Rabu petang milik Yoongi diisi oleh satu tumpuk berkas yang baru saja ia dapatkan dari Badan Forensik Nasional, mengenai kematian Lee Seung Hwan yang membuat kantor Unit Investigasi Regional mendadak ribut sejak dua hari lalu. Pikirannya jelas bercabang, mengenai kematian tak wajar yang bahkan tim forensik sendiri tak mengerti hal apa yang membuat Seung Hwan meninggal dengan cara terbagi menjadi dua bagian dengan sendirinya. Juga Kim Namjoon yang masih sulit untuk bertemu sampai saat ini.
Lalu yang membuat semuanya menjadi serba sulit adalah laporan yang harus Yoongi berikan kepada Kepala Hong. Sebagai salah satu detektif yang bekerja di UIR, Yoongi jelas tak bisa menulis asal tentang laporan tersebut. Mereka menginginkan hal yang masuk akal—sedangkan kenyataan yang terjadi jauh dari akal yang sehat. Atau lebih tepatnya Yoongi masih punya beberapa spekulasi yang belum bisa dibuktikan secara nyata. Namun hal ini sudah terjadi delapan tahun lalu, tapi entah bagaimana yang Yoongi temukan ternyata semua berkas yang ada saat itu ternyata sedikit dimanipulasi.
Menarik napas dengan susah payah, Yoongi jadi menumpuk lebih banyak kecurigaan pada Kim Namjoon saat ini. Sebab delapan tahun lalu semua laporan yang ditulis akan diberikan pada bagian Kepala oleh para Ketua Tim, yang jelas saat itu masihlah Kim Namjoon. Dimulai dengan perataan tempat yang diambil alih oleh Namjoon sendiri, sampai pada pengajuan pengunduran diri—padahal si Min itu tahu, kalau posisi Namjoon saat itu sudah sangat tinggi dan sayang sekali jika dilepas begitu saja. Walaupun melebihi itu semua, Yoongi masih berharap kalau kecurigaan ini benar-benar salah.
Iris Yoongi bergerak lagi membaca deret dari tulisan yang masih menemaninya di dalam mobil tanpa enggan untuk keluar. Di sana tertulis bahwa jasadnya tertekuk membuat tulang belakangnya terbelah menjadi dua—yang secara tidak langsung menyebabkan kematiannya karena pendarahan. Lalu beberapa hal tertulis lagi di bawahnya; tentang kombinasi beberapa hal termasuk penemuan zat berlebih yang ada di dalam otaknya.
Antipsikotik tipikal yang mampu menghambat dopamine dengan sangat kuat. Sehingga dokter forensik menyimpulkan bahwa obat ini menimbulkan efek samping yang nyata pada otot saraf, seperti gejala yang mirip dengan penyakit Parkinson, dengan munculnya gerakan-gerakan tubuh tanpa disengaja—yang mungkin saja membuat Lee Seung Hwan memang sengaja mematahkan tubuhnya sendiri.
Namun mengingat kalau Yoongi juga sempat melihat salib terbalik membakar dahi milik Seung Hwan sesaat sebelum pria tua itu meregang nyawa, Yoongi kembali menyimpulkan lagi bahwa hal ini masih berkaitan dengan Sekte itu. Sangat berkaitan, sampai entah bagaimana harus si Min itu simpulkan sebab semuanya terlalu rumit dan memuakan. Bersatu membelit dan semakin kusut karena hampir semuanya melahirkan kemungkinan.
Yoongi melempar tumpukkan kertas itu sembarang pada kursi belakang yang kosong. Jemarinya meremat stir mobil sambil menenggelamkan wajahnya di sana beberapa saat dengan kepala yang hampir tak bisa lagi berpikir jernih mengingat ia juga belum tidur dan makan. Sora terlalu fokus pada Haru sampai tak pernah pulang selama beberapa bulan—jangankan mengurus dirinya, Yoongi bahkan tak sampai pikir kalau wanita itu juga tak mengurus dirinya sendiri yang tak lagi sendiri di dalam tubuhnya.
Namun tidak, semuanya tidak bisa terus menerus berantakan seperti ini. Jadi, menghela napas dengan berat sampai membuat paru-paru miliknya sedikit sesak, Yoongi kemudian turun dari mobil miliknya—yang memang sudah ia parkirkan di dalam basement Rumah Sakit. Tungkainya memacu tak sampai membuat keributan dan begitu santai, atau lebih tepatnya Yoongi memang sedang mencoba menenangkan dirinya.
Begitu sampai pada ruangan yang hampir empat bulan dihuni oleh anak lelakinya, Yoongi dengan perasaan yang menggelegak tak nyaman, lantas membuka pintunya dengan hati-hati.
Petang yang merangkak pada malam jelas belum benar-benar larut. Yoongi menutup kembali pintu ruangan itu dengan sangat pelan. Suasananya benar-benar senyap dan temaram. Di sana masih ada Min Haru yang sama sekali enggan untuk membuka matanya. Tubuhnya semakin kurus dan pucat, lalu jarum infus masih setia menusuk punggung tangannya. Kemudian seperti biasa Sora juga masih ada di sana. Saat ini tengah terbaring di sofa yang cukup panjang dengan kelopak mata yang tertutup.
YOU ARE READING
[M] 1. THE DEEPEST ETERNAL DREAM | ✓
Fanfiction[Completed] [Crime/Horror] "No matter who you're, I'll love and trust you for a long time." ©2018