekesiap pelan, melebarkan mata dalam beberapa sekon, sampai rasanya si Min tersebut bisa menebak sudah seberapa dalam kekacauan ini mengoyak keluarga kecilnya. Hampir delapan tahun rumah tangganya berjalan. Yoongi menjaganya mati-matian, berusaha untuk melindungi dan menahan rasa sakitnya setiap malam. Namun ternyata sia-sia.
YOU ARE READING
[M] 1. THE DEEPEST ETERNAL DREAM | ✓
Fiksi Penggemar[Completed] [Crime/Horror] "No matter who you're, I'll love and trust you for a long time." ©2018