Mengapa seluruh sistem tubuhnya mendadak mati?
Ruangan persegi sederhana tersebut nampaknya hanya diisi dengan satu buah ranjang, satu buah lemari dan satu buah-tunggu, bukankah ini adalah kamar miliknya di dalam flat yang berada di Daegu? Iris miliknya lantas mengintari ruangan temaran ini, memindai tiap sudutnya yang hampir menyerupai ruangan kosong tak berpenghuni. Jaring laba-laba di setiap sudut, semua benda yang ditutup menggunakan kain putih, lantai berdebu, serta dinding yang lembab.
Lagi-lagi seperti ini. Dunianya dipermainkan, rasa sakit di sepertiga malam yang biasa ia rasakan mendadak runtuh, dan malah membawanya ke dalam dunia yang bahkan Yoongi sendiri tidak tahu, apakah ini mimpinya lagi? Malam atau siang? Mengapa? Ia tidak tahu.
Pria itu membeku dengan tubuh yang masih mematung di sana. Surai blonde yang sudah sedikit panjang itu lantas bergerak ke sana dan ke mari mengikuti ke mana arah kepalanya bergerak; bertujuan menemukan sesuatu yang bisa digunakan petunjuk untuk apa lagi-lagi ia berada di sini. Ah, rupanya tubuhnya sudah dapat di gerakan kembali. Jadi memacu langkah dengan kelewat hati-hati menuju ruangan tengah flat milik si Min tersebut, ia kemudian mendadak beku lagi begitu berhasil ke luar dari kamar miliknya.
Yoongi berjengit, menahan napas. Tepat satu sekon kemudian tatkala tubuhnya berhasil keluar dari kamar tersebut, jantungnya berdegup tak beraturan, napasnya seperti tercekat di kerongkongan bersama ngeri yang kini merayap ke dalam dada sampai tenggorokannya-tercekik. Perasaan sangsi, harapan dan rasa takut yang mendadak mendominasi nyatanya mengirim teror tersendiri saat ini.
Pria itu bahkan tidak bisa tidak untuk terkesiap. Napasnya tersenggal lagi, sabitnya melebar sempurna begitu meyakinkan seseorang di sana dengan bergumam begitu lirih dengan suara mencicit, "Jimin-"
"Hyung?" balasnya yang tak kalah terheran-heran dengan kedatangan mendadak Yoongi di dalam flat-nya di Daegu; di sini.
"Mengapa kau di sini?"
"Harusnya itu pertanyaanku. Hyung, mengapa kau di sini?"
"Aku-tidak tahu," Yoongi menyembur napas frustasi, dadanya mendadak seperti baru saja dihantam balok es sangat kuat. "Bagaimana bisa aku di sini? Lagipula ini di mana?"
Jimin membuka mulutnya perlahan, meloloskan napas berat. Memacu langkah kelewat panik menghampiri Yoongi, lalu menarik lengannya sedikit kasar saat berujar cepat, "Kau harus kembali. Kau tidak boleh lama-lama di sini. Berbahaya, Hyung. Lagipula siapa yang bisa membawa jiwamu ke sini? Kau belum mati, 'kan-"
"Kau berbicara apa?" tukas Yoongi lantas menghentikan pacuan Jimin, dan menatap pemuda itu sedikit dongkol. "Aku masih hidup. Beberapa saat lalu aku bahkan-baru saja tertidur?" Lanjutnya tak yakin.
Keduanya lantas mengisi pandang satu sama lain, temaram dari ruang tengah flat milik Yoongi lantas menjadi begitu senyap ketika kedua bibir tak lagi ada yang mampu meloloskan kembali kalimatnya. Baik Jimin maupun Yoongi sama-sama sangsi-getir perlahan menggelegak tak nyaman di dalam dada, rasa takut itu seolah kembali merangkak menghancurkan kewarasan saat dengan cepat sebuah pintu berdecit terbuka dengan sendirinya tak jauh dari keduanya.
Seseorang berdiri di dalam sana, dalam ruangan gelap itu. Yoongi merengut tak mengerti, sedang Jimin perlah mundur secara teratur. Gelegak itu semakin mencekik, mengirim ketakutan absolut seakan siap untuk memakan jiwanya saat itu juga.
Sesaat Yoongi ingin memuaskan perasaan penasarannya pada sosok itu, sepersekon sebelum ia berhasil pacu langkah-Jimin lenih dulu meraih lengannya, membuat sinMin tersebut urung dan berbalik menatap Jimin yang sudah menggeleng frustasi seorang diri.
"Jangan," cicitnya.
"Kenapa?"
"Kau tidak akan bisa kembali."
YOU ARE READING
[M] 1. THE DEEPEST ETERNAL DREAM | ✓
Fanfiction[Completed] [Crime/Horror] "No matter who you're, I'll love and trust you for a long time." ©2018